-*.✧42✧.*-

3.3K 405 33
                                    

"Berharap itu adalah sebuah kesalahan."

---🌹🌹🌹---

"Hiks...."

Sylvester menatap jengkel pada Effie yang terduduk di hadapannya. Padahal dirinya tidak melakukan apapun—selain mencekik—, tapi malah Sylvester yang seakan menjadi pelaku di sini. Apalagi salju sedang turun lagi, benar-benar sial sekali.

Semua itu terjadi kala Effie yang hari ini tanpa adanya angin, tanpa adanya petir mengunjungi mansion Dimitri.

---✿✿✿---

Sylvester menghela nafas pelan. Siang ini dirinya sendiri di mansion.

Fransisco dan Margareta harus pergi ke luar kota secara mendadak tadi. Sedangkan yang lainnya harus bekerja termasuk Lauriel yang harus mengurusi toko bunganya setelah lama wanita itu anggurkan. Mansion ini memang tidak terlalu sepi sih karena ada beberapa penjaga dan maid yang berlalu lalang.

Tapi tetap saja Sylvester merasa sendiri karena tidak ada yang bisa dirinya ajak bicara selain Mare yang hanya bisa mengeong sebagai sahutan.

"Hah...."

Seakan mendapat ide brilian, Sylvester langsung bangkit dan berlari menuju kamar. Menghiraukan sang kepala pelayan yang berseru agar dirinya tidak berlari.

Setelah beberapa saat kemudian Sylvester sudah siap dengan jaket musim dingin, syal juga sarung tangan. Bibirnya membentuk senyum simpul.

Sylvester ingin ke taman mansion. Dirinya berniat untuk bermain salju ketimbang mati kebosanan.

"Woah...."

Mau di lihat seberapa sering pun, bagi Sylvester pemandangan serba putih ini adalah pemandangan yang paling terbaik bagi dirinya, sangat indah untuk di nikmati walaupun dingin untuk dirasakan.

"Hehe." Sylvester menjelajahi taman, melangkah ke sana kemari seraya bernyanyi-nyanyi kecil dan melompat layaknya kelinci bahagia di padang rumput.Tapi ternyata kebahagiaan itu tidak bertahan lama karena melihat Effie melangkah ke mari dengan pakaian musim dingin miliknya.

"Hai Sylvester!"

Sylvester mengernyit mendengar suara cempreng Effie yang memasuki indra pendengarannya. Suaranya sangat menganggu.

"Em... Halo juga Fifi." Sylvester tersenyum kikuk.

"Apa kabarmu?"

"Kabar Fifi baik kok!"

Sylvester hanya tersenyum tipis seraya menatap Effie yang mulai berceloteh seperti biasa.

'Perasaan grandpa udah ngasih perintah deh, kalo nggak boleh ada siapapun yang mengunjungi mansion.'

Bagaimana caranya Effie bisa masuk ke sini...?

Effie tersenyum rumit, ia memandang rendah Sylvester.

"Kamu tahu?"

Sylvester bisa merasakan aura yang tak biasa di sini. Effie memasang air muka sinis, ia mencebik.

"Aku membencimu," ujarnya, "Aku ingin sekali menyingkirkan dirimu, Sylvester."

Tangan Effie menggenggam tangan Sylvester, ia arahkan ke arah lehernya. Pose itu seakan Sylvester sedang mencekik Effie.

"Apa yang kau inginkan sih?"

Sylvester tidak melepas cengkraman Effie, dirinya mempunyai rencana lain.

"Aku sudah bilang, aku ingin menyingkirkan dirimu." Effie menuntun Sylvester untuk mencekik lehernya.

Sylvester menyeringai, dirinya menekan kuat leher Effie sesuai tuntunan gadis itu.

"Ugh...."

Effie tidak menyangka, kalau Sylvester benar-benar akan mencekik dirinya kuat. Effie tidak bisa bernafas dengan baik. Oksigen seakan enggan untuk mengisi paru-parunya.

"Ada apa? Bukankah ini yang kau inginkan, hm?" Sylvester menambah tekanan. Bibirnya menyeringai senang. Ada perasaan bahagia yang menyelimuti dirinya sekarang ini.

"Lepas...." Effie menatap nyalang. Sylvester menghiraukan, ia lebih memilih untuk berfokus pada perasaan senang yang menyelimuti dirinya.

'Bugh

Effie mendorong Sylvester. Si empu yang di dorong melepas cekikan dan terhuyung seraya menunduk. Effie terduduk, ia meraup oksigen dengan rakus.

"Gila...." gumamnya yang langsung di dengar oleh Sylvester. Sylvester tertawa, dirinya di sebut gila oleh gadis gila!

"Ingat kalau kau juga gila," Sylvester berjongkok, "Effie."

Netra yang menatap sayu itu berubah tajam. Tidak ada rona merah dan hanya air muka datar dan dingin di wajah Sylvester.

"Ck!" Effie berdecak keras. Ia menatap kesal Sylvester yang berdiri tegap di hadapan dirinya.

"Syl!" Violetta datang seraya berlari kecil. Effie langsung merubah air mukanya.

"Hiks...."

---✿✿✿---

"Loh? Apa yang di lakukan gadis ini duduk di atas tanah seperti itu?"

Violetta menatap tajam ke arah Effie yang menangis tersedu-sedu seraya duduk di atas tanah.

"Entahlah, cosplay mungkin." Sylvester mengangkat bahunya acuh, ia memeluk Violetta.

"Syl! Ayo ke dalam, mom Letta membawa sesuatu untuk Syl!"

"Ya, ayo mom."

Kedua orang itu masuk ke dalam mansion seraya berbincang-bincang senang.

Effie berdiri, ia menepuk pakaiannya. Netranya berkilat marah.

'Ck, bisa-bisanya aku gagal.'

Violetta bahkan tidak menanyai dirinya walaupun dirinya sudah menangis tersedu-sedu seperti tadi. Pusat perhatian wanita hanya Sylvester, Sylvester, Sylvester. Menyebalkan.

✿✿✿Bersambung....

Eh, aku mau cerita. Tadi setelah aku mandi ya, masa aku denger suara orang lagi mandi pas aku udah keluar dari kamar mandi. Tapi kan aku sendiri, pas di cek pun nggak ada siapa-siapa (⁠⌐⁠■⁠-⁠■⁠)

Terus ya aku juga denger suara wanita ketawa melengking di atas genteng kamarku, kan masa ada orang di atas genteng. Di tambah lagi ada suara bayi tapi teriak, teriak itu 'Groar' yah macam gitulah, nyeremin. Semua itu aku denger di dalam kamarku pas aku sendiri lagi. Kira-kira adakah yang bisa jelasin? (⁠⌐⁠■⁠-⁠■⁠)

Sylvester [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang