Hari-hari di rumah selama masa pemulihan kaki Ricky terasa panjang, terutama karena kehadiran Gyuvin yang semakin hari semakin menempel padanya seperti lem. Setiap langkah yang Ricky ambil, baik di ruang tamu, dapur, atau bahkan ke teras rumah, Gyuvin selalu berada di sana, seperti bayangan yang tak mau pergi. Tuan Kim dan Nyonya Shim melihat itu sebagai bentuk perhatian yang manis dari Gyuvin. Mereka sering tersenyum simpul ketika melihat putra mereka yang lebih muda mengikuti Ricky ke mana pun ia pergi, menganggapnya sebagai kasih sayang yang tulus.
Namun, bagi Ricky, perhatian Gyuvin yang berlebihan ini mulai menjadi sangat menjengkelkan. Puncaknya terjadi ketika Ricky hendak mandi di suatu sore. Ricky yang sudah lelah dengan Gyuvin yang terus mengikutinya di setiap sudut rumah, merasa bahwa ini sudah terlalu berlebihan.
"Gyuvin, kau tidak perlu mengikutiku ke mana-mana!" seru Ricky dengan nada frustrasi, sambil melihat ke arah Gyuvin yang masih berdiri di pintu kamar mandi.
Gyuvin tersenyum polos, seolah tidak menyadari batasan yang seharusnya ada. "Aku hanya ingin memastikan kau baik-baik saja, Ricky. Bagaimana kalau kau terpeleset atau butuh bantuan?"
Ricky menghela napas panjang, berusaha menahan diri untuk tidak meledak. "Gyuvin, aku hanya mau mandi dengan tenang. Aku tidak butuh bantuan untuk itu. Sekarang keluar dari sini."
Gyuvin tetap berdiri di tempatnya, tampak ragu sejenak sebelum akhirnya berkata dengan nada menggoda, "Kalau kau merasa tidak nyaman mandi sendiri, aku bisa menemanimu. Siapa tahu kau perlu bantuan untuk menyabuni punggung atau-"
Mata Ricky langsung melebar mendengar itu. Rasa frustrasinya seketika berubah menjadi kekesalan bercampur panik. "Apa? Kau mau ikut mandi denganku juga?" ucap Ricky dengan nada sarkastis, meski dalam hatinya ia berharap Gyuvin mengerti bahwa itu bukanlah sebuah ajakan.
Namun, alih-alih merasa tersinggung atau mengerti bahwa itu adalah sarkasme, mata Gyuvin justru berbinar, dan senyumnya semakin lebar. "Kalau kau mengizinkan, kenapa tidak?" jawab Gyuvin penuh semangat.
Ricky terdiam sejenak, otaknya memproses jawaban Gyuvin dengan cepat. Ketika kesadaran akan apa yang baru saja ia katakan mulai meresap, wajah Ricky seketika memerah. "Gyuvin, keluar!" serunya sambil segera mendorong Gyuvin keluar dari kamar mandi dengan sisa tenaga yang dimilikinya, dibantu dengan alat bantu jalannya.
Gyuvin tertawa kecil, tidak terlalu menentang ketika Ricky mendorongnya keluar, tetapi masih sempat berseru, "Kau tahu aku hanya bercanda, kan?"
Ricky tak menggubrisnya dan segera menutup pintu kamar mandi dengan cepat, merasa jantungnya berdetak lebih cepat dari biasanya. Dia bersandar pada pintu sejenak, mengatur napas yang tiba-tiba menjadi berat, sebelum akhirnya menatap dirinya sendiri di cermin.
"Wah, Ricky, apa yang kau pikirkan?" gumamnya pelan sambil melihat wajahnya yang memerah di cermin. Dia menggelengkan kepala, mencoba menepis bayangan yang tiba-tiba muncul di benaknya.
Namun, pikiran itu sudah terlanjur muncul. Ricky mendapati dirinya membayangkan skenario yang tidak seharusnya ia pikirkan. Bayangan Gyuvin yang ada di belakangnya di kamar mandi, dengan tangan-tangan Gyuvin yang besar dan hangat mengelus tubuhnya, serta cumbuan yang penuh gairah di lehernya, membuat tubuh Ricky meremang. Namun, ia dengan cepat menyadari absurditas dari pikiran itu dan segera menepisnya.
"Apa yang salah denganmu, Ricky?" desahnya sambil menampar lembut pipinya sendiri, berharap itu bisa mengusir bayangan yang tidak pantas dari pikirannya. "Fokus, fokus... Kau hanya perlu mandi dan melupakan semua ini."
Ketika Ricky hendak menuruni tangga, masih dengan sedikit hati-hati karena kakinya yang belum sepenuhnya pulih, tiba-tiba Gyuvin muncul dari arah dapur. Seolah-olah sudah menunggu momen ini, Gyuvin segera mendekat dan menawarkan bantuan.
KAMU SEDANG MEMBACA
BE MY BROTHER | GYUICKY FT. JEONGRI ♡
FanficGyuvin tidak menyangka kalau orang sangat ia benci akan menjadi kakak tirinya. Kim Gyuvin ♡ Ricky ♡Gyuicky/Shimkongz♡ ZEROBASEONE ZB1 🪐 • Start : 24.07.2024 • Finish : ©itsmyhalluniverse2024