Begin

80 9 0
                                    

Pada akhirnya Nouri tidak lagi bisa membantah. Benar kata Lorien, mereka harus pergi. Maka ia langsung mengemas barang dan mempersiapkan diri. Belati, seruling, baju yang layak dan jubah yang menutupi seluruh tubuhnya hingga betis telah Nouri kenakan.

"Tidak perlu bawa banyak barang, kita akan segera sampai ke Daylight." Lorien berucap ketika Nouri hendak membawa beberapa pasang baju ganti.

Benar, tujuan mereka adalah Daylight. Karena Aweena, pemimpin dari Daylight itu sendiri, memiliki keahlian untuk membuat ramuan dan obat-obatan. Jika Nouri ingin sembuh, maka Aweena adalah orang yang paling tepat untuk didatangi.

Lorien memasukkan pedangnya pada sarungnya yang telah menggantung di pinggul kirinya, lalu keduanya berjalan ke balkon.

Kondisi Nouri mulai membaik, lagi. Namun tidak ada yang tahu kapan dia akan melemah seperti kejadian sore tadi. Hal itu bisa terjadi kapan saja.

Tidak mungkin mereka keluar dari istana dari pintu depan. Selain karena keberadaan Lorien, Nouri berniat pergi dalam diam. Tidak ingin siapapun tahu atas hilangnya dirinya.

Maka di sana lah mereka, memanjat turun melewati bebatuan yang telah Lorien lewati untuk naik di malam sebelumnya. Lorien lebih dulu sampai pada tanah, bersiap-siap menangkap Nouri jika saja tiba-tiba tubuhnya menyerah dan terjatuh.

"Akan aku tangkap." Lorien berucap perlahan.

"Aku tidak lemah." Hanya itu balasan Nouri hingga akhirnya dia sampai pada pijakan tanah di sebelah Lorien.

"Sudah? Kau baik-baik saja?" Mata Lorien memindai seluruh tubuh Nouri dari kepala hingga pada ujung kakinya.

Nouri yang sedang memperbaiki letak ikat pinggangnya yang disangkuti banyak barang pun hanya menatapnya aneh, "Sudah ku bilang, aku tidak lemah. Aku bisa melawan mu sekarang kalau kau mau." Nouri hampir mengeluarkan belatinya jika saja tangan Lorien tidak menahan dirinya.

"Tidak! Tidak perlu!" Lorien dengan senyum terpaksanya menjulurkan tangan ke depan, mengatakan bahwa ia percaya dan tidak perlu ada pertumpahan darah di sana.

Nouri menghela napasnya dan memasukkan kembali belati yang sudah keluar setengahnya. Lalu keduanya memutar tubuh untuk lanjut berjalan.

Namun langkah itu langsung terhenti tiba-tiba.

"Ambrose!" Nouri hampir memekik ketika tiba-tiba melihat mata merah itu menatap tajam ke arahnya, dan lebih mengerikan lagi ketika melihat ke arah Lorien yang berada di sebelahnya.

Tangan pria itu disilangkan di depan dada. Kaki kanannya mengetuk tanah dengan konstan.

Mereka tertangkap basah.

"Apa maksdunya ini?" Nada bicaranya datar, Nouri belum pernah mendengar Ambrose yang seperti ini. "Bagaimana caranya bisa ada dia di sini?" Dagunya menunjuk Lorien.

Akhirnya Nouri menghela napas, lalu menjelaskan semuanya, tidak terkecuali.

Hingga cerita Nouri selesai, Ambrose terus mendengarkan dalam diam. Lorien menatap perubahan ekspresinya tiap cerita Nouri memberikannya informasi baru, mulai dari amarah ketika Nouri menjelaskan mengenai Cassian dan rencananya, menatap Lorien nyalang ketika mendengar bahwa ia menyelinap masuk ke kamar Nouri, dan kesedihan ketika ia tahu bawha Nouri sekarat dan harus mencari obatnya.

"Aku ikut." Katanya singkat.

"Ambrose..." Nouri tidak menyangka Ambrose bisa serewel ini. "Lalu siapa yang akan menjaga Nightfall?"

"Aweena." Kali ini Lorien berani mengeluarkan suaranya.

Nouri menatap Lorien bingung. Maka pria itu lanjut menjelaskan, "Ambrose sama keras kepalanya denganmu. Apapun alasanmu, dia tidak akan mau ditinggal."

High FaeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang