24 | Keinginan Alwan

609 70 54
                                    

- UPDATE SETIAP HARI
- DUA EPISODE SETIAP UPDATE
- JANGAN LUPA BERIKAN VOTE, KOMENTAR, DAN FOLLOW AKUN WATTPADKU.

* * *

Rasyid dan Mika segera mendekat pada Alwan dan Karin, saat kedua insan tersebut masih saling memeluk di tengah halaman samping. Santi saat itu masih mengobrol bersama Faruk dan Azwa di teras. Ia jelas tidak tahu bahwa Mika akan pergi bersama Rasyid dan Alwan, untuk mengepung bagian luar rumah Windi. Alwan--yang menyadari kedatangan Rasyid dan Mika--segera melepas pelukannya perlahan dari tubuh Karin. Karin pun berbalik dan menatap ke arah yang tengah ditatap oleh Alwan saat itu.

"Kok langsung dilepas pelukannya? Kami berdua 'kan baru mau mengganggu kalian," protes Mika, dengan wajah cemberut.

Rasyid terkikik geli, saat tahu bahwa Mika berencana mengganggu kemesraan antara Karin dan Alwan. Karin pun segera berbalik kembali untuk menyembunyikan wajahnya pada dada bidang Alwan. Ia jelas langsung merasa malu, setelah tahu bahwa sejak tadi ia dan Alwan diperhatikan oleh Mika maupun Rasyid. Alwan mendekap Karin kembali seperti tadi, tanpa mengalihkan tatapannya dari Mika maupun Rasyid.

"Duh, Mika," keluh Alwan. "Kamu itu kok hobi sekali membuat Istriku menjelma menjadi tanaman putri malu. Ayolah, jangan sering-sering berniat mengganggu kemesraan kami, Mik. Kami berhak bermesraan selama masih menyandang gelar pengantin baru."

"Jangan mau, Mik. Jangan biarkan Alwan bisa menikmati masa bulan madu dengan tenang. Ganggu saja terus. Hitung-hitung kita membantu Alwan mengasah kesabarannya," gosok Rasyid, dengan sengaja.

"Jangan, dong," Karin langsung buka suara, meski nada bicaranya tetap selembut biasa. "Memangnya Suamiku kurang sabar apa lagi selama ini? Kalau Suamiku bukan orang sabar, maka dia pasti sudah meledak-ledak setiap kali kalian berdua mulai memancing pertengkaran ataupun adu mulut. Apa kalian tidak merasa kasihan pada Suamiku, yang selalu saja mengeluarkan totalitas kesabarannya ketika berada di tengah-tengah kalian berdua?"

"Nah, itu. Kalian dengar sendiri, 'kan, pendapatnya Istriku? Aku ini orang yang sabar. Malah sabarku itu selalu totalitas, jika harus menjadi wasit di antara kalian. Kalau aku enggak sabar, sejak tadi kalian pasti sudah aku ikat di bawah pohon durian depan rumah Pak RT," sahut Alwan, seraya tersenyum manis.

Kedua mata Rasyid maupun Mika langsung menyipit, usai mendengar ucapan Alwan yang terasa sangat menyebalkan. Kedua pria itu jelas akan menjadikan Alwan sebagai sasaran ceramah mereka, nanti, setelah pekerjaan hari itu selesai ditangani.

"Sudah, jangan banyak tingkah, Al. Ayo, kita sebaiknya segera menyusul yang lain dan membantu pengepungan dari luar rumah perempuan itu," ajak Rasyid, mencoba untuk menahan mulutnya agar tidak mengeluarkan ceramah.

Alwan pun menatap Karin sekali lagi, seraya mengecup kening wanita itu dengan lembut. Sebelum ia pergi bersama Mika dan Rasyid, Karin kembali ia titipkan pada Santi agar tetap aman. Ketiga pria itu kemudian beranjak menuju ke rumah Windi. Raja sudah memberi konfirmasi kepada Mika, bahwa dirinya dan Ziva telah menemukan ruang ritual yang ada di dalam rumah tersebut. Rasyid dan Alwan juga sudah membaca pesan yang dikirimkan oleh pria itu, sehingga kini masing-masing dari mereka segera mempersiapkan senjata masing-masing.

"Menurut kalian, apakah perempuan itu tidak bisa ditaklukan oleh Hani dan Tari?" tanya Alwan.

"Kemungkinan, bisa. Hanya saja tidak ada salahnya kita bersiap untuk menghadapi yang terburuk, Al. Mungkin Hani dan Tari bisa menahan perempuan itu pada awalnya, tapi belum tentu mereka bisa menahannya sampai akhir," jawab Mika.

"Kita harus ingat bahwa perempuan itu selalu dibantu oleh Jin, Al. Jadi saat ini, belum ada kepastian apakah dia tidak akan lagi dibantu ketika ruang ritualnya akan dihancurkan oleh Ziva dan Raja. Maka dari itulah kita harus bersiap menghadapi yang terburuk," tambah Rasyid.

"Kalau begitu aku akan mengambil posisi di teras depan," cetus Alwan, tiba-tiba.

Mika dan Rasyid langsung berhenti sejenak untuk menatap ke arah pria itu. Alwan balas menatap mereka seraya membetulkan letak kacamatanya. Dia sangat tenang, menurut pandangan Mika maupun Rasyid. Padahal seharusnya Alwan tidak menunjukkan ketenangan seperti itu, karena dia dan Karin adalah target utama teluh balung yang Windi kirimkan.

"Ziva dan Raja pasti akan menyelesaikan tugas mereka. Jika ada hal yang akan membuat pekerjaan mereka terhalang, maka akulah yang akan memastikan bahwa penghalang itu akan hancur. Perempuan itu sangat menginginkan aku, bukan? Jadi dia akan langsung berhadapan denganku, apabila dia berhasil meloloskan diri dari Tari dan Hani melalui bantuan Jin. Akulah yang harus dia hadapi untuk terakhir kalinya, sebelum dia kehilangan semua usaha gilanya yang telah dia bangun selama ini. "

Sama sekali tidak ada keraguan ketika Alwan mengatakan niatannya kali itu. Seakan-akan sudah sejak tadi pria itu menyusun rencananya sendiri, tanpa memberi tahu siapa pun. Mika dan Rasyid jelas tidak bisa menghalanginya. Seperti yang sering Ziva katakan pada mereka sejak satu setengah tahun lalu, bahwa apa yang Alwan inginkan ketika sedang bekerja, maka biarlah dia melakukannya. Karena menurut Ziva, Alwan selalu tahu jalan seperti apa yang terbaik untuk seluruh anggota tim.

"Baiklah. Kami berdua setuju untuk membiarkanmu berjaga di teras. Aku akan berjaga sekaligus memantaumu dari bagian samping rumah. Sementara Rasyid akan berjaga di bagian belakang," tanggap Mika, memberi persetujuan.

Setelah mereka sepakat, maka mereka pun segera kembali berjalan menuju rumah Windi. Ketiganya memisahkan diri setelah tiba di sana, sesuai dengan kesepakatan yang tadi dibicarakan.

"Ingat, Al, jangan pernah lengah jika sesuatu yang buruk terjadi. Fokuskan seluruh pikiranmu pada apa yang ada di hadapanmu," pesan Rasyid.

"Iya, Ras. Insya Allah aku akan fokus pada apa pun yang harus kuhadapi nanti," janji Alwan.

Mika sebenarnya merasa berat meninggalkan Alwan sendirian di teras rumah Windi. Meski dirinya setuju dengan permintaan pria itu tadi, tetap saja hatinya terasa sangat tidak tenang. Ia tahu bahwa Alwan bisa menjaga diri. Karena selama dia bekerja bersama tim pun, dia selalu menunjukkan bahwa dirinya selalu siap menghadapi apa pun termasuk makhluk halus. Tapi rasanya kali itu sangatlah berbeda bagi Mika. Mungkin karena posisi Alwan saat ini adalah korban dari si pengirim teluh.

"Rasa-rasanya aku pernah menghadapi keadaan di mana Raja adalah sasaran teluh dari si pengirim teluh. Entah kenapa ketika Alwan yang menjadi sasaran si pengirim teluh, perasaanku jadi tidak karuan seperti ini. Apakah itu terjadi karena Alwan bukanlah Raja yang memiliki kelebihan pada kedua matanya? Tapi ... bukankah Alwan memiliki kepekaan yang melebihi pekanya Ziva ataupun Raja, sehingga selalu tahu jika ada kehadiran makhluk halus di sekitarnya? Kenapa aku tidak bisa tenang sama sekali, Ya Allah? Kenapa aku merasakan kekhawatiran yang tidak biasanya terhadap Alwan? Apakah akan terjadi sesuatu?" batin Mika, benar-benar kacau.

* * *

TELUH BALUNGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang