Answers

142 15 0
                                    

Lorien berlari, bergegas kembali ke istana Springpetal dengan sekantung penuh Fleuria di genggamannya.

Dia berhasil, dengan mudah, tanpa halangan. Entah dia memang tidak diserang atau musuh bahkan tidak diberikan kesempatan dan waktu untuk menyerangnya. Yang Lorien lakukan hanya bergerak secepat mungkin, secepat yang ia bisa, karena yang ia inginkan hanyalah satu.

Yaitu kembali kepada Nouri.

Setelah empat hari berkelana, tidak sekalipun Nouri pergi dari sisinya. Tidak sekalipun dirinya jauh dari Nouri.

Dan kali ini, ketika keadaan mengharuskan mereka untuk berpisah, rasanya Lorien tidak tenang.

Dia tahu Alora adalah temannya Aweena yang ia percaya, namun belum tentu wanita itu sebaik Aweena. Belum lagi musuh yang dapat menyusup dan menyerang Nouri di dalam tidurnya. Lorien memikirkan seribu satu hal buruk yang dapat terjadi kepada Nouri dan di benaknya dia hanya perlu sampai pada istana secepat mungkin sebelum hal itu bisa terjadi.

Maka di sana lah dia. Di belakang daun pintu kamar Nouri, dengan napas terengah —suatu hal yang jarang terjadi.

Seharusnya Lorien kembali ke kamarnya. Seharusnya dia tidak mengganggu tidur Nouri. Namun hatinya tidak akan bisa tenang sebelum dapat melihat Nouri dalam keadaan baik-baik saja. Maka dia memutuskan hanya akan mengintip sedikit, lalu pergi.

Lorien hembuskan napasnya agar menghilangkan engahan yang terdengar menggema di lorong istana yang besar itu. Lalu perlahan ia buka pintu besar emas, tidak menyangka melihat adanya cahaya menyeruak keluar dari kamar itu.

Nouri biasanya tidur dalam kegelapan, kenapa ada cahaya dari dalam?

Maka Lorien membuka pintunya lebih lebar untuk memastikan, dan betapa terkejutnya dia ketika melihat Nouri duduk di atas tempat tidurnya, menatap ke arahnya secara langsung.

"Hey." Lorien tertangkap basah, maka dia memasuki kamar Nouri dengan langkah kecil. Berdiri di hadapan pintu setelah ia berhasil menutupnya kembali tanpa suara. "Kukira kau sudah tidur."

"Kau kembali." Suara Nouri rendah. Terdengar kelegaan di sana. Mungkin bukan hanya Lorien yang khawatir saat itu.

Lorien mengangguk, "Tentu aku kembali. Aku mendapatkan bunganya." Mata Lorien tak lepas dari Nouri yang hendak menuruni tempat tidur, dengan posisi kaki menjuntai ke bawah. "Tidak perlu!" Lorien menahannya. "Aku hanya ke sini untuk memastikan kau baik-baik saja. Aku akan segera kembali ke kamarku."

Namun suara Nouri memecah keheningan, "Lorien."

Tangan yang hampir memegang gagang pintu itu otomatis terhenti dan mengambang di sana. "Iya?" Jawabnya.

"Kemari."

Lorien memutar tubuhnya kembali, melihat ke arah Nouri yang masih duduk di sisi tempat tidurnya, menatap Lorien dengan memelas. Sesuatu terlihat tidak biasa, ada yang tidak benar di sana.

Seketika kekhawatiran kembali menyelimuti Lorien. Apa yang terjadi ketika dirinya meninggalkan Nouri sendirian? Apakah Nouri baik-baik saja? Dengan seluruh pertanyaan di pikiran, Lorien mengambil langkah lebar untuk tiba di hadapan Nouri. Kedua tangannya menangkup kedua pipi Nouri untuk membuatnya mendongak dengan lembut. Hanya agar Lorien dapat melihat wajah Nouri dengan jelas, untuk melihat apakah ada luka di sana. "Kau kenapa?" Kepanikan terdengar jelas di suaranya.

Namun yang Nouri keluarkan hanyalah elahan napas terputus. Seakan frustasi. Tampak bingung, namun tidak dapat mengucapkan banyak kata.

Tangan kanan Lorien meninggalkan pipi Nouri, menyisir rambutnya ke belakang dengan lembut. Membuat yang diberikan afeksi menutup matanya, meleleh kepada sentuhan-sentuhan kecil yang diberikan pria jangkung di hadapannya.

High FaeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang