1. Credit Card

1.5K 195 30
                                    

___________________________________________

ﮩ٨ـﮩﮩ٨ـ♡ﮩ٨ـﮩﮩ٨ـ

Boleh percaya atau tidak, tapi, di dunia ini ada banyak sekali hal tentang perasaan yang begitu sangat sulit dijelaskan. Ada yang saling mencintai tapi tak bisa memiliki, ada yang saling membenci karena hal alit. Ada yang harus direlakan meski telah menetap di hati. Ada pula yang berusaha bertahan meski tak mendapat kenyamanan.

Semuanya butuh alasan, alasan kenapa bertahan, alasan kenapa memilih mencintai, alasan kenapa memilih membenci dan alasan kenapa memilih pergi. Tapi, tak semua hal perlu dijelaskan atau memang tak mampu menjelaskan. Karena, boleh percaya lagi atau tidak, ada banyak orang yang bahkan tidak bisa memahami dirinya sendiri.

"Makan siang, Dok?"

Azizi Wirasendjaja baru saja menyuap sesendok nasi ke dalam mulutnya, mengangguk kecil kepada seorang Dokter memakai scrub berwarna biru tua yang menenteng lunch box ke depan mejanya.

"Saya ikutan, ya."

"Silakan, Dok."

"Tadi istri saya bawain lunchbox, banyak banget, sampai bingung ini urutannya apa dulu yang harus saya makan." Pria itu kini sibuk membuka ritsleting bekal makanannya. Ada beberapa box kecil di sana, ia membukanya satu persatu. "Hmm... Chicken Steak."

Azizi menyunggingkan senyum kecil, menatap betapa bahagia orang di depannya ini.

"Fries-nya wangi truffle oil, enak banget sih ini."

Chicken Steak dengan Mushroom Sauce adalah hidangan yang cukup sempurna untuk siang hari ini. Apalagi, setelah disibukan CITO dan satu operasi elektif beberapa saat yang lalu, dimasak oleh istri pula. Betapa beruntungnya Dokter Oniel.

"Dok Zi, mau?"

Azizi menggeleng kecil. "Lanjut Dok, saya sudah kenyang."

"Buah-buahan mau? Istri saya bawa buah pepaya dan naga nih, banyak betul. Katanya saya kebanyakan makan opor ayam kemarin, jadi sekarang dibanyakin makan buah."

Azizi kembali menggeleng kecil. Siang ini, ia sudah mengambil sepotong ayam goreng dan sesendok Capcai di kantin Rumah Sakit, cukup sekali untuk mengisi tenaga beberapa jam ke depan.

"Istrinya perhatian ya, Dok."

"Urindah cinta mati sama saya." Oniel nyengir disela-sela melahap kentang gorengnya.

"Urin?"

"Tsk, bukan Urin, Dok Zi." Oniel menggeleng. "Nama panggilan kesayangan saya ke istri. Urindah. Uri Indah. Indahku."

Azizi mengerutkan keningnya.

"Soalnya, istri saya literally indah. Indah wajahnya, Indah sifatnya, Indah masakannya. Eh, kalau masakan sih, enak ya. Bukan Indah." Oniel tertawa.

Baiklah, Azizi tidak mau melanjutkan lagi pertanyaannya, soal Urin... Uri... Indah, apalah itu. Sebab, sekarang ini, ia iri kepada seorang pengantin baru di hadapannya. Tahun lalu, Oniel melangsungkan pernikahan dengan seorang pengacara wanita bernama Indah. Selalu setiap Azizi dan Oniel disatukan di-shift yang sama, pasti Oniel tak pernah berhenti memamerkan betapa baik hatinya sang istri, kadang sampai Azizi muak, tapi, kalau dipikir-pikir lagi, Oniel memang pantas melakukannya, karena bagaimanapun, istrinya begitu membanggakan.

Somewhere Far AwayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang