First Lesson

184 26 0
                                    

Lorien sedang mengelilingi istana milik Nouri pada hari ke-limanya di Nightfall. Beberapa hari sebelumnya ia habiskan untuk melihat keindahan langit dari balkon kamarnya. Dia tidak bisa puas disuguhi pemandangan seindah itu. Seakan langit di atas istana Nouri tidak pernah lelah, mereka terus bergerak.

Namun sudah cukup melihat gantungan bintang-bintang, kali ini ia ingin mencari hal lain. Maka kakinya melangkah ke sekeliling istana. Melihat ukiran-ukiran di tiap dinding dan pilar, memperhatikan seluruh patung yang berada di sana.

Satu yang Lorien sadari, patung itu rata-rata memiliki sayap. Miniatur Fae yang memiliki sayap menyerupai milik kelelawar. Jika dia adalah orang lain, mungkin Lorien akan ketakutan dan tidak berani jalan di sekitaran istana sendirian. Namun Lorien bukanlah orang lain. Dia melihatnya sebagai sebuah seni. Menurutnya patung-patung itu tampak indah.

Lantai istana terlihat mengkilap, memantulkan cahaya remang dari pencahayaan yang ada dan juga bulan yang terpancarkan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Lantai istana terlihat mengkilap, memantulkan cahaya remang dari pencahayaan yang ada dan juga bulan yang terpancarkan. Tentu cahaya bulan sampai ke seluruh isi istana, karena hal lain yang Lorien sadari, bahwa hampir seluruh dinding istana ini memiliki jendela yang besar.

Masuk akal bagi Lorien. Jika dirinya ditanya, dia juga pasti akan melakukan hal yang serupa. Tidak ada matahari untuk dilindungi, adanya langit malam yang penuh akan serbuk bintang dan warna-warni aurora. Semua orang pasti ingin melihat keindahan itu, bukan?

Lorien sudah tidak menghitung dia berada di lantai ke-berapa dari istana Nightfall saat ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Lorien sudah tidak menghitung dia berada di lantai ke-berapa dari istana Nightfall saat ini. Yang ia ingat, ia hanya terus menaiki tangga yang tampak di hadapannya, hingga akhirnya ia tak menemukan pinjakan untuk naik lagi.

Rambut gelap Lorien bergerak sesuai gerakan kepalanya yang menatap ke langit-langit. Kali ini dia yakin dia sudah berada di lantai tertinggi kerajaan, melihat pemandangan yang ada di atasnya.

 Kali ini dia yakin dia sudah berada di lantai tertinggi kerajaan, melihat pemandangan yang ada di atasnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bukannya ditutupi oleh dinding, langit-langit itu hampir sepenuhnya terbuat dari kaca. Langit malam tampak jelas di sana.

Lorien bahkan tidak menyadari lehernya yang sudah hampir pegal akibat mendongak dalam waktu lama ketika dia mendengar sebuah pekikan di ujung lorong.

Tentu saja, High Fae itu penasaran. Dia mengikuti rasa penasarannya dan berjalan perlahan ke sumber suara.

Semakin dekat, suaranya semakin keras, semakin menggema. Lalu ia mendengar suara itu.

"Tidak ada ampunan bagimu!" Itu adalah suara Nouri, berhari-hari menghabiskan waktu makan dengannya membuat Lorien hafal akan suara itu sekarang.

"Tuan. Saya mohon. Tolong berikan saya keringanan." Terdengar pilu dan menyesakkan bagi Lorien. Dia ingin sekali tahu apa yang terjadi di balik ruangan itu, namun dia tidak berani bergerak dari lindungan tembok yang menghalangi pandangannya. Punggungnya menempel pada tembok itu, kepalanya dimiringkan, hendak mengintip namun ragu.

Dia penasaran sekali.

"Seharusnya kau bersyukur nyawamu masih utuh." Nouri mengucapkannya dengar gertakan gigi. Lalu terdengar suara patahan tulang dan teriakan yang menggema ke sepenjuru lantai istana.

Lorien meringis, namun dapat terlihat jelas antisipasi dalam wajahnya. Ini adalah pelajaran pertamanya! Dia akan mendengarkan dan menebak-nebak apa yang sedang dilakukan Nouri di sana. Menebak apa yang dilakukan pria yang tengah dihukum hingga mendapatkan pembalasan seberat itu.

Lalu Lorien mendengar kepakan sayap dari hadapannya, tidak ia hiraukan. Barang menoleh sedikit saja pun tidak. Dia sedang sibuk mendengarkan kegiatan menyiksa Nouri.

Kepakan sayap memang tidak mengganggunya, namun kalimat selanjutnya? Dia terusik. "Fae muda, sangat mudah terhibur. Lihatlah wajahnya, sangat sumringah." Sungguh, Lorien dapat mendengarkan suara tawa mengejek dari burung gagak di depannya itu, sangat menyebalkan.

Maka dia memutar kepalanya kembali ke depan dengan tiba-tiba, wajahnya penuh akan kekesalan. Akhirnya dia melihat gagak hitam itu, dengan mata yang merah. "Kau Ambrose kan? Aku bisa mendengarmu."

Gagak itu terkejut ketika Lorien berbicara kepadanya dan mengerti apa yang dia katakan. Ambrose terbang tak karuan dan hinggap di bahu Tuannya, Nouri, yang ternyata sudah berdiri di sebelah Lorien. Baru saja keluar dari ruangan tempatnya melakukan apapun itu tadi.

"Kau berbuat apa kepada orang kepercayaanku?" Nouri menatap Lorien dingin.

Bayangan kejadian beberapa detik lalu terputar di otak Lorien. Tentu dia tidak ingin berakhir seperti pria di dalam ruangan itu. "Aku tidak melakukan apapun! Dia yang mengejekku!" Tampangnya seperti sedang mengadu kepada orang tua.

"Ambrose?" Nouri menoleh ke pundaknya. "Kau berkata apa?"

Ambrose tidak berbicara, malas juga berubah kembali menjadi manusia. Lagi pula, dia tahu sebentar lagi Lorien akan membeberkan semuanya.

"Dia bilang aku Fae muda yang mudah terhibur." Lorien bersungut-sungut.

Seharusnya Lorien dapat menduganya, namun bodohnya dia malah mempercayai Nouri. Reaksi pria itu? Dia malah tertawa mengejek.

"Kau memang masih kecil." Nouri menepuk kepala yang sebenarnya sedikit lebih tinggi darinya, lalu berjalan menjauh.

Lorien terpaku sejenak. Itu adalah sentuhan pertama Nouri yang diberikan kepadanya...

"Tunggu!" Lorien tentu hendak protes, enak saja dia menepuk kepala Penguasa Dawnshade dan mengatakan bahwa dia masih kecil? Namun Lorien langsung tersadar bahwa dia memiliki pertanyaan yang lebih penting saat ini. "Apa yang kau lakukan ta-"

"Tidak sekarang, Lorien. Aku sedang sibuk. Berkeliling lah di sekitar istana lagi. Sampai jumpa saat makan malam." Nouri terus berjalan. Meninggalkan Lorien yang terpaku pada posisi berdirinya, hanya dapat mengeluarkan dengusan sebal akibat baru saja dicemooh dan juga dihiraukan.

Di sisi lain, sembari berjalan Nouri berucap kepada Ambrose, "Satu misi kita belum dilaksanakan. Beri tahu para serangga, serang kamarnya malam ini." Nouri kembali tersenyum licik.

— tbc

High FaeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang