CHAPTER 10

12.6K 1.6K 816
                                    

Mention saja kalau ketemu typo yaa <3

****

"Kau lihat, Shada? Ayahmu sampai harus memakai seragam yang sangat ketat begini demi dirimu. Sampai kau gagal menjadi putri yang membanggakan, di tengah hutan Ayahmu ini akan gantung diri."

Rankit mengomel seorang diri di ruang ganti. Sambil berusaha mengenakan seragam kerja pemberian manajer yang menjadi amat ketat di tubuhnya, ia juga kesal sebab ia harus bekerja memakai kaos kaki, pantofel bahkan dasi kupu-kupu.

Saat berdiri di hadapan cermin dan mengamati sendiri penampilannya, otomatis bahu kekar Rankit melemas. "Makhluk apa ini?" Ia berdecak, berkacak pinggang dan itu membuat kain seragamnya seakan hampir robek di bagian ketiak.

Dalam-dalam Rankit menarik napas, memejam singkat lalu ia embuskan kasar. Kembali lagi ia tatap penampilannya sendiri di cermin. "Tidak apa. Gajinya besar," monolog pria itu.

Sehari sebelum penerimaan karyawan ditutup, Shada benar-benar mendesak agar Rankit mau menaruh berkas lamarannya di sana. Rankit yang menolak keras, Shada ancam apabila ia takkan mau sekolah lagi jika Rankit tetap bekerja di hutan. Ia mau ayahanya bekerja di bar sekaligus kasino itu karena gajinya yang besar, pun Rankit yang akan bisa mendapatkan banyak teman serta kenalan. Shada yakin, kehidupan Rankit perlahan akan berubah jika ia bekerja di bar sekaligus kasino besar yang baru akan beroperasi itu.

Setidaknya, Rankit akan memiliki banyak koneksi atau kenalan dengan orang-orang berdompet tebal. Menyadari paras ayahanya nan rupawan serta kekuatan fisik yang luar biasa, Shada rasa Rankit akan bisa mendapatkan pekerjaan yang lebih baik lagi dari bos-bos yang singgah di bar sekaligus kasino itu. Bisa saja nanti Rankit akan diangkat menjadi sopir pribadi seorang bos besar, atau mungkin ajudan berseragam dan bersenjata seorang miliarder.

Meninggalkan profesi lamanya, meninggalkan hutan juga pakaian penuh oli dan serbuk kayu, di dalam bangunan mewah itulah Rankit sekarang berada. Usai memakai seragam barunya, bersama seluruh pekerja baru lainnya kini Rankit berdiri, bederet teratur dan dirinyalah yang menjadi paling tinggi, paling besar, pun paling ketat. Paling seksi. Paling tampan.

"Selamat sore. Salam."

"Selamat sore. Salam, Manajer," sahut seluruh karyawan baru. Serempak mereka membawa kelima jari ke depan wajah dan menunduk singkat. Membalas salam sang manajer.

Manajer pria berjas itu mengedarkan senyum, ia tatap satu-persatu wajah seluruh karyawannya dan langsung berhenti tepat di wajah datar Rankit nan menawan.

"Apa seragammu terlalu kecil ... Rankit Packer?" lontar pria itu. Ia sebut nama Rankit setelah melihat kartu nama Rankit pada berkas-berkas karyawan di tangannya.

Semua menoleh ke arah Rankit, melihat Rankit sekilas dan kembali memandang ke depan.

"Kau bisa melihatnya sendiri, Manajer. Aku bahkan membenci dasi kupu-kupu yang mencekik leherku ini," gumam Rankit kecil. Rahangnya menegas, ia merasa konyol dengan seragam juga dasi kupu-kupu itu. Semua teman-teman barunya pun mengulum bibir. Rankit memang seksi dengan itu, tapi dirinya yang kaku, mendadak ia seperti robot.

"Akan kupesankan seragam yang lebih besar untukmu. Tunggulah beberapa hari ke depan," kata pria 45 tahun ini. Manajer sekaligus sekretaris Katya Basalamah, Joe Harem.

"Bos kita akan segera turun untuk menyapa kalian. Tetaplah tenang saat dia menatap kalian semua. Tak perlu menunduk takut," pesan Joe.

Dua menit selesai Joe berucap, suara heels yang bertemu dengan lantai terdengar indah dari pucuk atas anak tangga. Di bawah Joe sudah mengulurkan satu tangan kepada bosnya yang luar biasa. Wanita Basalamah satu-satunya di generasi ke 16 ini. Wanita yang menolak segala peraturan tak masuk akal. Wanita yang memiliki banyak topeng wajah. Reba Volpone.

IMMORALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang