PROLOG

1.5K 96 65
                                    

- UPDATE SETIAP HARI
- DUA EPISODE SETIAP UPDATE
- JANGAN LUPA BERIKAN VOTE, KOMENTAR, DAN FOLLOW AKUN WATTPADKU.

* * *

SETENGAH JAM SEBELUM ALWAN DAN KARIN TIBA DI RUMAH ...

Seorang perempuan tengah menatap dari halaman rumahnya, ke arah rumah Alwan yang begitu sepi. Ia merasa sangat rindu pada Alwan dan ingin bertemu lagi dengannya. Rasa rindunya selalu terasa begitu menggebu, sejak pertama kali melihat Alwan di lingkungan tempat tinggalnya tersebut. Ia tak tahu apa alasannya, yang jelas rasa rindu yang ia rasakan selalu saja muncul setiap kali nama Alwan terbersit dalam pikirannya. Meski Alwan selalu saja tidak menanggapi ketika dirinya muncul di dekat pria itu, ia tetap merasa optimis akan bisa mendapatkan hati Alwan suatu saat nanti. Ia sudah menaruh rasa terhadap Alwan, sejak pertama kali Alwan dan dirinya berpapasan secara tidak sengaja di jalan yang biasa ia lewati. Perempuan itu tinggal di sebelah rumah Faruk--Ketua RT di lingkungan mereka--serta hanya berjarak empat rumah, dari rumah yang Alwan tempati. Hal itu membuatnya selalu bisa menatap Alwan dari halaman rumahnya secara diam-diam, terutama ketika Alwan sedang berada di halaman untuk mengurus rumput dan tanaman hias.

Tak berapa lama kemudian, sebuah taksi online berhenti tepat di depan rumah Faruk. Awalnya, ia sangat senang ketika melihat bahwa penumpang taksi online tersebut adalah Alwan, yang baru saja akan turun. Ia selalu tahu kalau Alwan harus bekerja keluar kota. Hal itulah yang membuat Alwan sering sekali tidak terlihat di rumahnya atau di sekitar lingkungan tempat tinggal mereka. Jadi barusan, saat Alwan akhirnya muncul di lingkungan tempat tinggal mereka lagi, perasaannya mendadak sangat senang.

Namun saat ia baru saja akan menyapa pria itu, ia mendadak mengurungkan niat ketika melihat seorang wanita yang ikut turun dari taksi online dan kemudian berdiri di sisi Alwan. Alwan terlihat menggenggam tangan wanita itu seraya tersenyum, lalu berjalan bersama menuju ke rumah milik Faruk. Hal itu jelas membuatnya merasa sangat penasaran dengan wanita yang berada di sisi Alwan. Sehingga dirinya memutuskan mencoba mencuri dengar pembicaraan mereka bersama Faruk, dari bagian samping rumah.

"Silakan duduk, Mas Alwan."

"Terima kasih banyak, Pak RT."

Hening sejenak. Tampaknya Faruk sedang ke belakang dan melakukan sesuatu. Saat Faruk kembali ke ruang tamu, barulah ada lagi suara yang terdengar oleh perempuan itu.

"Bagaimana, Mas Alwan? Apakah ada yang bisa saya bantu?"

"Begini, Pak RT," Alwan memulai. "Sebelumnya, perkenalkan. Ini adalah Karin."

Perempuan itu akhirnya tahu, bahwa wanita yang ada di sisi Alwan bernama Karin. Suara mereka terdengar begitu jelas, karena samping rumahnya benar-benar sangat dekat dengan rumah Faruk. Hanya berbatas pagar kawat saja.

"Saya datang ke sini bersama Karin, untuk melaporkan pernikahan kami kepada Pak RT."

DEG!!!

Jantung perempuan itu seakan berhenti, saat mendengar bahwa Alwan kini telah menikah. Perasaannya mendadak sakit tanpa alasan, ketika mendengar kabar tersebut secara langsung dari mulut Alwan sendiri.

"Pernikahan kami telah dilaksanakan di Semarang dua hari yang lalu, tepatnya di kampung halaman orangtua kami berdua. Jadi sekarang, saya tidak akan tinggal sendiri lagi. Saya akan tinggal bersama istri dan untuk itulah saya melaporkan pernikahan kami kepada Pak RT. Ini adalah buku nikah dan juga Kartu Keluarga kami yang baru."

"Masya Allah. Barakallah atas pernikahan Mas Alwan dan Mbak Karin. Saya ikut senang karena akhirnya Mas Alwan tidak lagi hidup sendiri. Kalau begitu saya akan segera mencatatnya dulu, ya, Mas. Agar nanti jika ada pendataan ulang, nama Mbak Karin bisa ikut dicantumkan sebagai bagian dari warga di lingkungan sini."

"Iya, Pak RT. Silakan."

Keadaan di dalam rumah Faruk kembali hening. Pertanda bahwa Faruk sedang kembali pergi ke belakang rumahnya.

"Apakah rumah kita masih jauh, Mas?"

"Tidak, Dek. Sudah dekat, kok. Kalau dari rumah Pak RT ini, jaraknya hanya tiga rumah saja. Sebentar lagi kita akan pulang. Sabar, ya, Sayang."

"Iya, Mas. Aku barusan hanya iseng saja bertanya."

Perempuan itu mendengar jelas semuanya. Ia mendadak benci sekali saat mendengar suara riang Karin yang tengah bicara dengan Alwan. Hal itu terjadi karena ia merasa bahwa seharusnya yang bicara dengan Alwan dan ditanggapi penuh cinta seperti itu adalah dirinya. Seharusnya ia yang menggenggam tangan Alwan, bukan Karin. Seharusnya ia yang menempati posisi sebagai istri dalam hidup Alwan, bukan Karin. Itulah yang ia pikirkan.

Tak bisa ia pungkiri, bahwa hatinya kini telah patah sebelum ada kisah apa pun yang terjalin antara dirinya dan Alwan. Selama ini, ia selalu berusaha menunjukkan pada Alwan soal perasaanya setiap kali mereka berpapasan ataupun ketika mereka sedang tidak sengaja bertemu di suatu tempat. Namun Alwan tidak pernah menanggapi sedikit pun usahanya tersebut. Alwan hanya diam, berusaha tidak mendengarkan, kemudian berpamitan dan pergi dari hadapannya.

Alwan bahkan tidak pernah menanggapi jika dirinya sedang bicara, meski jarak mereka tidak terlalu jauh. Alwan biasanya akan langsung menghindar, sambil mencoba mendekat pada kumpulan Bapak-bapak atau pemuda di lingkungan tempat tinggal mereka. Dulu ia berpikir, kalau hal itu terjadi karena Alwan masih malu-malu terhadapnya. Namun sekarang, ia paham bahwa ternyata Alwan melakukan itu karena sama sekali tidak tertarik untuk menanggapi perasaan dan usaha pendekatannya. Kini, dirinya bahkan mendadak harus menghadapi fakta bahwa Alwan telah memilih seorang wanita serta telah menikahinya. Hal itu membuat hatinya bertambah sakit dan sulit untuk menerima kenyataan.

Setelah Faruk selesai mencatat soal pernikahan Alwan dan Karin, kedua insan tersebut segera berpamitan. Faruk mengantar mereka berdua sampai ke pagar rumah, membuatnya segera kembali beranjak dari samping rumah menuju ke halaman. Ia berharap kalau Alwan akan melihat ke arahnya sekali saja, agar ia bisa berbasa-basi pada pria itu dan membuat Karin merasa cemburu. Sayangnya, Alwan sama sekali tidak menoleh ke arahnya padahal tahu kalau dirinya ada di halaman rumah. Alwan hanya bicara pada Faruk, lalu kemudian berjalan kembali bersama Karin menuju taksi online yang menunggu sejak tadi. Alwan benar-benar bersikap seakan ia tidak pernah ada dan tak perlu dianggap ada.

Ia menatap marah ke arah Karin yang kini tangannya selalu digenggam erat oleh Alwan. Sampai keduanya benar-benar masuk ke taksi online yang menunggu, tatapan marah perempuan itu sama sekali tidak teralihkan. Di hatinya mendadak berkobar amarah dan dendam terhadap Karin. Karena menurutnya, Karin adalah penyebab utama sehingga dirinya tidak bisa mendapatkan diri dan hati Alwan.

"Tunggu saja, Karin! Aku tidak akan biarkan kamu berlama-lama di sisi Alwan! Pernikahanmu dengan Alwan akan segera berakhir! Aku sendiri yang akan memastikannya!" batin perempuan itu.

* * *

TELUH BALUNGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang