___________________________________________
ﮩ٨ـﮩﮩ٨ـ♡ﮩ٨ـﮩﮩ٨ـ
Masih belum ada jawaban.
Baik Azizi maupun Marsha, belum menjawab apa permintaan dua anak mereka. Malam itu, Michie dan Gracie hanya harus puas dengan jawaban, "Papa sama Mama pikir-pikir dulu, besok ya, jawabnya."
Michie dan Gracie paham, jika begitu, mereka tak bisa memaksa sekarang, jadi mereka memilih untuk pulang ke kamar masing-masing, meninggalkan Marsha dan Azizi di meja makan.
Azizi kembali fokus kepada makanan, belum berkomentar apapun soal keinginan anak-anaknya masuk ke sebuah sanggar tari—sanggar tari? Sepertinya begitu, tadi, Gracie bilang JKT48 anggaplah sebuah sanggar tari untuk mereka berdua agar punya kegiatan baru.
Sejauh ini, Azizi belum tahu menahu soal JKT48 itu apa, selain ada beberapa teman Koasnya dulu, merupakan penggemar dari grup tersebut.
Di kursi lain, Marsha justru mulai mengambil lembaran-lembaran kertas yang ia kumpulkan dari tangan dua anaknya, berupa formulir, akta kelahiran, beberapa lembar foto dan yang terakhir, Surat Izin Orang tua yang masih berupa teks tanpa tanda tangan Marsha maupun Azizi.
"Kayaknya aku enggak setuju." Marsha kembali meletakkan kertas-kertas itu di atas meja, lalu tatapannya jatuh pada Azizi yang makan dengan lahap.
"Kenapa?"
"Itu artinya mereka masuk dunia entertainment."
"Bukanya, harusnya kamu senang? Kalau anak-anakmu ikut 'jejak' kamu?" Tanya Azizi, setengah menyindir. "Ups, lupa, kami kan enggak diajak ya, di hidup Mbak artis Marsha Roxanne?"
Marsha menggeleng. "Ini bukan soal aku. Ini soal anak-anak."
"Kamu sendiri yang bilang kalau Gracie butuh kegiatan lain selain belajar dan belajar. Dia bukan robot kan? Kenapa jadi kamu enggak setuju?"
"Nyebelin." Marsha berdecak. "Ya kegiatannya kayak apa dulu, kalau masuk idol group gini gini, kayaknya enggak usah deh."
"Kenapa sih? Kata Gracie, itu cuma sanggar tari."
Marsha mengembuskan napasnya. "No. JKT48 itu bukan 'Sanggar Tari'. Enggak ada, mereka itu idol. Lagian, mau aja dibegoin anak sendiri."
Azizi baru saja menandaskan segelas air putih dan mulai mencuci piringnya sendiri. Ia biarkan Marsha dan pikirannya bergerilya.
"Kamu tahu temenku si Ocha Rosdiani enggak? Itu lho, yang dulu main di 7 Manusia Hamster bareng aku. Dia itu dulunya jebolan idol group ini."
"Terus?"
"Ya dia cerita banyak soal kegiatannya di JKT48. Jadwalnya itu penuh, pulang sekolah langsung latihan, habis latihan langsung show, kelar show latihan lagi. Bisa sampai malam banget, bahkan beres subuh-subuh. Paginya dia balik sekolah—repeat. Menurutmu, tuh dua kecambah bisa enggak ngejalanin kegiatan sepenuh itu?"
"Mereka aja belum nyoba."
"Kamu setuju mereka masuk? Biar apa? Biar privasi mereka diobrak-abrik, terus at the end, tiba-tiba fans-nya tahu kalau tuh dua anak, anaknya Marsha Roxanne? Gitu?"
"Bilang aja, intinya tuh kamu yang enggak sudi kalau pada akhirnya semua orang tahu kamu punya anak dan pernah menikah. Malu 'kan? Malu punya anak?"
"Selain badanmu pendek, pikiranmu juga pendek ya, Zi. Apalagi kira-kira yang pendek, Zi?"
"Awh..." Azizi mendesah kecil, memegangi dadanya. "Kamu melanggar silver rules yang kita tulis. Itu nyakitin hati saya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Somewhere Far Away
Fanfiction"Let's run somewhere far away where The Stars kiss The Ocean."