24. AC bocor

3.1K 379 288
                                        

18+

___________________________________________

ﮩ٨ـﮩﮩ٨ـ♡ﮩ٨ـﮩﮩ٨ـ

"Ngapain?!" Tanya Marsha, was-was.

"Kamu enggak mau AC dingin kan? Saya enggak bisa tidur kalau AC nya enggak dingin, jadi, saya mau buka baju—"

"Ya udah, atur deh suhunya sesuka kamu." Lebih baik, Marsha tidur dalam keadaan kedinginan, dari pada tidur dengan pria yang bertelanjang dada. Bisa-bisa ia yang tak waras dan tak bisa tidur.

"Thanks." Azizi menyodorkan remote AC sambil mengacak rambut Marsha.

Marsha mengembuskan napasnya. Ia mengambil posisi tidur, membelakangi Azizi dan berniat hati untuk tidur tak terlalu pulas agar tak lengah jika pria itu melakukan apapun di luar kendalinya.

Sembari memeluk guling, Marsha mulai memejamkan mata. Mengusir rasa takut yang berlebihan dan juga berusaha untuk mengatur napasnya yang menderu. Aroma parfum pria itu menyeruak di hidung, padahal Marsha sudah menghindar dan membelakanginya.

Dipikir-pikir, ternyata memang sudah lama sekali ia tak tidur berdua dengan pria—ya... memang yang terakhir kalinya dengan Azizi, tapi, rasanya kok aneh sekali. Padahal dulu, sebelum menikah ia juga sering tidur bersama dengan Azizi—secara harfiah. Tapi, kali ini, rasanya sungguh berbeda.

Setelah berdo'a, Marsha memutuskan untuk menghitung domba, kebiasaannya jika tak bisa tidur. Nahas, sampai seribu domba ia hitung, kantuk belum juga datang. Marsha mengubah posisi tidurnya, pelan-pelan, ia menoleh ke belakang pada Azizi yang ternyata sedang membuka mata dan menatapnya.

"Katanya mau tidur?" Rasanya, jantung Marsha sudah naik ke tenggorokan melihat pria itu melek dan tak mengucapkan apa-apa. Duh, mana Marsha tak punya senjata untuk memukul Azizi jika benar-benar pria itu melakukan segala hal yang sedang dibayangkan Marsha saat ini.

"Kamu kedinginan enggak?" Tanya Azizi, dengan suara yang serak sekali.

Maksudnya apa? Kalau Marsha kedinginan, memangnya kenapa? Mau diangetin?

"Enggak." Marsha terpaksa menggeleng, meski sebenarnya ia sudah bergetar karena kedinginan. Mungkin salah satu faktor yang membuatnya tak bisa tidur ya karena kedinginan. "Kamu enggak jadi tidur?"

Azizi menggeleng. "Saya kepikiran Flora, Sha."

"Kenapa sama Flora?"

"Alden gugat cerai."

"Bukannya itu yang Flora mau?"

Lagi, kedua kalinya Azizi menggeleng. "Flora enggak mau."

"Flora enggak mau cerai?" Marsha mengerutkan keningnya.

"Dia memang kecewa sama Alden, tapi, setelah dipikir-pikir Flora yakin Alden sudah berubah."

"Berubah apanya?"

"Alden kan... waktu itu selingkuh sebelum ketemu Flora, punya anak juga sebelum ketemu Flora. Flora... mau memaafkan Alden. Mungkin karena... Alden sudah berubah." Ketika mengatakan itu, Azizi terdengar putus asa. Kalau boleh jujur, Azizi juga tak setuju dengan keputusan Flora untuk memaafkan Alden.

"Kok bisa?!" Tanya Marsha, sewot sendiri. "Kok bisa Flora mau memberi kesempatan kedua? Alden kan... udah bohong sama dia. 12 tahun lho, Zi. Bukan waktu yang sebentar."

"Saya juga enggak tahu, Sha." Azizi tidur terlentang, menatap langit-langit kamar. "Bangsatnya, Alden tetap mau cerai. Padahal..."

"Padahal?"

Somewhere Far AwayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang