1.1

391 39 1
                                    

Gyuvin dan Ricky saling menatap dengan mata membulat, masing-masing tidak percaya dengan apa yang mereka lihat. Suasana di kamar yang semula tenang mendadak berubah menjadi penuh ketegangan.

"Apa yang kau lakukan di kamarku?" Gyuvin bertanya dengan nada kesal, alisnya berkerut tajam.

Ricky balas menatap dengan tatapan tidak kalah tajam. "Apa yang kau lakukan di kamarku? Aku sudah mengunci pintunya, bagaimana kau bisa masuk?" balasnya, suaranya terdengar datar penuh dengan ketidakpercayaan.

Mereka berdiri diam untuk beberapa detik, seolah-olah sedang menimbang-nimbang langkah selanjutnya. Gyuvin, yang tidak bisa menahan rasa frustrasinya lebih lama lagi, meraih ponselnya dan segera menelepon Ayahnya.

"Ayah, kenapa ada Ricky di kamarku? Apa Ayah salah memberi kamar?" tanyanya dengan nada penuh amarah dan ketidakpercayaan.

Di seberang telepon, Tuan Kim menjawab dengan suara tenang namun tegas, "Aku tidak salah, Gyuvin. Aku memang sengaja membiarkan kalian berada di kamar yang sama agar kalian bisa menjadi lebih akrab."

Gyuvin menghela napas panjang, mencoba menahan amarahnya. "Tapi, Ayah..." Namun, Tuan Kim sudah menutup panggilan sebelum Gyuvin bisa melanjutkan protesnya. Perasaan marah dan frustrasi membakar di dadanya. Dengan tekad bulat, Gyuvin hendak keluar kamar untuk menemui Ayahnya dan meminta penjelasan lebih lanjut.

Namun, sebelum ia sempat melangkah keluar, Ricky menahannya dengan tegas. "Jangan ganggu mereka. Mereka sedang menikmati malam ini," ujar Ricky dengan nada memerintah.

Gyuvin tidak terima diperlakukan seperti itu. Ia menghempas tangan Ricky dengan kasar. "Jangan sentuh aku," katanya dengan suara bergetar, setengah karena marah, setengah karena masih dihantui oleh mimpi buruk yang dialaminya tadi pagi.

Ricky menatap Gyuvin dengan tatapan bingung dan sedikit penasaran. "Kenapa? Apa yang sebenarnya terjadi?"

Gyuvin terdiam sejenak, mengingat mimpi buruknya tentang Ricky. Perasaan takut dan tidak nyaman kembali menguasainya. "Itu bukan urusanmu," jawabnya singkat, mencoba menghindari topik tersebut.

Gyuvin melamun, terjebak dalam pikirannya sendiri yang dipenuhi oleh bayangan mimpi buruk yang baru saja ia alami. Tiba-tiba, ketika ia tersadar, wajah Ricky sudah berada sangat dekat di depannya. Gyuvin terkejut, terjengkang ke belakang hingga mendarat di atas ranjang dengan suara gedebuk yang keras.

Ricky, melihat raut wajah Gyuvin yang pucat dan ketakutan, merasa khawatir. "Gyuvin, apa yang terjadi?" tanyanya, menaiki ranjang dan mencoba mendekati Gyuvin untuk memastikan keadaannya. Namun, Gyuvin segera menarik selimut, menutupi tubuhnya dalam ketakutan, seolah-olah mencoba melindungi dirinya dari sesuatu yang menakutkan.

Dalam pikirannya yang kacau, Gyuvin melihat kembali adegan-adegan mengerikan dari mimpi buruknya tadi. Ia berteriak, "Jangan mendekat! Kumohon, jangan!"

Ricky tertegun mendengar teriakan Gyuvin. Kebingungan menguasai dirinya. Ia tidak tahu apa yang membuat Gyuvin begitu ketakutan. Tanpa berpikir panjang, Ricky menampar Gyuvin, berharap bisa membuatnya tenang. "Gyuvin, kau kerasukan atau melihat hantu? Sadarlah!"

Tamparan itu membuat Gyuvin terdiam, matanya berkedip-kedip menahan air mata. Sesaat, ruangan itu sunyi. Gyuvin menarik napas dalam-dalam, mencoba mengendalikan dirinya. "Aku... aku sedang belajar akting," katanya, mencari-cari alasan yang masuk akal.

Ricky memandang Gyuvin dengan tatapan aneh dan skeptis. "Belajar akting? Di tengah malam seperti ini? Kau benar-benar aneh."

Gyuvin berdiri dari kasur dengan tergesa-gesa, mencoba menyembunyikan kegelisahannya. "Aku serius. Aku tidak ingin membahas ini sekarang."

BE MY BROTHER | GYUICKY FT. JEONGRI ♡Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang