CHAPTER 12

9.5K 1.3K 1K
                                    

2500 kata.
Ramaikan <3
Mention kalau ketemu typo.

****

21.35, Casino Kat Agadir

"Packer."

Buru-buru langkah lebar Joe Harem menuju kepada Rankit di mana pria itu tengah merokok di ruang beristirahat untuk para pekerja. Di ruangan yang sedikit remang-remang itulah Rankit duduk pada kursi sembari memegang kartu, melakukan cardistry bagai seorang pesulap.

Rankit tetaplah Rankit. Saat beristirahat pun ia enggan berkumpul bersama dengan yang lainnya dan lebih pilih menyendiri seperti saat ini sembari mengasah kembali kemampuan cardistry-nya.

"Nona Katya memintamu ke atas," timpal Joe begitu ia sampai dan kini berdiri di sebelah kursi Rankit.

"Ini masih jam istirahat, jika kau lupa," balas Rankit tak acuh. Rokoknya ia gigit di sudut bibir dan melakukan trik di mana tumpukan kartu pada tangannya seketika melebar membentuk kipas dan dalam sedetik, kartu-kartu itu kembali menjadi satu tumpukan. Pun itu Rankit lakukan hanya dengan menggunakan satu tangannya saja.

"Seorang tamu besar dari Casablanca datang dan Nona Katya ingin kau menemuinya," balas Joe. Manajer itu menatap kartu-kartu dalam genggaman Rankit.

Perlahan Rankit menengadah, ia pandang kini wajah Joe di atas. "Sultan Liben?"

Joe balas tatap kedua mata Rankit. Warna keemasannya bagai whiskey yang terpapar sinar matahari di dalam gelas kaca. Manajer itu menyenggut kecil. "Kareem Banhi."

Tanpa menunggu penjelasan lainnya lagi dari Joe, sigap Rankit berdiri hingga sekarang Joe-lah yang harus menengadah agar dapat melihat wajah pria itu. Gontai dan lebar Rankit meninggalkan ruang istirahat lantas menuju kepada lantai dua kasino mewah tersebut. Casino Kat Agadir.

Dengan alasan membawa tiga botol minuman di nampan juga beberapa gelas kaca bergagang tinggi, segera Rankit memasuki ruang berjudi. Reba yang sedari tadi telah menanti-nanti kehadiran pria itu, bola matanya otomatis bergerak ke arah Rankit ketika Ayah Shada itu muncul dengan menopang nampan di samping kepala, dan satu tangannya lagi menjepit lima gelas di sela-sela jari. Rokoknya yang ia gigit di bibir pun tetap menyala serta mengepulkan asap-asap tipis. Pria paling tinggi di seantero ruangan. Bahkan seantero bangunan tersebut.

Tepat di samping Reba posisi Kareem duduk, dan ketika Rankit datang sebagai seorang karyawan, singkat ia mendenguskan tawa kecil tatkala matanya menemukan Rankit.

"Kau mempekerjakan manusia paling hina di negeri ini?" Kareem berceletuk. Ia lirik si cantik di sebelahnya, Reba yang menyesap cerutu seraya sibuk mengeluarkan emas batangan dari dalam petinya untuk ia jadikan taruhan berjudi dengan Kareem. Kareem menantangnya, pria itu memasang sejumlah besar uang seakan yakin dirinya akan menang di malam ini.

"Si hina pun membutuhkan uang untuk tetap melanjutkan kehidupannya yang hina," sahut Reba. Semua pria-pria kaya di meja itu mendengar obrolan Reba dan Kareem. Termasuk Rankit sendiri.

"Kau! Kocoklah kartunya untuk kami semua." Meski terkejut, Rankit sigap menangkap satu pack kartu yang Reba lemparkan kepadanya. Memintanya untuk mengocok kartu itu lalu membagikannya kepada semua orang di meja tersebut.

Kareem terkekeh, hatinya gembira melihat sang adik tiri berada di sana dengannya, dengan status serta posisi mereka yang amat jauh berbeda; langit dan tempat sampah. Ia pun gembira sebab di malam ini, ialah satu-satunya pria nan dapat duduk di sebelah Katya Basalamah.

Lebih dulu Rankit menggulung kemeja hitam lengan panjang—seragamnya bekerja—sampai pada siku. Setelah menyesap rokoknya dalam-dalam, ia gigit rokoknya di tepi bibir kemudian mengeluarkan kartu dari dalam kotaknya.

IMMORALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang