Dua malam kemudian ....
Malam yang menjadi penentu akan kehidupan Rankit telah tiba kini. Sedari sore hingga saat ini telah pukul sebelas malam, dengan tegang Rankit menunggu akan kedatangan Kareem Banhi.
Rankit dan Reba sama sekali tak mengobrol sedari tadi. Sesekali Reba hanya memberi kode akan rencana besar mereka di malam ini menggunakan satu alisnya yang ia mainkan samar-samar. Sebisa mungkin Reba menghindari interaksinya bersama Rankit.
Tidak lama setelah Rankit keluar dari tempat peristirahatan, Kareem lantas muncul bersama tiga orang ajudannya. Rankit bergegas melangkah mundur, kembali menyembunyikan dirinya di balik bayangan gelap sembari mengamati Kareem di mana pria itu tengah disambut oleh Reba serta Joe di lobi utama.
Senyum Kareem merekah penuh wibawa. Seiring ia dan Reba melangkah dengan bahu Reba yang pria itu rangkul akrab, mesra layaknya sepasang kekasih bahagia. Rankit tak tahu apa yang Kareem katakan, tetapi saudara tirinya itu berhasil membuat Reba ikut tersenyum lepas betapa cantiknya. Rankit mengamati itu lekat-lekat.
Alih-alih menyusul Kareem dan Reba ke atas, Rankit putuskan untuk tetap tenang di ruang istirahat. Selanjutnya ia akan bekerja di bawah sembari menunggu jam yang telah ditentukan.
Ketegangan yang ada bukan hanya dirasakan oleh Rankit, tetapi juga dirasakan oleh Joe. Manajer kepercayaan Reba itu lantas menemui Rankit di ruang istirahat.
"Entah mengapa aku merasa Kareem mengetahui sesuatu," lontar Joe tanpa basa-basi. Terus melangkah hingga akhirnya kini ia berdiri di depan Rankit.
Rankit tak langsung merespon. Ia fokus pada belati di tangan yang ia tajamkan dengan kikir, menciptakan suara tajam nan mengerikan.
"Sepertinya kau telah tahu banyak tentangku." Rankit menatap mata Joe. "Juga tentang rencanaku dan Katya."
Joe selipkan dua tangannya ke saku celana. "Kutahu semuanya dari Nona Katya. Jika malam ini kau berhasil membunuh Kareem Banhi, maka jangan pernah lupakan jasa Nona Katya untukmu, Rankit Packer."
"Aku tak pernah meminta dibantu olehnya. Tapi jika malam aku berhasil, maka aku takkan pernah melupakannya. Dia satu-satunya manusia di dunia ini yang ingin melihatku mendapatkan keadilan," ujar Rankit. Terus mengikir belatinya sampai benda itu mengilap kini.
"Gunakan mobilku." Joe mengeluarkan kunci mobilnya. Ke depan wajah Rankit ia sodorkan.
Lebih dulu Rankit melirik kunci di tangan Joe kemudian berpindah dan menilik wajah manajer itu. "Aku pun takkan melupakanmu. Terima kasih telah memanusiakan diriku."
Joe mendesis layaknya orang kedinginan. "Karena kita semua adalah manusia, Packer. Kecuali Kareem Banhi, kurasa dia roh halus."
****
Beberapa sesi judi telah terlewati dan berbotol-botol minuman telah kosong kini. Seluruh pria-pria kaya telah dikuasai oleh alkohol, termasuk Kareem hingga pria itu mulai banyak berbicara omong kosong di samping Reba.
Usai memastikan Kareem telah mabuk, Reba memulai dengan memancing gairah Kareem. Ia meladeni pria itu yang meminta berciuman, memagut bibir Kareem di hadapan Joe dan beberapa orang ajudan Kareem sebagai saksi.
Sementara bibirnya tengah dipagut, tangan Reba pun bergerak lembut ke dada Kareem. Ia memberi sentuhan yang menggairahkan, mengusap dada Kareem kemudian naik dan merabai jakun pria tersebut.
Reba tahu tidak lama lagi Kareem akan mengajaknya berakhir di ranjang dan sebagai pecutan terakhir, tanpa ragu Reba menurunkan tangannya, bergerak perlahan, merambat sedari dada Kareem lalu berakhir di tengah-tengah selangkangan. Kareem menegang, ia terkekeh sembari memberi jarak pada bibirnya dan bibir Reba.
KAMU SEDANG MEMBACA
IMMORAL
RomanceWanita tetaplah wanita. Wanita ialah makhluk lemah perasa, perasaannya yang selalu lebih unggul dari logikanyalah yang membuatnya lemah sehingga berakhir dengan dipandang sepele. Wanita tetaplah wanita, mereka terbatas dan tak pernah diberi kesempat...