25 | Berusaha Kabur

786 77 53
                                    

- UPDATE SETIAP HARI
- DUA EPISODE SETIAP UPDATE
- JANGAN LUPA BERIKAN VOTE, KOMENTAR, DAN FOLLOW AKUN WATTPADKU.

* * *

Faruk dan Azwa memilih melihat ke arah rumah Windi dari halaman samping. Keduanya meninggalkan teras setelah Alwan pergi bersama Rasyid dan Mika. Di teras, kini hanya tersisa Santi dan Karin yang juga ikut menatap ke rumah perempuan itu. Perasaan Karin masih saja tidak tenang. Meski saat itu pekerjaan para anggota tim sudah hampir selesai, tetap saja ia merasa ada yang mengganjal di dalam hatinya. Perasaan tidak tenang itu semakin menjadi, kala ia melihat bahwa Alwan kini berada di teras depan rumah Windi. Ia tahu persis apa artinya itu. Ia tahu, bahwa Alwan akan menjadi orang pertama apabila Windi berhasil melarikan diri dari Tari dan Hani.

"Ya Allah, aku sadar bahwa diriku ini lemah dan tidak memiliki kelebihan apa pun. Bahkan aku bisa melihat makhluk halus pun bukan karena aku ditakdirkan demikian oleh-Mu, melainkan karena efek dari teluh yang sudah menjeratku bertahun-tahun. Tapi jika aku terus diam saja, semuanya belum tentu bisa berjalan seperti yang mereka harapkan. Mereka memang sudah biasa menghadapi semua itu, aku tahu. Tapi kali ini rasanya ada yang salah. Kali ini rasanya tidak seperti dua pekerjaan sebelumnya yang mereka hadapi, Ya Allah. Bantu aku, Ya Allah. Bantu aku agar bisa menemukan jalan sebelum semuanya terlambat," batin Karin, memohon.

Santi masih merangkulnya. Wanita itu selalu ada di sisinya sejak tadi, seakan selalu siap untuk menghalangi langkah Karin jika mendadak ingin menyusul Alwan. Karin bisa merasakannya, meski niatan Santi terhadapnya bisa terbilang sama sekali tidak kentara. Entah bagaimana caranya sehingga Karin bisa mengetahui apa tujuan Santi, dan Karin tahu hal itu hanya dalam sekali lihat.

"San, aku ke dalam dulu, ya. Perutku rasanya tidak enak," ujar Karin, beralasan.

"Oh, oke. Aku akan tetap di sini untuk memantau keadaan di rumah perempuan itu. Kamu tenang saja. Insya Allah, aku akan bantu awasi Alwan dari sini," janji Santi.

Karin pun mengangguk. Setelah itu dirinya masuk ke dalam rumah, meninggalkan Santi yang kini kembali fokus menatap ke arah rumah Windi. Karin masuk ke kamarnya, lalu membuka lemari untuk mengambil sesuatu. Setelah yang diperlukan berhasil ia sembunyikan dalam saku celananya, ia bergegas menuju ke arah jendela dan menatap Alwan dari sana. Harapannya masih sama. Ia ingin mendapatkan jalan agar bisa memberikan bantuan, sebelum semuanya terlambat.

Raja dan Ziva masih berusaha untuk menghancurkan ruang ritual di rumah tersebut. Kali itu keduanya harus berusaha lebih keras, karena ternyata wadah sesajen di atas tempat ritual itu sangatlah sulit untuk dihancurkan.

"Pasti ada yang menjaganya, sehingga kita mengalami kesulitan seperti ini. Ini benar-benar tidak seperti biasa yang kita hadapi," ujar Ziva, dengan nafas terengah-engah.

Raja segera mengabarkan pada semua anggota tim, mengenai permasalahan yang tengah mereka hadapi. Setelah hal itu diketahui oleh yang lainnya, mereka pun segera memutar otak untuk memberikan bantuan pada Ziva maupun Raja. Sayangnya, di tengah permasalahan itu, Tari dan Hani menjadi sedikit lengah terhadap Windi. Mereka tidak tahu kalau Windi akhirnya berhasil membuka ikatan pada tangan dan kakinya, sehingga membuatnya bisa menyerang ke arah kedua wanita tersebut.

BRUKKK!!!

"Argh!!!" jerit Tari, usai kepalanya terkena hantaman kursi meja makan yang Windi layangkan.

Hani merasa kaget akan hal itu, karena melihat Tari yang mendadak tumbang. Namun sebisa mungkin, ia segera memberi perlawanan terhadap Windi yang kini mengayunkan kursi meja makan ke arahnya. Ia segera menangkis ayunan kursi tersebut dengan belati yang dipegangnya, sehingga kaki kursi tersebut tertancap pada belati dan sulit untuk ditarik kembali oleh Windi. Windi pun segera melepaskan kursi tersebut, dan mencoba berlari ke arah pintu belakang rumah.

"Hei! Jangan lari kamu!" teriak Hani, agar terdengar oleh siapa pun yang berjaga di luar pintu belakang.

Tari kembali bangkit dari lantai, meski darah telah mengalir begitu banyak dari keningnya. Ia segera mengejar langkah Hani yang kini sedang memburu Windi ke arah belakang rumah. Mika mendengar suara teriakan Hani, lalu bergegas berlari menuju ke arah belakang rumah. Rasyid sudah bersiap di sana bersama beberapa orang Polisi. Mika ikut berjaga di samping Rasyid, karena tahu bahwa mereka tidak bisa menahannya jika hanya ada sedikit orang yang berjaga.

"Hani tadi berteriak, Ras," ujar Mika.

"Istriku lebih dulu berteriak sebelum Hani, Mik. Entah apa yang terjadi di dalam pada mereka berdua," balas Rasyid, sangat tegang dan khawatir.

Windi membuka pintu belakang dan segera ingin melarikan diri. Namun wajahnya terlihat kaget saat melihat Rasyid, Mika, dan beberapa orang Polisi yang sudah mengepung bagian belakang rumahnya. Hani dan Tari kembali mengikis jarak dengan perempuan itu. Mereka hendak kembali menangkapnya seperti tadi. Namun tanpa mereka tahu, Windi kini telah mendapatkan kembali bantuan dari salah satu Jin yang masih bersarang pada salah satu bagian rumah itu.

BLAMMM!!!

Jin yang mendampingi Windi mengeluarkan serangan, sehingga siapa pun yang berada di dekat perempuan itu akan terlempar sangat jauh dari posisi semula. Rasyid, Mika, dan beberapa orang Polisi terlempar ke arah semak-semak dan rerumputan. Mereka baik-baik saja, meski terlempar cukup jauh. Beda halnya dengan Tari dan Hani yang terlempar dan langsung membentur ke dinding dalam rumah. Hal itu membuat kedua wanita tersebut langsung tak sadarkan diri ketika akhirnya mendarat dengan keras di lantai.

"Tari!!! Hani!!!" Mika dan Rasyid mendadak panik.

Windi segera berlari kembali menuju ke arah depan. Perempuan itu lebih memilih mencari jalan keluar lain, daripada harus membuang tenaga untuk menghadapi Rasyid dan Mika. Rasyid dan Mika kini masuk ke rumah Windi untuk memberi pertolongan pada Tari dan Hani.

"Hani! Bangun, Han! Bangun!" panggil Mika sangat keras, sambil menepuk-nepuk pipi Hani.

"Sayang, bangun. Tolong bangun, Sayang. Aku mohon," panggil Rasyid, sambil menggenggam kedua tangan Tari serta mengguncang pelan tubuh istrinya.

Beberapa Polisi wanita yang baru saja dipanggil mencoba membantu untuk menyadarkan Tari dan Hani. Mika dan Rasyid saat itu diliputi kecemasan yang sulit untuk dijabarkan, terutama saat mereka sadar bahwa luka di kepala Tari tidak berhenti mengeluarkan darah segar.

Windi akhirnya berhasil membuka pintu depan, namun niatnya untuk melarikan diri tidak dapat terlaksana begitu saja. Alwan telah berdiri di hadapannya, sambil melayangkan tatap penuh kemarahan yang belum pernah Windi lihat sebelumnya pada diri pria itu. Pada saat yang sama pula, terjawab sudah perasaan tidak tenang yang sejak tadi Karin rasakan. Karin akhirnya bisa melihat dengan jelas dari balik jendela kamar, bahwa Windi kini tengah ditemani oleh sesosok Jin di sisinya.

* * *

SAMPAI JUMPA BESOK 🥰

TELUH BALUNGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang