16+
___________________________________________
ﮩ٨ـﮩﮩ٨ـ♡ﮩ٨ـﮩﮩ٨ـ
"Kamu tahu enggak, Azizi?"
"Apaan?"
"Mukamu... mukamu gede banget, kayak habis disengat jutaan tawon."
Tawa Marsha menggelegar terdengar. Tawa iblis barusan betulan meledek Azizi sekarang ini. Seperti baru saja, Marsha menarik tangan Azizi menuju neraka dan mereka akan terbakar berdua di sana.
Hari ini, Azizi libur kerja. Anak-anak masih sekolah sambil berharap mereka dapat telepon dari manajemen JKT48 untuk audisi selanjutnya, jika tidak, berarti mereka akan menunggu sampai diadakannya lagi audisi.
Mengingat hari ini Azizi tak ke mana-mana, karena pergi kencan saja sudah tak bisa—entah berita baik atau buruk, tiga hari lalu, Azizi resmi memutuskan tali kasih dengan sang kekasih—kemudian, Marsha memberi ide untuk pergi bersama melakukan banyak aktifitas agar si duda fakir asmara itu tak terus-terusan merayakan kesedihan sendirian di dalam kamar.
Setelah memutari Ibukota, Marsha malah memberi ide untuk pergi ke Driving Range. Kata Marsha, Azizi perlu melampiaskan kesedihannya dengan memukul bola golf, awalnya Azizi tak mau, tapi, dipikir-pikir seru juga ternyata, meski beberapa kali pukulannya meleset.
"Anjing!" Azizi dengan emosi meletup-letup memukul bola yang sedari tadi tak kena. Malah kena kaki Marsha barusan. Alhasil, Marsha ikut menjerit kesakitan dipukul oleh Azizi.
"Bangsat!" Jerit Marsha kesakitan. "Untung kaki gue dilindungi sepatu, kalau enggak, lo harus bayar seratus juta ya!"
Azizi tak peduli, ia hanya melihat Marsha yang duduk sambil memegangi kakinya.
"Bayar satu milyar aja saya bisa!"
"Heh! Yang salah kan Alden, kok jadi aku yang dimarahin!"
Azizi mengembuskan napas berat. Ternyata begini ya rasa kecewa yang sangat dalam. Ia betulan tak bisa membendung rasanya, belum Marsha yang bolak-balik melontarkan kalimat-kalimat menyebalkan kepadanya.
"Kamu juga salah!"
"Apa lagi salah aku..." Racau Marsha tak mengerti.
"Ngejek saya."
"Muka kamu emang kayak digigit tawon kok. Udah deh, duduk dulu. Banyak gaya, hasil enggak ada."
"Dari pada banyak dosa kayak kamu." Azizi duduk di sebelah Marsha. Membenarkan cap-nya di atas kepala.
"Biarin!" Marsha menjulurkan lidah tanda mengejek. "Seenggaknya aku enggak pundungan kayak kamu."
"Saya marah, bukan pundung."
"Iya iya, aku tahu kok. Kakak mana yang enggak marah adeknya tiba-tiba dicerain kan? Kalau soal itu, coba tanya Jesse deh. Dia mungkin relate sama kamu."
"Jesse enggak selingkuh dan diam-diam punya anak sama cewek lain!"
"Tapi, Jesse seorang Kakak yang adeknya dicerain."
Azizi kembali mengembuskan napasnya. Ia kembali menatap Marsha yang sangat santai sambil mengunyah permen karetnya.
"Tetap enggak relate. Jesse enggak selingkuh dan punya anak." Azizi menggeleng.
"Jangan sampe." Marsha menggeleng-gelengkan kepalanya. "10 tahun. 10 tahun lho, Zi. Kamu bayangin 10 tahun lalu itu kapan? Floraku dibohongin satu dekade."
Mari kita pergi ke 10 tahun yang lalu.
Tahun 2014, pesawat Malaysia Airlines dengan nomor penerbangan MH17 ditembak jatuh di dekat Torez, Donetsk, Ukraina. WHO melaporkan jumlah korban tewas akibat Ebola telah melebihi 1.000 orang. Pemerintah Skotlandia mengeluarkan referendum kemerdekaan pada 18 september.
KAMU SEDANG MEMBACA
Somewhere Far Away
Fanfiction"Let's run somewhere far away where The Stars kiss The Ocean."