Di jalan depan gang menuju kost, Gladys sudah berdiri menunggu jemputannya, yaitu Rion. Rion adalah atasannya di kantor, bukan bagian dari divisinya tapi cukup sering berinteraksi dengannya karena ia adalah anak magang yang suka disuruh-suruh ini dan itu, ke sana-sini meski pun bukan job desk-nya.
Cowok itu kemarin tak masuk karena anaknya sakit dan tak ada siapa pun yang menjaga karena ia adalah duren, alias duda keren, alias orangtua tunggal. Dan karena tak masuk itu juga Gladys tak mendapat tumpangan ke kantor hingga ia terlambat dan bikin Kiara ngomel-ngomel menyebalkan. Ya ..., walaupun itu memang tidak bisa dijadikan alasan ia terlambat, karena bagaimanapun juga, drama Korea yang ia tonton sampai nyaris pagi itu berpengaruh banyak pada keterlambatan bangun tidurnya.
Beruntung, hari ini Rion sudah kembali masuk kerja, dan anak perempuannya yang bernama Rui itu juga akan kembali dititipkan di day care yang letaknya memang melewati kost Gladys, yang menjadikan Gladys bisa nebeng hampir setiap hari bersama Rion, hitung-hitung irit ongkos. Sebagai anak kost, dia perlu mengatur keuangan dengan baik.
"Dys!? Gladys!" panggil seseorang dari arah belakang. "Buset, lo dari tadi gue panggilin nggak nyaut-nyaut."
Gladys mendengus melihat Reza dengan seragam cokelatnya itu berlari menghampirinya seperti orang dikejar setan. "Ngapain? Belum berangkat lo, Bang?"
"Nah, justru itu. Lo lagi nunggu jemputan lo, kan?"
"Tebengan gue," ralat Gladys. "Mas Rion ke sini bukan buat jemput gue, tapi mau nganterin anaknya ke day care, terus kebetulan gue juga mau ke kantor yang sama kayak Mas Rion, jadi---"
"Ya, terserah." Reza mengibaskan tangannya, memotong ucapan perempuan itu. "Gue mau ikut nebeng juga, boleh, kan?" Lelaki itu nyengir. Ya, walaupun gedung kecamatan dan kantor tempat Gladys magang serta Rion bekerja itu searah, tapi perlu memutar sedikit kalau Rion mau benar-benar mengantar Reza ke gedung kecamatan nantinya. Dan itu namanya bukan nebeng lagi, tapi emang niat minta anterin.
"Ngapain ngomong sama gue? Orang gue juga nebeng. Lo ngomong lah sama---" Lagi-lagi ucapan Gladys terpotong. Kali ini bukan karena Reza menyelanya, tapi karena mobil Rion sudah berhenti tepat di depannya.
Kaca mobil itu kemudian diturunkan, dan terlihat Rion dengan pakaian yang selalu bersih dan rapi sudah duduk di balik kemudi, di sampingnya ada anak perempuan yang mulut dan hidungnya ditutup masker.
"Yuk, masuk. Keburu macet," ujarnya.
Gladys begitu saja masuk ke dalam mobil itu, meninggalkan Reza yang masih tersenyum kaku pada Rion.
"Mas, sorry .... Gue boleh nebeng juga nggak?" tanya Reza, lengkap dengan cengirannya. "Ke kecamatan."
Untuk sejenak, Rion menoleh ke belakang, pada Gladys yang sudah duduk di dalam mobilnya.
"Dia yang punya kostan, Mas. Anaknya yang punya kostan. Nggak tahu deh kenapa tiba-tiba mau nebeng juga," sahut perempuan itu tanpa ditanya.
"Motor gue rusak, Mas. Tiba-tiba tadi nggak mau nyala." Reza masih nyengir kaku.
"Mobil lo emang ke mana, Bang?" tanya Gladys.
"Mau dipakai Emak. Katanya mau jenguk anaknya Pak RW yang kemarin kecelakaan itu, bareng-bareng sama ibu-ibu yang lain."
"Oh, terus lo kenapa nggak naik ojek online aja? Gaji kerja di pemerintahan bukannya gede, ya? Kalaupun kecil, pasti uang pelicin dari sana-sini gede, dong. Kok nggak malu sih ikut nebeng kayak anak magang yang gajinya nggak seberapa ini." Gladys cekikikan.
Rion tersenyum canggung, sementara Reza hanya bisa mengembuskan napas panjang karena ia sudah biasa dengan ucapan kalimat tajam semacam itu dari Gladys. Selain punya kalimat ajaib yang bisa kapan saja keluar dari mulutnya, perempuan itu juga selalu punya kalimat yang bisa membuat lawan bicaranya tak bisa berkutik. Beruntung Reza sudah kenal lama dengan Gladys, jadi ia bisa menyesuaikan, karena sejujurnya Reza agak khawatir dengan Jidan yang beberapa hari tinggal di kostan, bisa-bisa cowok itu tak lanjut ngekost di sana bulan depan gara-gara Gladys. Reza hanya bisa berharap kalau Jidan bisa dengan cepat melihat sisi lain dari sosok Gladys yang blak-blakan ini, yang justru bikin banyak orang suka berteman dengannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ruang Temu
Romance[SELESAI] Jidan dan Gladys bertemu satu sama lain dengan membawa lukanya masing-masing. Berharap akan sembuh dengan menjalani hidup bersama sampai lupa bahwa mereka hanya untuk saling menyembuhkan, bukan untuk saling jatuh cinta.