Sepanjang perjalanan dari pagi menuju siang hari dipenuhi oleh keheningan yang menusuk, terutama bagi Lorien. Masalahnya, ini bukanlah hening yang biasa ia dapatkan ketika hanya berdua besama Nouri, bukan. Diamnya Nouri sejujurnya tidak begitu mengganggunya, malahan dia merasa sedikit damai.
Yang kali ini berbeda. Sebab, ada Eiden dan Ambrose di kedua sisi mereka. Keduanya berjalan di sisi paling jauh dari satu sama lain, Ambrose di kanannya Nouri, dan Eiden di kirinya Lorien. Sebisa mungkin menjaga jarak sebesar-besarnya.
Tidak ada yang berani mengangkat suara, ditambah dengan matahari yang menyengat ketika hari menjelang siang, membuat semuanya menghemat energi untuk difokuskan pada berjalan.
"Keluar dari hutan ini maka kita akan langsung sampai pada istana." Lorien akhirnya memecah keheningan.
Nouri hanya mengangguk, tidak tertarik dengan informasi yang sudah ia ketahui itu. Lalu pria itu melepaskan tangannya dari Ambrose yang sejak beberapa saat lalu memapahnya. Benar, Nouri sempat kehilangan tenaganya lagi tadi, hal itu yang membuat Ambrose tidak lari dari Eiden. Karena dia lebih memilih untuk melindungi Tuannya daripada bermain kucing-kucingan dari harimau itu.
Dan Eiden? Alasannya hanya karena titah Lorien yang sangat amat menyebalkan, membuatnya mendengus ketika ia mendengarnya pertama kali.
"Nouri bisa kehilangan tenaganya kapan saja, jika itu terjadi kita semua membutuhkan punggungmu untuk membawanya." Kira-kira itu yang dikatakan Lorien kepada Eiden tadi.
Kembali pada Nouri yang sudah tidak lagi menempel pada Ambrose —atau sebaliknya, entah siapa yang menempel pada siapa. Pada akhirnya keduanya memiliki jarak. "Tidak apa-apa, tenaga ku sudah kembali." Nouri menenangkan Ambrose.
Pria itu hanya mengangguk. "Aku akan tetap berada di sini, untuk berjaga-jaga."
Sang Tuan tidak ambil pusing dan langsung menyetujui ucapan Ambrose. Tidak ingin memperpanjang masalah, dia mengalihkan topik, "Ambrose, apakah istri dan anakmu tahu kau pergi?"
"Eiden?" Tiba-tiba suara Lorien terdengar.
Nouri yang belum mendapatkan jawaban langsung menoleh ke kiri untuk melihat Lorien yang sedang menatap ke belakang, kepada Eiden yang mematung.
"Sudah hampir sampai istana, aku akan mencari tempat beristirahat malam ini. Sampai jumpa besok pagi." Eiden berkata pada Lorien, tentu saja. Karena hanya dialah yang bisa memahami bahasanya.
"Baiklah. Padahal aku berencana meminta Aweena memberikan tempat untuk mu."
"Tidak perlu. Aku akan berburu sore ini." Lalu dia pergi. Seperti yang sudah lalu, selalu seperti itu, menghilang di balik dedaunan benalu.
"Kenapa dia?" Nouri bertanya.
Hanya dibalas gelengan oleh Lorien, "Dia tidak mau tidur di istana. Kita sudah hampir sampai jadi dia bisa pergi dan berburu sore nanti."
Maka ketiganya melanjutkan perjalanan, membuat Nouri kembali teringat dengan pertanyaannya. "Bagaimana tadi?" Ia menoleh pada Ambrose.
"Aku telah mengirimkan mereka surat lewat merpati."
Lorien menatap Ambrose dari samping Nouri, membuat yang di tengah memundurkan sedikit kepalanya akibat risih dengan jarak yang terlalu dekat. "Bukannya kau seekor gagak? Kenapa tidak kirimkan sendiri?" Lorien berkomentar, walu lebih terdengar seperti sebuah pertanyaan.
Nouri kira Lorien akan memundurkan kepalanya setelah bertanya, ternyata dugaannya salah. Akhirnya dia letakkan telunjuknya ke dahi Lorien dan mendorongnya mundur.
"Hei!" Lorien tidak terima.
"Menurut mu saja, Lorien." Ambrose memutuskan untuk menjawab pertanyaan Lorien daripada mendengarkan para pemimpin itu bertengkar. "Kalau aku pergi, apakah menurutmu kalian akan selamat di pasar Nightfall saat dikejar orang-orang berjubah hitam itu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
High Fae
FanfictionNightfall, sebuah wilayah yang dipimpin oleh Nouri, The Dark Lord, didatangi seorang tamu bernama Lorien yang merupakan penguasa Dawnshade. Semua orang tahu bahwa Nightfall dan Dawnshade adalah dua wilayah yang bertolak belakang dan tidak pernah aku...