0.2

462 41 2
                                    

Pagi itu, Gyuvin berjalan dengan santai menuju kelasnya. Udara pagi yang sejuk dan matahari yang belum terlalu terik membuatnya merasa segar. Sesampainya di kelas, pemandangan yang tidak mengenakkan menyambutnya. Di sudut kelas, Gyuvin melihat punggung bidang Ricky, dan di hadapannya, Eunchae tampak mengobrol asik dengan Ricky. Melihat Eunchae tersenyum lebar seperti itu kepada Ricky membuat hati Gyuvin mendidih dengan rasa cemburu yang tak bisa ia cegah.

Gyuvin menahan napas sejenak, mencoba menenangkan diri sebelum mendekati mereka. Ia tahu bahwa membiarkan emosinya meledak di depan umum bukanlah tindakan yang bijak. Dengan langkah yang tenang namun tegas, Gyuvin mendekati mereka. "Good morning. Apa yang kalian bicarakan?" tanyanya dengan nada suara yang mencoba terdengar santai.

Eunchae menoleh dan tersenyum, sementara Ricky hanya menatap Gyuvin dengan ekspresi datar. Belum sempat Eunchae menjawab, Ricky tiba-tiba berdiri dari tempat duduknya. "Maaf, aku ada urusan," katanya singkat sebelum pergi, meninggalkan sepasang kekasih itu dalam keheningan yang canggung.

Gyuvin merasa dorongan kuat untuk menahan Ricky dan meminta penjelasan, namun ia menahan diri. Ia menarik napas dalam-dalam dan berusaha meredakan rasa cemburunya. "Jadi, apa yang kalian bicarakan?" tanyanya kepada Eunchae dengan nada yang sedikit tegang.

Eunchae, yang tampak sedikit bingung dengan sikap Gyuvin, menjawab dengan jujur. "Aku hanya meminta kontak Ricky. Ketua kelas kita tidak masuk beberapa hari ini, dan aku butuh nomor Ricky untuk memasukkannya ke dalam grup obrolan kelas. Itu saja."

Gyuvin merasa sedikit lega namun masih ada sisa rasa tidak nyaman di hatinya. "Untuk apa kau memasukkan dia ke dalam grup obrolan kelas?" tanyanya, mencoba untuk tetap terdengar santai namun nada suaranya tidak bisa sepenuhnya menyembunyikan rasa kesal.

Eunchae tersenyum lembut, berusaha menenangkan Gyuvin. "Gyuvin, itu bukan masalah besar. Dia murid baru dan penting untuk dia mendapatkan informasi dari kelas. Lagipula, ini hanya grup obrolan kelas, bukan sesuatu yang harus dicemburui."

Gyuvin berdecak kesal, meskipun ia tahu bahwa Eunchae benar. Ia tidak bisa melarang Eunchae melakukan sesuatu yang begitu sederhana dan wajar. "Aku tahu, aku hanya merasa... aneh saja melihat kalian tampak akrab. Mungkin aku terlalu berlebihan," gumamnya sambil menundukkan kepala.

Eunchae mendekat dan meraih tangan Gyuvin, menatapnya dengan penuh kasih sayang. "Gyuvin, kau tidak perlu khawatir. Aku hanya mencoba membantu Ricky beradaptasi. Kau tahu aku hanya peduli padamu. Jangan biarkan hal kecil seperti ini mengganggu kita."

Gyuvin mengangguk perlahan, merasa sedikit malu dengan rasa cemburunya yang tidak beralasan. Ia tahu bahwa Eunchae adalah orang yang peduli dan bertanggung jawab, dan sikapnya yang terbuka terhadap Ricky hanyalah bagian dari upaya untuk membuat suasana kelas lebih nyaman.

"Aku mengerti," kata Gyuvin akhirnya, menarik napas dalam-dalam. "Aku hanya butuh waktu untuk menyesuaikan diri dengan kehadiran Ricky. Terima kasih sudah menjelaskan, Eunchae."

Eunchae tersenyum hangat dan memeluk Gyuvin. "Tidak apa-apa, Gyuvin. Aku mengerti."

•••


Di toilet sekolah yang sepi, suasana tampak tegang ketika Gyuvin memasuki ruangan. Matanya segera menangkap sosok Ricky yang sedang membasuh tangannya di wastafel. Gyuvin berjalan mendekat dan berdiri di sebelah Ricky, membuka keran dan membasuh tangannya. Dalam keheningan yang canggung, Gyuvin berdehem pelan mencoba menarik perhatian Ricky, namun Ricky tidak bergeming sedikitpun.

Merasa diabaikan, Gyuvin akhirnya memutuskan untuk membuka percakapan lebih dulu. "Apa yang tadi kalian bicarakan?" tanyanya, suaranya terdengar datar. Ricky hanya melirik sekilas, lalu kembali fokus pada tangannya yang kini bersih. Dengan tenang, Ricky mengambil tisu untuk mengeringkan tangannya. "Kenapa? Memangnya apa yang Eunchae katakan padamu?" balas Ricky tanpa memandang Gyuvin.

BE MY BROTHER | GYUICKY FT. JEONGRI ♡Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang