CHAPTER 17

7.9K 1.4K 1.1K
                                    

Roda kehidupan memang berputar. Akan tetapi, membutuhkan 13 tahun bagi Rankit dalam menanti agar roda kehidupannya dapat berputar kembali ke titik semula.

Butuh 13 tahun bagi Rankit untuk mendapatkan kembali apa yang seharusnya menjadi miliknya, hak serta kekuasaannya. Dia yang telah berpasrah pada takdir, mendadak dipertemukan oleh seorang wanita nan kini membantunya dalam mendapatkan segala keadilan.

Tak ada sebuah pertemuan yang kebetulan, begitu kata pepatah. Jauh sebelum hari ini, Rankit tak mempercayai kalimat itu. Jauh sebelum hari ini, pria dari suku Liben itu menolak segala pepatah-pepatah bijak yang telah terbukti dalam sejarah kehidupan banyak manusia.

Namun, pada hari ini dan saat ini, Rankit yang telah duduk pada takhta singgasana kekuasaannya, ia mulai mempercayai segala pepatah-pepatah tua yang serupa.

Ikan di laut dan gandum di ladang, pada akhirnya dapat bersatu di atas piring yang sama. Inilah pepatah yang tengah Rankit percayai setelah tiga bulan lamanya ia duduk pada kursi kepemimpinan partai Liben, mendapatkan kembali kehormatannya, kekuasaannya, kemewahan serta nama baiknya.

Reba Volpone. Betapa tak mau tahunya wanita itu terhadap segala usaha Rankit. Jika Rankit ikan di laut, maka Rankit berharap Reba adalah gandum di ladang yang bersedia berakhir bersamanya di atas piring nan sama. Sayang, bahkan tiga bulan telah berlalu, Reba masih tak berminat bertemu kembali dengan sultan Liben tersebut.

Urusan mereka telah selesai dan orang asing akan selalu menjadi asing, begitu prinsip Reba Volpone. Ia tak pernah memiliki niat untuk membalas perasaan Rankit, terlebih menampung perasaan pria itu di dalam hatinya.

"Sultan, Darja Basalamah memohon agar Anda mau melanjutkan kontrak—"

"Di dalam mimpinya," sela Rankit. Sembari buru-buru melangkah, ia juga sibuk membenarkan kancing jas lengannya dengan rokok menyala pada sudut bibir.

Tiga orang ajudan mengekori langkah lebar Rankit. Ajudan yang bahkan, tampak seolah tak berguna sebab mereka jauh lebih kecil juga pendek daripada sultan mereka sendiri.

"Tidak perlu menemaniku. Pergilah." Memakai dua jari Rankit mengusir semua ajudan yang terus membuntutinya. Ia lalu masuk ke dalam salah satu mobil—dari banyaknya mobil di halaman luas kediaman tersebut.

"Sultan, dengar. Kau harus melanjutkan kerjasama dengan Darja Basalamah demi menjaga tali komunikasi yang telah terjalin selama puluhan tahun ini. Itu pun demi menghormati mendiang Jose Packer—"

"Omong kosong," sela Rankit dengan gumaman. Ia nyalakan mesin garang mobilnya kemudian menatap kepada ketiga ajudannya. "Jangan terlalu menunjukkan aksi munafikmu padaku. Menghormati mendiang Jose Packer? Kalian semua bahkan mendukung Kareem Banhi selama 13 tahun," papar Rankit. Sikunya ia letakkan pada jendela mobil.

"Sultan—"

"Tutup mulutmu dan segeralah berkemas. Seluruh ajudan, pengacara, sekretaris sampai menteri partai Liben akan segera kuganti dengan orang-orang baru pilihanku sendiri," tutur Rankit tegas.

Seluruh ajudan menunduk, melangkah mundur sebab telah Rankit usir mereka semua memakai suara mesin mobilnya yang menggelegar bengis. Berkali-kali.

Meninggalkan kediaman mewah yang dirancang oleh Jose Packer sang ayah, Rankit pun melaju cepat untuk menemui seorang kepercayaannya yang telah ia angkat menjadi sekretaris pribadi. Hari ini mereka akan segera merekrut orang-orang baru untuk menggantikan semua orang-orang lama dalam partai Liben.

Era Kareem Banhi telah usai, kini waktunya bagi sang putra tunggal murni memimpin seturut jalan kebenaran—seperti yang selalu dianut oleh seluruh pemimpin partai Liben sedari 50 tahun silam.

IMMORALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang