Dua pemimpin wilayah yang bertolak belakang itu telah meninggalkan penginapan yang menjadi tempat istirahat mereka selama satu malam sejak pagi-pagi buta. Sengaja akibat ingin menghindari keramaian, agar mereka bisa memasuki hutan dengan aman.
Kini pagi telah berubah menjadi siang, namun suhu di Dawnshade tidak sama sekali mengalami perubahan. Masih sama panasnya dengan kemarin malam, ataupun tadi pagi. Nouri yang tidak terbiasa sangat terganggu dengan jubah panjang yang harus mereka kenakan, membuat Lorien mengasihaninya dan membiarkan Nouri melepas jubah itu tepat ketika mereka telah masuk lumayan dalam ke dalam hutan.
Namun saat ini, Nouri tahu bahwa sebentar lagi ia harus memakai jubahnya itu. Dia bisa tahu karena dia dapat mendengar suara pasar sebelum ia dapat melihatnya. Ramai sepertinya, membuat Nouri sedikit gugup.
Keramaian Dawnshade jauh berbeda dengan Nightfall. Seramai-ramainya Nightfall, rasanya tetap tenang, hening. Dawnshade di lain sisi terlihat sangat hidup, berisik, tampak menyenangkan. Nouri tidak tahu apakah tempat yang akan mereka tuju sebentar lagi akan cocok dengan dirinya.
"Nouri, jubah." Lorien memberikan Nouri jubah yang sedari tadi dia bantu pegangkan yang padahal Nouri tolak bantuan itu dan mengatakan bahwa ia bisa memegangnya sendiri.
"Ada aku, kenapa kau harus bersusah-payah?" Itu adalah kalimat Lorien beberapa waktu lalu, yang sedikit berhasil membuat darah Nouri berdesir entah karena apa.
Nouri menahan erangannya ketika ia mengambil jubah itu dari tangan Lorien dengan malas-malasan, dan sikap Nouri itu membuat Lorien terkekeh kecil. Menganggap pria yang lebih tua sekitar dua ratusan tahun darinya itu lucu.
"Pegang tanganku." Lagi-lagi yang lebih muda berucap setelah memakai jubahnya sendiri dan memastikan bahwa tidak ada rambut yang tampak keluar.
Nouri memberikannya tatapan aneh.
"Ayolah, nanti kau hilang." Uluran tangan itu belum juga turun, menunggu tangan pucat milik Nouri menerimanya.
Tak lama kemudian, Nouri memutar bola matanya dengan helaan napas kasar, namun tangannya tetap ia kaitkan dengan telapak hangat milik Lorien. "Aku tidak akan hilang, aku lebih tua darimu."
"Tapi kau lebih kecil dariku."
"Benar, tapi aku tetap jauh lebih besar dari semua rakyatmu, Lorien." Nouri berbicara sembari mengikuti langkah Lorien, sedikit tertinggal di belakang dengan kedua tangan yang terpaut.
Lorien di depan tak kuasa menyembunyikan senyumnya, menganggap adegan saat ini sangat menggemaskan akibat Nouri yang terus meracau dan mengeluh. Lorien hanya bertugas untuk mendengarkan dan rela melontarkan banyak kata tak bermakna lainnya untuk memancing pria dingin itu agar terus berbicara.
Lorien suka ketika Nouri berbicara banyak. Suaranya lembut, bagaikan sebuah madu di telinga Lorien. Cara dia berbicara juga dapat memikatnya. Entahlah, memang Nouri yang se-sempurna itu atau hanya Lorien yang telah jatuh-
Tidak. Tidak ada yang tahu.
Ketika Lorien sibuk dengan pemikirannya ditambah racauan kecil dari Nouri yang terus mengeluh, mereka sampai pada pasar, di siang hari kedua setelah Nouri mendapatkan ramuan dari Aweena.
Sang penguasa Nightfall terkejut ketika melihat pemandangan di hadapannya. Dia tahu bahwa Dawnshade memang ramai, namun dia tidak menyangka akan seramai ini.
Pasar itu terang, penuh akan warna, lantainya dihias dengan bubuk berwarna-warni membentuk aneka ragam bunga. Belum lagi membicarakan mengenai para fae di sana. Anak-anak bermain dengan riang dan tawa menghiasi, mayoritas penduduk di sana sedang berbelanja, menawar harga, bercengkrama, bertukar sapa, dan banyak lagi yang lainnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
High Fae
FanfictionNightfall, sebuah wilayah yang dipimpin oleh Nouri, The Dark Lord, didatangi seorang tamu bernama Lorien yang merupakan penguasa Dawnshade. Semua orang tahu bahwa Nightfall dan Dawnshade adalah dua wilayah yang bertolak belakang dan tidak pernah aku...