11 | Membentengi Diri

724 76 62
                                    

- UPDATE SETIAP HARI
- DUA EPISODE SETIAP UPDATE
- JANGAN LUPA BERIKAN VOTE, KOMENTAR, DAN FOLLOW AKUN WATTPADKU.

* * *

Mika segera meraih baskom berisi air es yang ada di dekatnya. Santi juga mengulurkan handuk baru yang tidak terpakai, ke tangan suaminya tersebut. Dengan terburu-buru, dibawanya baskom tersebut keluar rumah agar Alwan bisa segera diberi bantuan. Di luar, Raja masih memegangi tubuh Alwan dari arah belakang agar tidak terus-menerus meronta-ronta akibat bisikan yang sedang menyiksa telinganya. Rasyid menatap Mika ketika tiba di sisinya. Mika langsung mengulurkan dua buah handuk kecil ke hadapan Rasyid, membuat Rasyid kebingungan selama beberapa saat.

"Bacakan doa pengusir Jin dengan sangat keras, setelah handuknya direndam dalam air es ini. Setelah kamu baca doanya dengan sangat keras, segera sumbat kedua telinga Alwan dengan handuk dingin," ujar Mika, memberikan tuntunan kepada Rasyid.

Rasyid pun segera melakukan hal tersebut. Pria itu langsung merendam kedua handuk yang Mika sodorkan kepadanya. Tari menepuk pundak Mika, sehingga Mika berbalik dan menatapnya.

"Cara itu berhasil dilakukan oleh Ziva terhadap Karin?" tanya Tari.

"Iya, Tar. Sekarang Karin sudah kembali tenang di dalam rumah," jawab Mika.

Setelah kedua handuk tadi selesai direndam dalam air es, Rasyid segera mengeluarkannnya dan memerasnya sedikit agar tidak terlalu basah.

"Buka kedua tangannya, Ja," titah Rasyid.

Mika segera membantu Raja membuka tangan Alwan yang masih menyumbat kedua telinganya. Saat kedua tangan itu terbuka, Rasyid pun membacakan doa pengusir Jin dengan sangat keras sesuai arahan dari Mika.

"A'udzubillahi minasy-syaithannirrajim. Bismillahirrahmanirrahim. Allaahumma faathiras samawaati wal ardhi, 'aalimal ghaibi was syahaadah, rabba kulli syai'in wa maliikah, asyhadu an laa ilaaha illaa anta. A'uudzu bika min syarri nafsii wa syarris syathaani wa syirkih!"

Kedua telinga Alwan langsung disumbat oleh Rasyid. Semua orang menantikan hasilnya dengan perasaan was-was. Hanya dalam hitungan detik setelah kedua handuk dingin itu menyumbat telinga Alwan, tubuh pria itu tidak lagi meronta-ronta seperti tadi dan nafasnya mulai kembali teratur. Kedua mata Alwan pun terbuka perlahan, sehingga dirinya kini kembali bisa menatap ke arah seluruh anggota timnya yang selalu ada di sisinya.

"Al? Apakah telingamu sudah tidak terasa sakit?" tanya Hani, ingin segera memastikan.

"I--iya, Han. Sudah tidak sakit," jawab Alwan, masih sedikit lemas.

Raja masih menopang tubuh Alwan, meski kini pria itu sudah tidak lagi merasa kesakitan. Ia tidak mau terjadi lagi serangan mendadak seperti tadi. Raja merasa khawatir, karena itu adalah pertama kalinya ia melihat Alwan kesakitan dan sangat putus asa. Padahal biasanya Alwan adalah orang yang tangguh dan kuat, sehingga selalu bisa merasakan energi negatif dari makhluk halus yang ada di sekitarnya.

"Tadi rasa sakitnya seperti apa, Al? Apa penyebabnya? Bisa kamu jelaskan pada kami?" tanya Raja.

Alwan masih diam selama beberapa saat. Tampaknya pria itu masih mencoba menenangkan dirinya.

"Bagaimana keadaan Istriku, Ja?" tanya Alwan.

"Alhamdulillah, Karin sudah baik-baik saja saat ini, Al. Ziva dan Santi masih di dalam rumah bersamanya," jawab Raja.

Mika ikut duduk di samping Alwan seperti yang Raja lakukan. Rasyid sedang berdoa bersama Tari dan Hani saat ini. Mereka menyiapkan air minum untuk Alwan, agar pria itu bisa membentengi diri dari dalam selama proses pematahan teluh balung.

"Aku dengar bisikan itu lagi, Ja. Aku mendengar bisikan yang sama, seperti yang semalam terjadi. Aku mendengarnya setelah merasakan ada energi negatif di sekitaran jendela samping itu," ujar Alwan, sambil menunjuk ke arah yang ditatapnya.

Raja dan Mika menatap ke arah yang sama. Kini Raja menyesali dirinya yang sempat teralih dari tempat itu. Padahal tadi ia terus saja melihat ke arah yang dirasa Alwan menjadi sumber energi negatif.

"Isi bisikannya agak berbeda. Tapi, kali ini bisikan itu terjadi berulang-ulang kali tanpa bisa aku hentikan meski sudah beristighfar. Semakin aku mencoba mengabaikan bisikan itu, bisikannya terasa semakin jelas dan menyakitkan di telingaku. Kalau Istriku mengalami hal yang sama, entah bagaimana keadaannya saat ini di dalam rumah. Dia pasti merasa tersiksa sekali, Ja. Seharusnya dia menjalani hidup yang tenang setelah terlepas dari teluh gantung jodoh dan menikah denganku. Tapi nyatanya, menikah denganku justru membuatnya ...."

"Maka dari itulah kami akan membantumu untuk menemukan siapa si pengirim teluh itu serta mematahkan teluhnya, Al!" tegas Mika, sengaja memotong ucapan Alwan.

Alwan kini menatap ke arah Mika, saat mendengar suara pria itu sedikit meninggi. Bahkan Raja, Rasyid, Tari, dan Hani juga menatapnya akibat merasa heran dengan perubahan nada bicara tersebut. Tidak biasanya Mika seperti itu. Entah apa yang sedang Mika pikirkan saat ini, sehingga berani bicara begitu tegas terhadap Alwan yang berusia lebih tua dari mereka.

"Jangan pernah sekalipun kamu berpikir bahwa Karin mengalami kesialan setelah menikah denganmu. Aku tahu bahwa kamu akan mengatakan itu, barusan," ujar Mika, mulai kembali menurunkan nada bicaranya. "Tidak ada yang namanya kesialan, baik itu dari dirimu ataupun dari diri Karin. Saat ini kalian hanya sedang menghadapi kurang ajarnya seorang manusia. Maka dari itu, kita harus mencari tahu siapa manusia kurang ajar yang ingin sekali merusak rumah tanggamu dengan Karin. Sekarang, berpikirlah positif seperti biasanya dan jangan biarkan manusia kurang ajar itu menang. Kalau kamu mendadak ingin menyerah dan mengajak Karin berpisah, maka aku tidak akan mau lagi mengenalmu seumur hidup. Tegaskan hal itu baik-baik dalam pikiran dan hatimu, Al. Karena ancamanku kali ini tidak main-main."

Ziva keluar tak lama kemudian. Wanita itu sengaja tidak keluar lebih cepat dan memilih berhenti sejenak di ambang pintu, saat mendengar Mika sedang mengancam Alwan. Saat dirinya benar-benar sudah berada satu langkah di belakang Alwan, ia memilih tersenyum seraya menatap ke arah Mika.

"Tenang saja, Mik. Kalau Al masih juga tidak paham setelah kamu mengomeli serta mengancamnya, maka kita serahkan saja dia pada Hani. Hani jelas dengan sukarela akan memberi tahu Al, mengenai fungsi lain dari batang pohon singkong selain untuk ditanam ulang," ujar Ziva.

Raja pun langsung berupaya menahan tawa, sambil menepuk-nepuk pundak Alwan dengan tegas.

"Sudah, jangan berpikiran negatif lagi. Jujur saja, fungsi lain dari batang pohon singkong selain untuk ditanam ulang itu rasanya sangat menyakitkan, Al," saran Raja, sedikit membocorkan maksud ucapan Ziva.

Alwan pun menoleh ke arah Raja, dan menatap pria itu sambil menautkan kedua alisnya.

"Pikirmu aku tidak tahu fungsi lain dari batang pohon singkong, ya? Dulu aku sering disabet menggunakan batang pohon singkong oleh Ibuku, Ja. Jadi tanpa kamu jelaskan pun, aku sudah tahu apa fungsi lainnya," balas Alwan.

Rasyid menyodorkan sebotol air ke hadapan Alwan. Alwan pun menerima botol tersebut dan langsung membuka tutupnya.

"Jangan lupa baca bismillah, Al. Bentengi dirimu sekuat mungkin, agar serangan bisikan tadi tidak kembali lagi menyerangmu," ujar Rasyid.

Alwan mengangguk.

"Bismillahirrahmanirrahim," lirih Alwan, yang kemudian meminum air itu hingga habis.

BOOOMM!!!

Mereka bertujuh sama-sama kaget, usai mendengar suara ledakan yang tampaknya begitu dekat dari posisi mereka saat itu.

* * *

SAMPAI JUMPA BESOK 🥰

TELUH BALUNGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang