Bagian 17

702 17 1
                                    

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

"Lepasin tangan aku, do! Mau kamu apa sih sebenarnya!"

Nara mencoba melepas tangan Aldo yang kini mencengkeram lengannya. Ingin berteriak meminta tolong pun juga percuma. Keadaan butik sudah mulai sepi, karena yang lain sudah lebih dulu pulang. Kini hanya menyisakan mereka berdua saja disana, sehingga Aldo bisa dengan leluasa memperlakukannya seperti sekarang.

"Aku kan sudah bilang, aku mau kamu bantu aku. itu aja, Nar!" Imbuh Aldo, dengan sorot mata telik, membuat Nara yang melihatnya jadi bergidik.

"Tapi aku gak mau do, terus-terusan ikut terbawa masalah, diantara kamu dan Rhea! Jadi tolong, jangan paksa aku untuk terlibat di dalamnya!"

"Memangnya kenapa Nar?! Apa karena perasaan kamu ke aku belum hilang. Dan mungkin itu pula yang menjadi alasan kamu selalu menghindar dari aku selama beberapa hari terakhir ini! Iya, kan?!"

Nara tak berkilah kali ini. Dia seolah enggan untuk sekedar menanggapi pernyataan Aldo, yang ditujukan padanya dan alasan mengapa dia menjauhinya.

Perhatiannya kini tertuju ke objek lain asal bukan pada pria itu.

-

Perlahan Arga membuka netra legamnya dan menyesuaikan dengan intensitas cahaya yang ada di kamarnya.

Begitu kesadarannya terkumpul sepenuhnya, barulah Arga hendak bangkit dari pembaringan. Tetapi kemudian dia merasakan kepalanya yang berdenyut dan begitu berat.

Sepertinya gara-gara kemarin dia lupa untuk mandi, sepulang dari menjemput wanita itu, padahal tubuhnya juga terkena terjangan hujan, meski tak seberapa basahnya.

Arga memijit pangkal hidungnya demi sedikit meredakan rasa sakit yang mendera. Detik berikutnya beringsut bangun menuju kamar mandi, membersihkan diri lalu bersiap-siap berangkat ke kantor.

Meskipun tubuhnya terasa lemas, bukan berarti menjadi alasan Arga bermalas-malasan. Sebisa mungkin dia mencoba menahannya dan tetap memaksakan untuk bekerja.

"Selamat pagi, mas Arga," sapa Pak Ibnu, begitu Arga tiba di kantornya.

"Selamat pagi, pak Ibnu." Balas Arga sebisa mungkin lalu duduk di kursi kerjanya.

"Loh, muka mas Arga kok pucat. Kalau memang sedang sakit lebih baik istirahat dulu mas, jangan terlalu dipaksakan tenaganya untuk bekerja." pak Ibnu memperingatkan.

"Saya gak apa-apa, pak! Ini cuma sakit kepala biasa saja, nanti juga sembuh." Balas Arga lagi, meyakinkan.

"Oh, ya udah. Saya balik kerja dulu kalau gitu mas, jika ada apa-apa, cepat beritahu,"

𝗜𝗺𝗽𝗿𝗼𝗽𝗲𝗿 𝗠𝗮𝗿𝗿𝗶𝗮𝗴𝗲  [ Selesai ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang