CHAPTER 14

12K 1.7K 1.1K
                                    

Penasaran pada perkembangan Kareem yang hendak mendekati mantan adiknya, Darja Basalamah lantas mengundang Kareem Banhi, sahabatnya itu untuk datang dan makan siang bersama.

Tanpa penolakan Kareem pun meninggalkan hotel tempatnya berdiam selama di Agadir lalu mengunjungi rumah Darja Basalamah, terletak di bagian tengah-tengah kota Agadir dan menjadi salah satu hunian paling megah di kota tersebut.

Usai makan siang yang dilalui dengan hangat serta ditemani oleh ketiga istri Darja, Kareem dan Darja kemudian duduk bersantai pada taman luas yang dibuat sedemikian indahnya di halaman rumah mewah tersebut. Tak lupa para ajudan Kareem pun ikut berjaga-jaga di dekat sultan mereka.

"Kuakui kemampuannya dalam bermain judi. Di seumur hidupku, barulah dia seorang wanita yang kulihat begitu jago dalam berjudi hingga mampu mengalahkan banyak penjudi-penjudi lainnya." Kareem mulai bercerita.

Kedua pria itu duduk saling berhadapan dengan meja kaca bundar sebagai penengah. Dua gelas kopi pun tersedia di atas meja kaca itu.

"Dari usia remaja dia sudah tahu berjudi. Itu pengakuan yang dia ceritakan pada mendiang Ramsey," balas Darja setelah menyeruput kopinya.

"Selain pandai berjudi, dia juga pandai mencuri hati seorang pria," kata Kareem. Ia terkekeh saat mengucapkan kalimatnya barusan.

"Aura jalangnya sangat kuat." Darja mendenguskan tawa rendah. "Kurasa dia akan segera menyerahkan diri padamu."

"Tapi harus kuakui secara jujur. Aku menyukai mantan Adikmu itu, Sultan Basalamah. Kecantikannya, kecerdasannya dalam meraup banyak uang, semua itu sangat menantangku agar mendapatkannya."

Darja menatap Kareem serius. "Kau melupakan rencana awal kita?"

"Tentu tidak. Aku selalu mengingatnya." Kareem membalas tatapan Darja. "Kekayaannya akan tetap kita bagi dua. Tapi untuk sampai di titik itu, kurasa dia harus lebih dulu jatuh hati padaku. Dia itu cerdas, Sultan Basalamah. Akan tetapi, secerdas-cerdasnya seorang wanita, akan tolol juga jika sudah mengenal cinta. Aku harus membuatnya lebih dulu mencintaiku dan setelahnya, barulah kulancarkan rencana kita."

"Lalu bagaimana selama dua malam ini? Adakah tanda-tanda dia dapat kau luluhkan?" tanya Darja.

"Kurasa, ya." Kareem menyeringai tipis mengingat ciumannya bersama Reba semalam. Itu menggairahkan. "Sekaya apa pun dia, dia tetaplah seorang wanita yang gila akan uang. Dua malam aku bermain di kasinonya, aku menjadi satu-satunya pria yang dia izinkan duduk di sebelahnya, merangkul bahunya, dan dapat mencicipi bibirnya yang cantik," urai Kareem.

"Luar biasa." Darja tertawa singkat. "Jika sudah kau dapatkan bibir atasnya, maka tidak lama lagi akan kau dapatkan bibir bawahnya. Begitulah perempuan, mudah digenggam asal kita memiliki kekayaan. Dan Katya melihatmu sebagai yang paling kaya."

Mimik Kareem yang beberapa menit lalu dihiasi oleh seringaian lantas mendatar kini. Ia tatap tak berkedip kepada gelas kopinya di meja. "Tapi aku merasa kalau dia wanita yang berbahaya, Darja. Sorot matanya seakan penuh selidik dan rencana. Dia tak banyak bicara, namun matanya seolah mengatakan segalanya."

Kareem lalu melihat Darja di depan. "Saat malam di mana aku pertama kali menginjakkan kaki di kasinonya, aku seakan pernah mengenali aura perempuan itu. Dalam beberapa menit lamanya, aku gelisah selama menatap wajahnya yang menawan." Kareem menjelaskan.

"Itulah alasan mengapa aku ingin membuatnya tunduk di bawah kakiku sebagai seorang istri," respon Darja.

"Perempuan itu sepertinya memang ancaman bagi kaum lelaki. Dia cerdas dan pintar, dia memiliki banyak pengalaman serta wawasan, dia pandai menilai, pun dia perempuan yang sangat berani. Dia tak pernah takut membantah atau menolak, dan aku tak menyukai perempuan seperti itu. Dia melewati batasannya sebagai seorang perempuan, di mana seharusnya perempuan tetaplah harus tunduk patuh dengan lemah juga tak berdaya dalam kendali kita." Darja melanjutkan.

IMMORALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang