15 | Mengatur Kerja Sama Tim

696 76 16
                                    

- UPDATE SETIAP HARI
- DUA EPISODE SETIAP UPDATE
- JANGAN LUPA BERIKAN VOTE, KOMENTAR, DAN FOLLOW AKUN WATTPADKU.

* * *

Ziva--yang awalnya sedang memerhatikan Mika mempersiapkan api dalam tong--berbalik saat Raja menyentuh pundaknya dengan lembut. Raja menatapnya begitu lama. Di wajahnya terlihat sedikit kegelisahan yang biasa Ziva temukan, ketika Raja sedang memikirkan sesuatu. Hal itu membuat Ziva paham bahwa ada hal yang perlu disampaikan oleh Raja kepadanya.

"Katakan saja, Kakanda Rajaku. Jangan ragu. Apa pun itu, katakan saja dan biarkan aku mendengarkan," ujar Ziva.

Raja melirik sekilas ke arah rumah milik Faruk. Ziva tidak menoleh untuk mengikuti arah lirikan itu, namun ia tahu bahwa apa yang akan Raja bicarakan berasal dari sana.

"Perempuan yang tinggal di sebelah rumah Pak RT, dia adalah sosok yang sama-sama kita lihat hari ini. Dia adalah orang yang meneror Karin dan Alwan dengan bantuan Jin dari ritual teluh balung. Ini adalah nama perempuan itu. Pak RT tadi menulisnya karena merasa curiga padanya," jelas Raja, seraya menyerahkan kertas ke tangan Ziva.

Ziva membuka kertas yang Raja berikan. Ia membaca nama yang tertulis di dalamnya, lalu kembali melipat kertas itu dan menyimpannya ke dalam saku celana.

"Oke. Sekarang kita sudah tahu, dari mana sumber ledakan yang membuat para warga di lingkungan ini keluar rumah. Sumbernya ternyata benar-benar sedekat itu. Jadi jelas suara ledakannya akan menarik perhatian warga sekitar, bukan hanya kita," tanggap Ziva. "Oh ya, apakah Al sudah tahu mengenai perempuan itu?"

"Ya, dia sudah tahu. Tapi wajahnya datar-datar saja setelah tahu kalau ada perempuan di lingkungan ini yang mengincarnya. Menurutku, Alwan benar-benar tidak pernah memerhatikan perempuan itu sama sekali, meski dia sering ikut kegiatan bersama para warga."

Ziva menganggukkan kepalanya, pertanda bahwa ia paham sekali bahwa Alwan memang tidak akan memerhatikan hal-hal seperti itu. Alwan adalah orang yang sangat tertutup, kecuali terhadap orang-orang yang akrab dengannya. Jadi bukan hal aneh bagi Ziva, saat mendengar bahwa Alwan sama sekali tidak tahu soal adanya perempuan di lingkungan itu yang menaruh hati padanya.

"Lalu bagaimana sekarang, Adinda Zivaku? Apakah ada hal yang harus kita lakukan untuk mencegah perempuan itu lari dari rumahnya, ketika ritual teluh balung kita patahkan?" tanya Raja.

"Aku akan bicarakan dengan Tari, Kakanda Raja. Nanti biar Tari yang berkoordinasi dengan Pak RT dan pihak kepolisian daerah sini. Kita harus fokus dengan proses pematahan teluh balung, agar rumah tangga Alwan dan Karin tidak lagi bisa diganggu oleh perempuan itu," jawab Ziva, seraya mengusap lembut punggung tangan Raja.

Setelah keduanya selesai bicara, Ziva segera mendekat pada Tari yang sedang menyiapkan sarung tangan untuk Rasyid dan Hani--karena mereka yang akan mengangkat tulang-belulang dari dalam tanah, nantinya. Ia menyerahkan kertas yang ia dapat dari Raja, agar Tari bisa membaca nama yang tertulis di dalamnya.

"Nama siapa ini, Ziv?" tanya Tari.

"Nama perempuan yang tinggal di sebelah rumah Pak RT. Raja sudah memberi konfirmasi, bahwa perempuan itu adalah sosok yang meneror Karin," jawab Ziva.

"Eh ... berarti rumahnya dekat sekali, dong, dari rumah ini?" kaget Tari.

"Mm ... sangat dekat. Perempuan itu bahkan sempat mengawasi ke arah rumah ini, sehingga Raja bisa meyakinkan diri bahwa dia adalah sosok yang meneror Karin dengan bantuan Jin."

"Astaghfirullah hal 'adzim," lirih Tari. "Alwan kok bisa enggak sadar, ya, kalau ada perempuan yang suka sama dia?"

"Itu bukan hal baru, Tar. Alwan memang tertutup sekali sejak Almarhumah istrinya meninggal dunia. Bahkan jika bukan Karin, maka sampai detik ini pun Alwan masih saja tidak akan membuka diri dan hatinya. Beruntung, karena Allah mempertemukannya kembali dengan Karin saat pulang ke Semarang serta membuatnya harus ikut serta melepaskan Karin dari jerat teluh gantung jodoh. Sekarang tugas kita bukanlah memikirkan tertutupnya Alwan selama ini, Tar. Tugas kita sekarang adalah membantu Alwan agar bisa menjalani rumah tangga dengan tenang bersama Karin. Jadi sebaiknya kamu segera berkoordinasi dengan Pak RT dan pihak kepolisian di daerah sini. Kita tidak boleh membiarkan dia berhasil lolos.

Tari pun menganggukkan kepala, pertanda bahwa ia paham dengan arahan yang Ziva berikan.

"Eh ... terus soal pematahan teluhnya, bagaimana?" Tari mencoba kembali memastikan.

"Kamu tenang saja. Aku dan Raja akan meruqyah seluruh bagian rumah ini dari luar, beberapa saat lagi. Nanti setelah api yang Mika buat sudah benar-benar siap, maka Mika dan Alwan akan membantu Rasyid serta Hani untuk membakar tulang-belulang yang kita temukan itu."

"Dan setelah itu?"

"Setelah tulang-belulang itu terbakar habis, maka aku dan Raja akan segera ke rumah perempuan itu untuk mematahkan ritual teluh balung yang dilakukannya. Mika, Alwan, Rasyid, dan Hani akan membantu mengepung dari luar."

Tari pun bergegas mendekat pada Pak RT dan berbincang sebentar. Keduanya kemudian pergi dari halaman rumah itu, menyisakan Alwan yang kini mendekat kepada Mika untuk memberikan bantuan. Ziva kembali ke sisi Raja, setelah mengambil sarung tangan yang tadi sudah disiapkan oleh Tari untuk Hani dan Rasyid.

"Ayo, Kakanda Rajaku. Kita harus bekerja berdua saja kali ini," ajak Ziva.

Raja pun mengikuti langkah istrinya yang kini mendekat ke arah Rasyid dan Hani. Ziva menyodorkan dua pasang sarung tangan kepada mereka, agar mereka bisa bersiap meski waktunya belum tiba.

"Aku dan Raja akan meruqyah seluruh bagian rumah ini dari luar. Nanti Mika dan Alwan yang akan membantu kalian menjalani proses pembakaran tulang-belulang itu. Tidak usah menyahut. Kalian hanya perlu diam saja sampai pekerjaan kalian selesai," ujar Ziva.

Rasyid dan Hani pun mengangguk. Raja kembali mengikuti langkah Ziva, karena kini mereka harus menyiapkan air untuk melakukan ruqyah pada seluruh bagian luar rumah.

"Jadi, tidak akan ada ruqyah terhadap Alwan dan Karin?" tanya Raja.

"Sudah. Tadi pada saat mereka kembali diteror, aku dan Rasyid sudah meruqyah keduanya sehingga mereka tidak bisa lagi menerima teror dari perempuan itu," jawab Ziva.

"Cuma begitu saja? Tidak akan ada ruqyah lanjutan?"

"Tidak perlu, Kakanda Raja. Pada saat mematahkan teluh balung, proses ruqyah yang kita lakukan hanya fokus pada seluruh area rumah. Korban teluh balung tidak perlu diruqyah tiga tahap seperti korban-korban teluh lain. Hanya saja, jika kita gagal meruqyah keseluruhan rumah korban, maka proses mematahkan teluh balung pun akan gagal total dan si pengirim teluh akan menghilang bersama dengan Jin yang membantunya," jelas Ziva.

"Dan hal itu akan memberikan potensi bagi si pengirim teluh untuk kembali melakukan ritual yang sama, lalu meneror korban sampai rumah tangganya benar-benar hancur. Benar begitu, Adinda Zivaku?"

Ziva pun tersenyum seindah biasanya di hadapan Raja.

"Iya, Kakanda Rajaku. Tepat sekali. Ayo, sekarang naiklah ke atap bersamaku. Kita harus mendoakan air yang tertampung pada tandon air milik Alwan," ajaknya.

* * *

SAMPAI JUMPA BESOK 🥰

TELUH BALUNGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang