12. Menarche

1.2K 244 127
                                    

___________________________________________


ﮩ٨ـﮩﮩ٨ـ♡ﮩ٨ـﮩﮩ٨ـ



Perihal menstruasi, bukanlah sesuatu yang tabu untuk anak seumuran Gracie. Ia sudah sering mendengar pembicaraan itu bahkan sejak kelas lima SD, tapi, pada praktiknya, menstruasi untuk pertama kali bagi para anak gadis adalah sesuatu hal yang cukup mendebarkan. Masalahnya, meski sudah dapat edukasi perihal itu jauh-jauh hari dari ayahnya, Gracie tak tahu bagaimana cara ia menyampaikan berita terhangat siang ini.

Sebenarnya yang buat panik adalah... ketika ia pergi ke kamar mandi untuk menuntaskan kebutuhannya, ia mendapat air seninya tercampur darah. Bukan main, Gracie segera berteriak dengan panik dan mengatakan kalau perutnya berdarah. Berita itu, sampai di telinga Michie yang sedari tadi menggedor-gedor pintu kamar mandi, dan berakhirlah berita aneh itu sampai di telinga kedua orang tuanya.

Michie itu... memang sudah mirip akun-akun gossip yang gemar membagikan sebuah cerita. Michie juga paling bisa mendramatisir sesuatu, si riweuh itu juga sedari tadi masih menyuruh kakaknya keluar dari kamar mandi.

"Dek?"

Meski Marsha merasa hatinya lega, karena anak perempuannya tak betulan ditusuk oleh orang jahat. Ia tetap berteriak panik dan berlari menaiki anak tangga untuk melihat TKP.

"Mama..." Michie meringis, menatap Ibunya yang berdiri di depan pintu toilet. "Kakak enggak mau keluar terus dari tadi. Sebel banget deh, dia bilang enggak kenapa-kenapa tapi perutnya berdarah."

Marsha tersenyum kecil, menyuruh Michie bangkit dari duduknya. "Kamu ini... hampir bikin jantung Papa copot dari tempatnya. Sini, Mama mau ketemu kakak dulu."

"Mama!!" Gracie berseru dari dalam. "Mama di situ?"

"Iya. Ini, Mama di sini." Marsha mengangguk keci, meski itu rasanya cukup percuma karena Gracie tak akan melihatnya.

"Ma... gimana nih? Gracie bingung."

"Mama masuk ya?"

"Enggak boleh..."

"Mama ajarin dulu, Kakak..." Marsha rasanya ingin menyentil telinga si kakak.

"Ya udah, deh..."

Suara dari kunci pintu bergerak. Marsha siap membuka pintu, tapi, ia rasa, Azizi masih ada di belakangnya dan terdengar gerakan orang itu juga mau mengikutinya ke dalam.

"Ngapain?" Tanya Marsha, menoleh pada Azizi. "Sana deh, enggak usah ikut-ikutan. Dia sama aku aja malu, apalagi kamu mau ikut-ikut."

"Gracie... enggak apa-apa kan?" Tanya Azizi, gugup bukan kepalang. "Sa—saya deg-degan..."

"Tsk." Marsha berdecak. "Mending ajak Michie makan Blueberry Cheese Cake-nya, dibanding mau nonton di sini. Sana-sana!" Usir Marsha, mendorong dada Azizi dengan keras, menyuruh orang itu untuk menjauh.


ﮩ٨ـﮩﮩ٨ـ♡ﮩ٨ـﮩﮩ٨ـ





Sepotong Blueberry Cheese Cake untuk menyembuhkan rasa panik Michie ternyata sangat ampuh. Di depan sang papa, ia sibuk memakan suap demi suap kue dengan khidmat, sampai tak peduli ayahnya yang masih sibuk melamun dengan pikirannya sendiri.

"Papa mau?" Tanya Michie, merasa bahwa sedari tadi, ayahnya nyaris macam mayat hidup yang tak berkedip sama sekali.

Azizi menoleh, kemudian menggeleng kecil. "Habisin aja sama Adek."

"Oh... oke." Michie mengangguk senang. "Kakak sakit apa sih, Pa?"

"Kakak enggak sakit..."

"Terus?"

Somewhere Far AwayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang