20 | Menjadi Abu

573 71 43
                                    

- UPDATE SETIAP HARI
- DUA EPISODE SETIAP UPDATE
- JANGAN LUPA BERIKAN VOTE, KOMENTAR, DAN FOLLOW AKUN WATTPADKU.

* * *

Setelah tulang terakhir masuk ke dalam api, Rasyid dan Hani segera berpindah dari posisi mereka. Lubang pada tanah bekas tempat tertanamnya tulang-belulang tadi segera ditutup oleh mereka, setelah Ziva memberikan arahan. Alwan, Mika, dan Raja terus membuat api berkobar di dalam tong. Hal itu mereka lakukan agar semua tulang-belulang tadi benar-benar terbakar habis hingga menjadi abu. Setelah Rasyid dan Hani selesai menutup lubang pada tanah, Rasyid segera mengambil alih pekerjaan Raja karena tahu bahwa pria itu harus segera pergi bersama Ziva.

"Pergilah, Ja. Pekerjaan kamu dan Ziva selanjutnya akan menjadi penentu akhir," ujar Rasyid.

"Ya, aku akan pergi sekarang juga," balas Raja.

Ziva mencabut pedang jenawi miliknya yang masih tertancap di tanah. Setelah tercabut, ia menatap ke arah Raja yang juga sudah menyiapkan pedang jenawinya sendiri. Hani mengikuti langkah mereka. Ia punya tugas sendiri bersama Tari, saat nanti Raja dan Ziva memfokuskan diri untuk menghancurkan ritual teluh balung.

Tari melihat kedatangan mereka. Ia segera mengeluarkan parang peraknya dari balik punggung baju, lalu bersiap untuk membuka kayu yang tadi ia gunakan untuk menyangga pintu luar rumah milik Windi. Polisi sudah bersiap di sekitaran rumah tersebut. Mereka akan masuk setelah nanti keadaan rumah itu dinyatakan aman dari ilmu hitam.

"Pak RT dan Bu RT sebaiknya menjauh dari area sini. Akan lebih baik lagi jika Bapak dan Ibu mengambil jarak dua atau tiga rumah dari sini," saran Hani.

"Kalau begitu kami akan ke rumah Mas Alwan saja, Mbak. Kami akan menunggu di sana," putus Faruk.

"Iya, Pak RT. Itu jelas keputusan yang bagus," Hani setuju.

Raja dan Ziva tiba bersama Hani di teras rumah milik Windi. Tari langsung memegang kayu penyangga yang akan dibukanya sebentar lagi.

"Dia ada di dalam. Kemungkinan antara ruang tengah atau ruang tamu. Tadi dia berusaha ingin membuka pintu ini, namun tidak berhasil karena pintunya sudah kusangga lebih dulu," jelas Tari.

".... TOLONG!!! SAKIT SEKALI!!! AKU TERSIKSA!!! TOLONG!!!"

Suara Windi terdengar jelas oleh mereka berempat. Menandakan bahwa keberadaannya cukup dekat dengan pintu. Hal itu membuat Ziva dan Raja saling menatap selama beberapa saat.

"Punya strategi, Adinda Zivaku?" tanya Raja.

"Intinya harus ada yang segera menahan perempuan itu saat kita masuk, Kakanda Rajaku. Jika dia tidak ditahan, maka kemungkinan dia akan mencoba untuk menghalangi langkah kita berdua," jawab Ziva.

"Kalau begitu aku dan Tari yang akan menahannya. Kalian berdua fokus saja untuk mencari tempat ritualnya dan menghancurkan tempat itu," ujar Hani, sambil mengeluarkan kedua belati miliknya yang terselip di pinggang.

"Hani benar. Fokus saja pada apa yang kalian cari. Biar perempuan itu menjadi bagian kami," tambah Tari.

Mika mengarahkan kayu bakar yang sudah menjadi arang, agar masuk lebih dalam dan menutupi tulang-belulang tadi. Alwan dan Rasyid terus memasukkan kayu bakar baru, sekaligus menuangkan minyak tanah agar api terus berkobar. Faruk dan Azwa kini duduk di teras rumah tersebut. Karin menjamu mereka bersama Santi, sambil mengawasi ketiga pria yang masih bekerja di samping rumah itu.

"Kami benar-benar tidak tahu Mbak Karin, kalau perempuan itu ternyata seorang dukun. Kami pikir, dia hanya tidak biasa bergaul dengan banyak orang sehingga lebih memilih berada di dalam rumah terus setiap harinya. Tapi setelah tahu mengenai hal yang dia lakukan terhadap Mas Alwan dan Mbak Karin, kami rasanya menyesal sekali karena tidak menaruh curiga terhadapnya selama ini," jelas Azwa.

Karin pun tersenyum selembut biasanya. Santi terus ada di sisinya dan tidak meninggalkannya sama sekali.

"Tidak apa-apa, Bu RT. Apa yang Bapak dan Ibu lakukan jelas bukan hal yang salah. Su'udzon terhadap orang lain juga buka hal yang benar untuk dilakukan. Kita sama-sama tidak tahu kalau dia ternyata bisa mengirim teluh kepada orang lain, dan kita tidak bisa menuduhnya tanpa ada bukti. Jika menuduhnya tanpa bukti, maka kemungkinan hal itu justru akan membuat nama baik kita sendiri yang rusak. Apa yang terjadi pada saya dan Suami saya, kemungkinan adalah jalan bagi Bapak dan Ibu agar perbuatan kotor perempuan itu terbuka dan terbukti. Jadi sekarang, mari kita sama-sama mengambil hikmah dari kejadian ini," ajak Karin, memutuskan untuk tidak menaruh dendam pada siapa pun.

Santi mendengar jelas keputusan itu. Ia tersenyum diam-diam sambil terus memperhatikan ke arah halaman samping. Dalam benaknya, ia langsung menyadari apa alasan Alwan sehingga begitu mantap memutuskan menikah dengan Karin. Karin jelas bukan wanita biasa. Kelembutan hati, kesabaran, dan juga sifat pemaaf yang dia miliki pastinya menjadi hal utama dalam pertimbangan Alwan.

"Karin benar-benar orang yang tepat untuk mendampingi Alwan. Alwan sudah tahu itu sejak awal, sehingga tidak ragu untuk melamar dan menikahinya. Wajar rasanya, jika rekan-rekan satu tim yang bekerja bersama Alwan membantu mereka dengan sukarela saat terjadi kesulitan seperti saat ini. Apa yang terikat antara Karin dan Alwan memang patut untuk dipertahankan," batin Santi.

Rasyid menatap Mika yang sejak tadi sudah bekerja keras. Ia mengeluarkan sapu tangan dari dalam saku, lalu membantu mengusap keringat yang terus membanjir di kening dan wajah pria itu.

"Bekerjalah lebih keras lagi, Mik. Supaya gajimu segera dinaikkan oleh Istriku," saran Rasyid.

Alwan pun akhirnya tahu, kalau keseriusan yang tercipta di antara mereka hanya akan terjadi sesaat saja. Jadi sebisa mungkin ia berusaha untuk bersiap menjadi wasit lagi, agar kekonyolan mereka bisa segera teratasi.

"Ras ... enggak usah mengiming-imingi aku dengan kalimat 'naik gaji'! Selama aku bukan Ziva, maka gajiku akan selalu sama dengan gajimu! Lagi pula, aku enggak mau disebut makan gaji buta sama Istriku yang cantik jelita tiada tara!" balas Mika.

"Hei, sudah ... sudah ...!" lerai Alwan. "Jangan adu mulut cuma karena perkara naik gaji. Ingat, kalian berdua ditambah Raja masih harus berurusan sama Hani saat pekerjaan kita selesai nanti. Kalian sudah membuat Hani kesal soal hadir di pernikahan Ketoprak dan Batagor. Jadi kalian harus bertanggung jawab soal omelannya yang masih akan berlanjut."

Diingatkan soal kekesalan Hani terhadap mereka, Rasyid dan Mika pun segera memisahkan diri kembali. Mereka jelas tidak mau melihat Hani berubah jadi singa, sehingga memutuskan untuk bersikap baik selama seminggu ke depan.

Rasyid kembali menatap ke dalam tong. Ia bisa melihat bahwa tulang-belulang yang mereka bakar kini sudah benar-benar menjadi abu. Ia kemudian memberi tanda pada Mika dan Alwan agar mendekat, sehingga kedua pria itu bisa melihat secara langsung.

"Alhamdulillah, akhirnya semua tulang-belulang itu menjadi abu," ungkap Mika, merasa sangat lega.

"Berarti sekarang hanya perlu menunggu hasil dari Raja dan Ziva. Setelah ritual teluh balung itu dihancurkan, maka ilmu hitam yang dimiliki oleh perempuan itu juga akan hilang dengan sendirinya," sahut Rasyid.

* * *

TELUH BALUNGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang