Daylight

138 18 0
                                    

Saat itu tengah malam. Seharusnya, jika saat mereka melewati jembatan itu pada pagi atau siang hari, alam sekitar akan terasa seperti bermain dengan waktu. Kegelapan tiba-tiba berubah menjadi siang. Namun sayangnya mereka tidak melihat keajaiban itu malam ini.

Kira-kira sudah setengah jam lamanya mereka berjalan melewati jembatan penyambung Nightfall dengan Daylight. Saat ini mereka tengah berjalan di tengah hutan di daerah kekuasaan milik Aweena, teman Lorien.

Nouri tidak dapat membohongi dirinya sendiri, dia memang merasakan lelah pada tubuhnya. Efek dari Obsidian sangat amat mengganggu seluruh fisiologis tubuh Nouri. Sudah begitu lama dia tidak merasakan kelemahan seperti ini. Namun tetap saja dia tidak menunjukkan reaksi apapun. Dia masih terus berusaha terlihat baik-baik saja.

"Kau tahu Ambrose berada di mana?" Lorien berucap di tengah keheningan yang sepertinya mengganggunya. Tipikal Lorien, tidak akan tahan dengan diamnya Nouri.

Nouri mengangkat bahunya untuk menjawab, "Aku yakin dia terbang tidak jauh dari sini, memperhatikan jalanan sekitar dan akan kembali mendekat jika Ambrose merasakan adanya bahaya." Nouri tahu ini hanya basa-basi tapi tetap saja dia membalas, "Kalau Eiden?"

"Tidak tahu." Kata Lorien jujur. "Dia sering seperti ini. Pergi, lalu akan kembali kepadaku dengan sendirinya. Dia selalu bisa menemukan ku, bagaimanapun caranya."

Nouri mengangguk-angguk, sebelum dengan tiba-tiba rasanya kakinya kehilangan kekuatan.

Hampir saja dia terjatuh jika Lorien tidak sigap menangkapnya. "Nouri, kau lelah." Lorien mencoba mengangkat tubuh yang berada di dekapannya untuk kembali tegak.

Helaan napas terdengar sangat lelah keluar dari mulut Nouri, lalu ia mengangguk. Menyerah.

"Di sini seharusnya aman. Kita bisa istirahat." Lorien melihat ke sekitar, mencari seduatu sebelum menemukan sebuah pohon rindang yang dapat mereka gunakan dahannya untuk bersandar.

Ia papah tubuh lemah Nouri ke arah pohon besar itu lalu duduk bersama-sama, bersisian. "Nouri, cepatlah tidur." Ucap Lorien khawatir.

Nouri hanya membalas dengan dehaman, punggungnya sudah sepenuhnya bersandar pada pohon besar itu.

Tepat sebelum Nouri memejamkan mata, dia mendengar suara Lorien lagi. "Rebah lah."

Tanpa menoleh ke samping, Nouri bertanya, "Di mana?" Tentu dia bingung. Tidak ada alas, daun, atau apapun untuk melindungi tubuhnya dari tanah hutan. Di mana dia harus berbaring?

"Di sini." Lorien menepuk pahanya, membuat Nouri menatap Lorien aneh. Lorien hanya membalas dengan mengangguk yakin. "Tidak apa-apa. Perjalanan kita masih panjang." Lorien lagi-lagi meyakinkan, dan alasannya lumayan masuk akal. Nouri memang membutuhkan istirahat yang layak.

Pada akhirnya Nouri merebahkan tubuhnya dengan paha Lorien sebagai bantal. Dia menatap ke langit yang sedikit tertutup dahan dan dedaunan. Langit malam Daylight tentu saja tidak seindah Nightfall, namun taburan bintang itu tetap bisa membuat Nouri merasakan sedikit ketenangan.

Hampir sama seperti di rumah.

"Lorien." Panggilnya lagi, sebelum keduanya tertidur. "Menurut mu apakah Eiden dan Ambrose saling mengenal?"

Lorien tidak langsung menjawab, dia memikirkan jawaban yang tepat. "Dilihat dari rekasi mereka di hutan Nightfall saat itu, sepertinya mereka tidak dalam kondisi yang bersahabat."

Nouri menghela napasnya, "Aku kira kau tahu."

Lorien menggeleng. "Aku bahkan tidak tahu bahwa mereka mengenal satu sama lain sebelum ini."

Sebuah anggukan dirasakan oleh Lorien di pahanya, "Aku penasaran."

"Aku juga. Tapi lebih baik kita biarkan mereka menceritakannya sendiri, jangan dipaksakan."

High FaeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang