0.5

426 41 0
                                    

Di ruang UKS yang sepi, suasana terasa dingin dan sunyi, seperti menggantung di antara kedua remaja yang sedang terdiam. Perawat yang sebelumnya merawat luka Gyuvin dan Ricky telah pergi karena ada keperluan mendesak, meninggalkan mereka berdua dalam keheningan yang penuh ketegangan. Ricky duduk di ranjang, matanya menatap lurus ke depan tanpa ekspresi. Gyuvin, yang duduk di kursi di sebelahnya, melirik Ricky sebentar sebelum kembali memalingkan wajah.

"Kenapa?" tanya Gyuvin tiba-tiba, suaranya memecah keheningan.

Ricky menoleh perlahan, wajahnya tetap dingin. "Apa?"

Gyuvin menghela napas, memperjelas pertanyaannya. "Kenapa kau melakukan itu? Kenapa harus Eunchae?"

Ricky tetap tenang, menatap Gyuvin dengan matanya yang kini tampak sayu. "Harusnya kau berterima kasih padaku."

Gyuvin mendengus, merasa bingung dan marah. "Apa maksudmu? Bagaimana aku bisa berterima kasih setelah kau merusak hubunganku?"

Ricky menghela napas, seolah menjelaskan sesuatu yang sederhana namun penting. "Eunchae, sejak hari pertama aku pindah, dia sudah mulai meminta nomor ponselku. Aku menolak. Tapi di hari kedua pagi itu, aku baru menerimanya. Aku tahu Eunchae tertarik padaku, meskipun dia bersamamu. Aku bisa melihatnya dari tatapan matanya. Dia bukan gadis yang seti. Aku sudah banyak bertemu dengan gadis seperti itu di Amerika."

Gyuvin terdiam, mencoba mencerna kata-kata Ricky. "Jadi kau hanya mencoba memancingnya?"

Ricky mengangguk pelan. "Ya, aku ingin melihat apakah dia benar-benar seperti yang kupikirkan. Dan ternyata dia langsung terpancing. Aku tidak pernah tertarik padanya. Aku hanya ingin kau tahu siapa dia sebenarnya sebelum kamu terluka lebih dalam."

Gyuvin menggelengkan kepala, tidak percaya. "Kau terdengar seperti dukun. Bagaimana kau bisa yakin dengan semua itu?"

Ricky tersenyum tipis, penuh keyakinan. "Setidaknya kau sekarang terhindar dari perempuan yang tidak setia itu."

Gyuvin tertawa remeh, tidak bisa menerima alasan Ricky begitu saja. "Alasanmu sangat konyol, Ricky. Kau tidak berhak mencampuri urusan hubungan orang lain seperti itu."

Gyuvin merasakan amarah yang semakin membara di dadanya. "Kau mungkin berpikir kamu melakukan hal yang benar, tapi kau hanya membuatku semakin membencimu."

Setelah beberapa saat berlalu dalam keheningan, Eunchae datang menghampiri ruang UKS. Langkahnya gugup, namun ia bertekad untuk berbicara dengan Gyuvin. Ricky, yang masih duduk di ranjangnya, melihat kedatangan Eunchae. Tanpa berkata apa-apa, Ricky berdiri dan berjalan keluar, memberikan mereka ruang untuk berbicara. Saat ia melewati Eunchae, Ricky hanya memberikan tatapan singkat.

Gyuvin, yang sejak tadi merasa marah dan kecewa, memandang tajam pada Eunchae. Sebelum Eunchae sempat membuka mulut, Gyuvin sudah bertanya dengan nada sinis, "Untuk apa kau kemari?"

Eunchae tampak terkejut dan khawatir melihat kondisi Gyuvin yang babak belur. "Sayang, aku hanya ingin tahu bagaimana keadaanmu," katanya dengan suara lembut.

Gyuvin mengangkat satu alis, merasa ironis. "Tentu saja aku tidak baik-baik saja. Lihat wajahku. Penuh luka dan memar, dan kau masih bertanya apakah aku baik-baik saja?"

Eunchae terdiam, rasa bersalah menyelimuti hatinya. Ini pertama kalinya Gyuvin berbicara padanya dengan nada yang begitu tajam. "Aku minta maaf, Sayang. Aku benar-benar menyesal. Aku tidak bermaksud menyakiti perasaanmu. Aku ingin kita berbaikan."

Gyuvin mendengus, tertawa pahit. "Kau memang tidak punya rasa malu, Eunchae," katanya sambil menggelengkan kepala. Ia bangkit dari tempat duduknya, bersiap untuk pergi.

BE MY BROTHER | GYUICKY FT. JEONGRI ♡Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang