- UPDATE SETIAP HARI
- DUA EPISODE SETIAP UPDATE
- JANGAN LUPA BERIKAN VOTE, KOMENTAR, DAN FOLLOW AKUN WATTPADKU.* * *
Karin keluar dengan terburu-buru, usai mendengar suara ledakan dari bagian samping rumah. Santi terus mengikuti langkahnya, karena ia tidak mau terjadi sesuatu pada Karin, jika sampai ia lengah sesaat.
"Mas Alwan. Apakah Mas baik-baik saja?" tanya Karin, terlihat sangat khawatir.
Alwan menatapnya seraya tersenyum, namun tidak mendekat karena mereka belum boleh melewati pedang jenawi yang masih tertancap di tanah.
"Iya, Dek. Alhamdulillah, aku baik-baik saja," jawab Alwan. "Maaf, ya, kalau aku bicara dari sini sama kamu. Aku belum boleh melewati pedang jenawinya Ziva yang masih tertancap di tanah, jadi aku tidak bisa mendekat ke situ."
Karin pun balas tersenyum begitu lembut.
"Iya, Mas. Enggak apa-apa," tanggapnya.
"Kalau begitu, masuklah kembali ke dalam bersama Santi, Dek. Tidak lama lagi waktu shalat ashar akan tiba. Kamu harus bersiap-siap," saran Alwan.
"Iya, Mas. Kalau begitu aku masuk dulu," pamitnya.
Setelah Karin masuk ke dalam rumah, Alwan pun kembali menatap ke arah Faruk yang masih berdiri di sampingnya. Sebagai Ketua RT di lingkungan tersebut, Faruk jelas merasa lega saat melihat Alwan dan Karin yang keadaannya masih baik-baik saja di tengah situasi yang menakutkan. Dikirimi teluh oleh seseorang jelas tidak pernah diharapkan oleh manusia mana pun di dunia ini. Jadi jika keadaan Alwan dan Karin masih baik-baik saja, artinya mental mereka berdua benar-benar kuat untuk menghadapi cobaan itu.
"Lalu apakah benar, bahwa orang yang mengirimi teluh kepada Mas Alwan dan Mbak Karin itu berada di dekat sini? Tadi rekan kerja Mas Alwan sempat mengatakannya pada saya," Faruk sangat ingin tahu.
"Kemungkinan besar seperti itu, Pak RT. Keberadaan orang itu mungkin benar-benar dekat dari rumah kami. Karena entah mengapa, saya dan Istri saya merasa sangat diawasi sejak pertama kali tinggal bersama setelah menikah. Padahal saat saya masih tinggal sendiri dan belum menikah, saya rasa tidak ada sedikit pun energi negatif yang saya rasakan di sekitaran rumah ini."
Faruk pun melirik sekilas ke arah rumahnya. Namun, tatapan pria itu tidak benar-benar tertuju pada rumahnya, melainkan tertuju pada rumah yang ada di samping rumahnya. Ia merasa curiga, karena sejujurnya ia sudah lama mengawasi secara diam-diam.
"Apakah menurut Mas Alwan orang yang mengirim teluh itu bukanlah Mbak Wi--"
"Pak RT," potong Alwan, dengan cepat.
Faruk merasa kaget, saat ucapanya dihentikan tiba-tiba oleh Alwan. Namun ia bisa melihat bahwa Alwan agak sedikit panik ketika melakukan hal itu. Raja juga mendadak berbalik, ketika hal yang Alwan cegah hampir saja terjadi. Untung saja, Alwan menghentikan ucapan Faruk tepat pada waktunya.
"Jangan sebut nama siapa pun di sini, pada saat ini, Pak RT," jelas Alwan. "Jika nama yang Pak RT sebut adalah nama si pengirim teluh, maka kami akan kesulitan untuk mematahkan teluh yang dia kirim."
Raja mendekat, lalu menyodorkan ballpoint serta kertas kecil ke hadapan Faruk.
"Sebaiknya Bapak tulis saja namanya di kertas ini. Setelah itu, barulah Bapak jelaskan mengenai alasan mengapa Bapak bisa mencurigai orang itu," sarannya.
Faruk pun menerima sodoran kertas dan ballpoint tersebut, lalu mulai menuliskan satu nama di sana. Alwan tidak melihat nama siapa yang Faruk tulis. Ia lebih memilih menatap ke arah Rasyid dan Hani yang tidak beranjak ke mana-mana, setelah menemukan tempat tulang-belulang itu terkubur. Mika baru saja tiba kembali ke halaman rumah itu, setelah menemukan sebuah tong besi berukuran besar. Ia menyeret tong itu setelah turun dari mobil, lalu dibantu oleh Raja untuk menyeretnya ke bagian samping rumah. Tari juga ikut membantu mengambil beberapa kayu yang akan dibakar di dalam tong besi tadi. Tidak lupa, sekalian ia mengambil persediaan minyak tanah dari bagasi mobil Mika.
Setelah semua perlengkapan yang dibutuhkan siap, Raja kembali mundur dan mendekat pada Alwan. Faruk menyerahkan kertas dan ballpoint yang dipegangnya kepada pria itu, sehingga Raja langsung melipatnya agar tidak terbaca sementara waktu.
"Saya curiga sama orang itu, karena sejak Mas Alwan tinggal di lingkungan sini dia jadi agak berbeda," ujar Faruk, memulai.
"Berbeda? Maksud Bapak berbeda dalam segi apa? Apakah perilakunya? Sifatnya? Atau mungkin kebiasaannya?" tanya Raja.
"Dari semua segi yang Mas sebutkan barusan, semuanya jadi berbeda," jawab Faruk. "Pertama kali saya menyadari perbedaan itu adalah ketika Mas Alwan sering berjalan kaki setelah pulang kerja dari jalan depan sana. Mas Alwan akan melintasi rumahnya dan rumah saya, jadi saya bisa melihat gerak-geriknya. Dia langsung keluar rumah ketika Mas Alwan muncul, padahal sebelumnya dia adalah orang yang suka berdiam diri dalam rumah dan jarang sekali keluar. Kedua, dia sering sekali mencoba cari perhatian jika Mas Alwan sedang berkumpul bersama para warga lain di lingkungan ini. Padahal dulu sifatnya tidak begitu. Dia sangat penyendiri dan lebih sering diam jika berada di tengah perkumpulan warga. Lalu yang ketiga, kebiasaannya tidak lagi seperti yang dulu. Dia jadi lebih rajin keluar rumah pada akhir pekan, meski hanya sebatas menyapu-menyapu di teras atau halaman. Dia jadi lebih sering menatap ke arah sini, karena rumah Mas Alwan sangat terlihat jelas dari rumahnya. Dia melakukan itu untuk menatap Mas Alwan dari jauh, terutama karena Mas Alwan sering mengurus rumput dan tanaman hias jika akhirnya pekan tiba."
Raja pun kini mengalihkan tatapannya ke arah Alwan yang sejak tadi memilih diam. Alwan jelas tidak mau menanggapi, setelah tahu bahwa selama ini ada perempuan yang memperhatikannya dari jauh secara diam-diam. Alwan sangat tidak suka perilaku seperti itu, dan Raja tahu kalau mendengar penjelasan dari Faruk hanya akan menambah rasa tidak sukanya terhadap orang tersebut.
"Uhm ... ngomong-ngomong, di mana tepatnya rumah Bapak berada? Kalau saya tahu di mana rumah Bapak, maka saya akan tahu di mana rumah orang yang Bapak maksud, bukan?" Raja merasa penasaran.
"Tiga rumah dari rumah ini, Mas. Tapi rumah saya ada di barisan seberang."
Raja pun menoleh perlahan ke arah tiga rumah setelah rumah Alwan terletak. Tatapannya langsung tertuju pada sosok seorang perempuan, yang tampaknya sedang mengawasi ke arah rumah Alwan. Ia tahu betul siapa perempuan itu dan ia yakin bahwa dirinya tidak salah lihat.
"Ya Allah, ini benar-benar gila!" geram Raja, sangat pelan.
"Ada apa, Ja?" tanya Alwan.
"Iya, Mas. Ada apa?" Faruk ikut penasaran.
"Perempuan yang tinggal di sebelah rumah Pak RT itu adalah sosok yang sering meneror Karin, Al. Aku hafal dengan wajahnya, karena aku sudah dua kali melihatnya dari jarak dekat hari ini ketika dia dibantu oleh Jin," jawab Raja, yang kemudian berbalik untuk mendekat ke arah Ziva.
* * *
![](https://img.wattpad.com/cover/374191346-288-k440166.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
TELUH BALUNG
Horror[COMPLETED] Seri Cerita TELUH Bagian 10 Rumah tangga Alwan dan Karin mendadak diserang rasa tidak nyaman yang begitu kuat. Sejak Karin melihat sosok yang menatap ke arahnya dan Alwan dari balik jendela, rasa tidak nyaman itu semakin hari semakin mem...