Sudah hampir satu bulan berlalu sejak pertengkarannya dengan Ricky dan perpisahannya dengan Eunchae. Waktu seakan berhenti untuk Gyuvin, hari-harinya terasa hampa tanpa keberadaan Eunchae. Rasa kecewa dan marah yang mendalam membuatnya tak pernah menyinggung, berbicara, atau bahkan menatap wajah mereka berdua selama ini.
Setiap kali mereka berpapasan di sekolah atau di lingkungan sekitar, Gyuvin selalu memalingkan muka, seolah-olah Eunchae dan Ricky hanyalah bayangan yang tak berarti. Meskipun Eunchae beberapa kali mencoba mendekati Gyuvin, memintanya untuk memaafkan, Gyuvin tetap bersikeras mengacuhkannya. Perasaan bersalah dan sedih jelas terpancar dari wajah Eunchae setiap kali dia harus menerima kenyataan bahwa usahanya sia-sia.
Lama-kelamaan, Eunchae pun menyerah. Dia berhenti mencari Gyuvin, berhenti berusaha mengajaknya bicara. Hati Gyuvin sebenarnya merasa sedikit lega, tapi juga kosong.
Namun nasib seakan mempermainkan Gyuvin. Ketika ia menatap kertas undian yang baru saja ia ambil, rasa benci merayapi hatinya. "Tidak mungkin," gumamnya pelan, kemudian lebih keras, "Tidak mungkin!"
Kertas undian itu memutuskan bahwa Gyuvin akan satu tim dengan Ricky untuk penilaian olahraga badminton. Dengan amarah yang membara, Gyuvin bergegas menuju Mr. Kim, guru olahraga mereka. "Pak, ini tidak adil! Saya tidak bisa satu tim dengan Ricky!" protes Gyuvin dengan nada tinggi.
Mr. Kim, dengan tenang dan sabar, menjawab, "Gyuvin, keputusan sudah final. Semua sudah mendapatkan tim masing-masing. Tidak ada perubahan."
Di belakang Gyuvin, Ricky hanya berdiri diam, mendengarkan rengekan Gyuvin tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Ia tampak tenang. Gyuvin, yang merasa terpojok, menghela napas gusar. Ia tahu bahwa tidak ada gunanya berdebat lebih lama lagi. Keputusan sudah dibuat.
Dengan rasa kesal yang masih menggumpal di dadanya, Gyuvin memandang Ricky yang sudah mulai pemanasan. Pemuda berambut perak itu bergerak dengan lincah dan penuh konsentrasi, seolah-olah tidak ada yang salah. Pemandangan itu membuat Gyuvin semakin kesal. Ia berjalan mendekati Ricky, menatapnya dengan penuh kebencian.
"Kenapa kau harus mengambil warna kertas yang sama denganku?" tanyanya dengan nada menuduh.
Ricky berhenti sejenak, mengerutkan dahinya dan memandang Gyuvin dengan tatapan aneh. "Bagaimana aku bisa tahu warna kertas yang akan aku ambil?" jawab Ricky dengan suara datar.
"Aku tidak peduli!" sahut Gyuvin keras. "Coba saja kalau kau mengambil kertasnya lebih lama lagi, pasti kita tidak akan satu tim!"
Ricky mendengus, lalu tertawa kecil, tidak percaya dengan apa yang didengarnya. "Itu tidak masuk akal. Aku tidak bisa mengendalikan hasil undian."
Gyuvin tetap bersikeras menyalahkan Ricky. "Ini semua salahmu, Ricky. Apapun yang terjadi, ini tetap salahmu."
Mereka mulai adu mulut. Ricky, yang tadinya tenang, mulai kehilangan kesabarannya.
"Kau pikir aku mau satu tim denganmu?" Ricky melangkah mendekat, menatap tajam ke arah Gyuvin. "Aku juga tidak mau!"
"Kalau begitu, kenapa tidak kau lakukan sesuatu?!" balas Gyuvin dengan keras.
"Apa yang bisa aku lakukan? Berdebat dengan guru seperti anak kecil? Itu tugasmu, bukan?" Ricky membalas dengan nada sarkastis.
Gyuvin mendekatkan wajahnya ke wajah Ricky. "Setidaknya aku mencoba sesuatu, tidak seperti kau yang selalu pasrah."
"Kau hanya membuat segalanya lebih buruk," Ricky balas dengan suara lebih rendah, tetapi dengan tekanan yang tajam.
"Kau selalu berpikir kau lebih baik dari orang lain, hm?" Gyuvin menantang.
KAMU SEDANG MEMBACA
BE MY BROTHER | GYUICKY FT. JEONGRI ♡
FanficGyuvin tidak menyangka kalau orang sangat ia benci akan menjadi kakak tirinya. Kim Gyuvin ♡ Ricky ♡Gyuicky/Shimkongz♡ ZEROBASEONE ZB1 🪐 • Start : 24.07.2024 • Finish : ©itsmyhalluniverse2024