___________________________________________
ﮩ٨ـﮩﮩ٨ـ♡ﮩ٨ـﮩﮩ٨ـ
Ini adalah pertama kali dalam hidup Marsha datang ke sekolah anak-anaknya. Selama ini, Marsha selalu absen untuk datang dalam rangka apapun di sekolah, baik pentas, pembagian raport sampai kelulusan, Marsha tak pernah sekalipun untuk hadir di sana. Kalau bukan oleh Papa mereka, Gracie dan Michie selalu dititipkan kepada adik Azizi satu-satunya, Flora Wirasendjaja.
Sebenarnya, dari mana ia punya ide untuk mengatakan mau mulai jadi Ibu yang baik?
Selama ini, Marsha selalu jadi Ibu yang baik kok. Memangnya, Ibu yang baik itu harus selalu dipukul rata? Harus mengantar anak-anak ke sekolah? Membuat sarapan setiap hari? Membaca dongeng sebelum tidur? Hih, otak Azizi ini memang kurang maju sejak dahulu kala.
Di sela-sela Marsha bercermin dan mengoleskan lipstik di bibirnya, ketukan dari kaca mobil membuat ia terganggu berat. Marsha buru-buru membuka kaca itu dan menemukan Gracie sedang berdiri dengan wajah yang sangat kesal.
"Mama... astaga, aku udah nungguin dari tadi."
"Oh iya?" Marsha menurunkan kacamata hitamnya.
"Tadi ditungguin sama Miss Melody. Mama enggak takut sama Miss Melody?"
"Miss Melody? Who is that? Mama cuma takut sama Tuhan." Ujar Marsha sambil cengengesan. Ya ampun, Marsha kembali memandangi wajahnya di cermin. Rambutnya yang berwarna merah dibuat ikal menggantung, tidak lupa perhiasan di beberapa bagian tubuhnya, jangan lupakan dress yang memiliki model dada rendah dengan punggung yang terbuka. Marsha akan pastikan, bahwa ia adalah orang tua murid terbadai di sekolah ini.
"Pake jacket kakak, Kakak malu ah, Mama ngapain pakai outfit ngejreng kayak mau jadi biduan gini."
"Biduan? This is fashion, sweetheart."
"Iya, fashion, tapi ya salah kostum lah, Ma." Gracie buru-buru membuka jacket jeans-nya dan memberikan kepada Marsha. "Yuk?"
"Sebentar..." Marsha mengangkat tangannya dan kembali menatap cermin kecilnya.
"Ma..." Gracie sudah sampai menyerah dan menjatuhkan kepala di kaca pintu mobil Marsha yang masih terbuka. "Ngapain lagi?"
"Nanti Mama bakal ketemu orang tuanya temanmu itu 'kan? Gimana kalau Mama sama dia jambak-jambakan juga? Seenggaknya, waktu jambak-jambakan, Mama masih harus kelihatan cantik." Jelas Marsha. Terakhir, Marsha mengambil masker berwarna putih dari tasnya.
"Kan udah dandan, ngapain pake masker lagi?!" Tanya Gracie, frustrasi.
"Takut temen-temenmu yang cowok klepek-klepek sama Mama."
Kalau sudah begini, jujur, Gracie suka berpikir. Ini... Marsha Roxanne betulan Ibunya atau bukan, sih? Kok rasanya lelah sekali menghadapi Ibu sendiri. Pantas, Papa suka marah-marah dan tekanan darahnya naik kalau bertemu dan menghadapi Mama.
Marsha berjalan dengan tenang mengekori ke arah mana tungkai Gracie melangkah. Meski kadang-kadang, Marsha ingin sekali mengenggam tangan anaknya yang kelihatan tak nyaman dengan suasana hari ini. Marsha tahu betul rasanya orang tua dipanggil oleh wali kelas ke sekolah—karena kalau boleh jujur, dulu ia melakukannya.
Tahu tidak gara-gara apa?
Gara-gara rebutan Azizi. Kalau dipikir-pikir lagi sekarang, kok bisa ya ia sampai bertengkar hanya untuk rebutan laki-laki itu, meski Marsha sempat jadi juaranya tentu saja. Mana rebutannya sama Olla lagi yang notabene-nya sekarang, Olla jadi Kakak Iparnya.
Dunia ternyata lebih sempit dari Kecamatan Johar Baru.
Kini, Marsha duduk masuk ke sebuah ruangan cukup besar dengan sofa hitam berjejer dan meja yang terpampang jelas nama kepala sekolah, sekolah ini. Tak lupa rak-rak buku yang berjejer rapi dan tentu saja, ia tak tertarik dengan itu semua, melainkan seorang wanita yang sekarang duduk sambil mengelus-ngelus anak seumuran dengan Gracie.
KAMU SEDANG MEMBACA
Somewhere Far Away
Fanfic"Let's run somewhere far away where The Stars kiss The Ocean."