17 | Bertatap Muka

612 78 31
                                    

- UPDATE SETIAP HARI
- DUA EPISODE SETIAP UPDATE
- JANGAN LUPA BERIKAN VOTE, KOMENTAR, DAN FOLLOW AKUN WATTPADKU.

* * *

Alwan menatap Mika selama beberapa saat, ketika mendapat pertanyaan seperti itu. Ia tahu persis bahwa Tari memang harus diberi arahan. Agar ketika perempuan pengirim teluh itu mencurigainya, Tari bisa segera berkelit.

"Katakan pada Tari, untuk mengajak Istri Pak RT bekerja sama. Kalau sampai perempuan itu keluar lagi dari dalam rumahnya, pura-puralah membicarakan tanaman hias bersama Bu RT. Dengan begitu kecurigaannya akan tertutupi, dan dia akan kembali fokus hanya padaku dan Karin," ujar Alwan, memberi jawaban.

Mika dengan cepat mengetik pesan kepada Tari, persis seperti yang Alwan arahkan. Setelah pesan itu terkirim, Mika segera kembali menyimpan ponselnya ke dalam tas untuk fokus pada tong di hadapan mereka. Sebentar lagi api yang dihasilkan akan benar-benar membesar. Api itu akan lama padam, persis seperti yang Ziva perintahkan tadi.

"Nanti kita akan mengangkat tong ini ke tempat Rasyid dan Hani berada, 'kan?" tanya Alwan.

"Iya, Al. Kita berdua akan mengangkat tong ini ke sana bersama-sama. Setelah itu, kita harus membantu mereka memasukkan tulang-belulang yang tertanam itu ke dalam tong ini. Kita harus memastikan kalau tulang-belulang itu akan terbakar sempurna sampai habis," jawab Mika.

Alwan pun menatap ke arah Raja, yang kini baru meruqyah sampai pada sisi tengah bagian luar rumahnya. Ia menduga, kalau Raja baru sampai pada titik itu, maka Ziva pun juga baru mencapai titik yang sama. Mereka berdua selalu bekerja dengan kompak. Jadi meski tak saling melihat, pekerjaan keduanya selalu saja dikerjakan tepat pada posisi yang sama sehingga hasilnya pun akan sama.

Di rumah milik Faruk, Tari--yang baru saja bicara dengan Polisi melalui telepon--membuka pesan yang Mika kirimkan. Faruk dan istrinya--Azwa--masih duduk bersamanya di ruang tamu rumah itu.

MIKA
Tar, Alwan bilang ada kemungkinan kalau perempuan itu akan mencurigai kamu saat berada di rumah Pak RT. Untuk menghilangkan kecurigaannya, bekerjasamalah dengan Bu RT jika dia keluar lagi dari rumahnya. Pura-puralah membicarakan tanaman hias bersama Bu RT. Dengan begitu kecurigaan perempuan itu akan tertutupi dan dia akan kembali fokus hanya pada Alwan atau Karin.

Setelah membaca pesan itu, Tari pun segera memperlihatkannya kepada Faruk dan Azwa. Keduanya langsung memahami, bahwa mereka memang harus memberi bantuan agar keberadaan Tari benar-benar tidak dicurigai oleh perempuan itu.

"Mbak Tari tenang saja. Saya akan membantu seperti yang disarankan oleh Mas Alwan. Nanti saat kita bertiga berada di luar untuk menunggu kedatangan Polisi, kita berdua akan membahas soal bunga kupu-kupu alias oxalis," ujar Azwa.

"Itu benar, Mbak Tari. Nanti saya akan arahkan kedatangan Polisi agar lewat jalan belakang rumah saya saja, tidak perlu lewat jalan depan sana. Kita harus mengepung rumah sebelah tanpa membuatnya tahu bahwa dia sudah terkepung. Kalau dia sampai berhasil melarikan diri, maka jelas itu bukan hasil yang bagus untuk Mas Alwan dan Mbak Karin. Dia bisa saja akan kembali meneror dan berusaha menghancurkan rumah tangga mereka lagi," ungkap Faruk, akan kecemasannya saat itu.

"Iya, Pak RT. Itu benar sekali. Kalau dia sampai berhasil lolos, maka masih ada kemungkinan dia akan mengulangi hal yang sama. Hidup Alwan dan Karin tidak akan tenang, meski mereka memutuskan pindah rumah dari lingkungan ini," tanggap Tari. "Untuk itulah, kami harus mematahkan teluh yang dia kirim sampai benar-benar tuntas."

Mereka bertiga keluar dari rumah itu tak lama kemudian. Faruk segera berjalan ke arah samping kanan rumahnya, sementara Tari dan Azwa menunggunya di teras. Benar saja dugaan Alwan, bahwa perempuan itu akan kembali keluar dari rumahnya ketika melihat Tari berada di rumah Faruk. Hal itu terjadi karena saat ini perempuan itu sedang merasa Jin yang membantunya terhalang oleh sesuatu, sehingga tidak bisa meneror Karin seperti biasanya. Maka dari itulah ia sering mengintip ke rumah Alwan melalui jendela rumahnya. Dan ketika dia melihat Tari di teras rumah Faruk, dia langsung merasa curiga dan ingin tahu alasan keberadaan Tari di sana.

"Bu RT," sapanya, berusaha ramah.

Azwa dan Tari pun berbalik. Keduanya menatap wajah perempuan itu dengan tenang. Di tangan mereka sudah ada pot tanaman hias yang tadi sudah mereka sepakati akan menjadi alasan keberadaan Tari.

"Eh, Mbak Windi. Baru keluar, Mbak?" balas Azwa, ikut berusaha ramah.

"Iya, Bu. Saya baru saja keluar, soalnya baru saja selesai beres-beres. Bu RT sedang apa? Dan ... Mbak ini siapanya Bu RT?" tanya Windi.

"Oh, ini Mbak Tari. Dia teman kerja Mas Alwan, yang tinggal rumah di ujung sana. Saya dan Mbak Tari sedang membahas soal bunga kupu-kupu ini, soalnya Mbak Tari tertarik merawat tanaman hias dan Mas Alwan menyarakan padanya untuk bertanya sama saya," jawab Azwa, sangat lancar.

"Oh, teman kerja Mas Alwan rupanya," tanggap Windi. "Mbak Tari sendiri ke rumah Mas Alwan ada tujuan apa? Apakah Mbak Tari diundang untuk datang oleh Mas Alwan?"

Tari langsung memutar otak, saat diberi pertanyaan mendadak seperti itu. Sebisa mungkin, ia berusaha untuk tidak terlihat gugup di depan Windi.

"Iya, Mbak. Benar sekali. Saya datang bersama rekan-rekan kerja yang lain karena diundang oleh Alwan dan Istrinya. Mereka mau mengadakan acara selamatan kecil-kecilan, untuk merayakan pernikahan mereka yang baru saja terlaksana beberapa hari lalu," jawab Tari.

"Oh, begitu rupanya," tanggap Windi, dingin.

Tari bisa menangkap rasa tidak suka dari cara Windi bicara, ketika Tari membahas soal Karin di hadapannya meski tidak menyebut nama sama sekali. Kemungkinan saat ini Windi sedang kembali terbakar rasa cemburu, karena Alwan akan merayakan pernikahan dengan Karin bersama semua teman-teman dekatnya. Windi mungkin tidak bisa menerima hal itu. Karena perempuan itu pasti merasa bahwa seharusnya Alwan merayakan pernikahan dengannya, bukan dengan Karin.

"Lalu, kenapa di halaman samping rumah Mas Alwan terlihat banyak asap, Mbak? Agak aneh, bukan?" tanya Windi sekali lagi.

"Aneh?" Tari berusaha tertawa santai. "Bukan hal yang aneh karena ada banyak asap di sana saat ini, Mbak. Alwan dan istrinya memang sedang membuat ikan bakar untuk menjamu kami semua, para tamunya."

"Ah ... menu utama acaranya adalah ikan bakar, ternyata. Baiklah kalau begitu, Mbak ... Bu RT ... saya kembali ke dalam dulu. Sepertinya saya lupa untuk menjemur pakaian yang tadi sudah dicuci," pamit Windi.

"Iya, Mbak Windi. Silakan," jawab Azwa, sekaligus mewakili Tari.

Setelah Windi masuk ke rumahnya, Tari langsung bernafas lega. Ia segera mengabarkan pada Mika mengenai yang baru saja dihadapinya bersama Azwa. Azwa sendiri juga tampak lega, karena Tari berhasil menjawab semua pertanyaan dari Windi tanpa merasa gugup. Hal tersebut jelas sangat penting, untuk memuluskan rencana yang sudah tersusun.

* * *

SAMPAI JUMPA BESOK 🥰

TELUH BALUNGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang