"Ambrose, mendekatlah." Nouri dari singgasananya bertitah, dengan kaki yang disilangkan, kedua tangan bertengger di masing-masing sandaran lengan kursi besar itu. Angkuh.
"Iya, tuan?" Ucap sang kaki tangan ketika telah berada tepat di anak tangga terakhir yang mengarahkan kepada singgasana Nouri, The Dark Lord.
"Sebentar lagi kita akan memiliki tamu." Nouri menatap ke jendela besar yang berada di sisi ruangan. Dalam beberapa hari, matahari akan muncul, menggantikan bulan yang telah berada di atas langit Nightfall selama tiga bulan lamanya. Singgah walau hanya dalam waktu sekejap.
"Matahari, tuan?" Ambrose yang tidak mengerti maksud Nouri malah menanyakan hal yang menurut Nouri amat sangat bodoh, membuatnya tertawa terbahak-bahak.
"Benar, Sang Matahari." Ucapnya di sela tawanya sembari menghapus air mata yang muncul di ujung mata kirinya dramatis. "Lebih tepatnya, The Light Lord."
Ambrose membeku mendengarnya. "Tuan... Lorien?"
"Jangan memanggilnya seperti itu. Dia bukanlah Tuan mu. Hanya aku yang boleh kau panggil begitu."
"Maaf, Tuan." Ambrose menunduk sedikit. "Tuan, menurut saya ini akan menjadi malapetaka."
"Untuknya? Benar." Nouri mengangguk. "Aku akan memberikan neraka kepadanya."
Padahal, bukan itu yang Ambrose maksud. Pria berkulit pucat dengan mata sayu itu menatap Tuannya khawatir.
"Jangan menatap ku seperti itu. Kau bukanlah ayahku."
Nouri memang telah berumur ratusan tahun. Mungkin enam ratus? Nouri sendiri juga tidak yakin. Dia berhenti menghitung setelah ulang tahunnya yang ke 248.
Namun pria yang berada di hadapannya jauh lebih tua darinya. Pria itu telah setia menjadi penasihat dan kaki tangan penguasa Nightfall selama tiga generasi. Bahkan Nouri sendiri tidak tahu pria itu sudah hidup berapa lama.
Namun jangan tanyakan bagaimana rupanya. Dia tampan, bahkan Nouri si sombong itu mengakuinya. Wajahnya penuh akan kebijaksanaan. Rambutnya hitam legam. Tentu saja, beliau adalah salah satu golongan High Fae yang memiliki umur jauh lebih panjang dari Lesser Fae biasa. Begitu pula dengan Nouri.
Entahlah, Nouri sendiri tidak tahu apakah ini adalah sebuah anugerah atau kutukan. Tapi setidaknya dalam waktu tertentu Nouri menikmati kehidupan panjangnya.
Seperti saat ini, contohnya. "Aku ingin bermain."
"Tuan." Ambrose memperingatkan.
"Tidak akan berbahaya. Aku yakin dia tidak semudah itu untuk mati." Nouri mengayunkan tangannya, tampak sangat sepele, mari kita dengarkan apa rencananya.
"Baiklah, apa yang harus saya lakukan, Tuan?"
"Tunjukkan keramah tamahan terbaik kita ketika ia datang. Ini adalah tamu spesial! Siapkan cahaya yang banyak di kamar tidurnya, jangan ada yang bisa dipadamkan sendiri olehnya sehingga dia tidak bisa tertidur barang sedetik pun. Siapkan air dingin untuk dia membasuh diri. Jangan sampai ada yang panas, sampai dia menggigil dan membeku. Lalu...," Nouri mengetukkan jarinya pada sandaran lengan. "Perintahkan para serangga kecil untuk sering mengunjungi kamarnya, mungkin dia ingin beberapa teman untuk mendampingi." Senyumnya licik, namun Ambrose malah tampak bingung.
"Tuan, tapi-"
"Aku belum selesai bicara!" Potongnya tiba-tiba. Suaranya sedikit menggema akibat terlampau besar. "Untuk makanan, apa kau memiliki saran, Ambrose?"
"Makanan kita yang biasa sepertinya sudah cukup menyi-"
"Kau gila?" Ucap Nouri jengah. Lagi-lagi Nouri tidak ingin mendengarkan. "Kita akan menyambut dia dengan tangan hangat. Kenapa harus menyajikan santapan yang biasa? Berikan dia daging paling mahal! Sepertinya aku masih memiliki belas kasih dalam diriku. Untuk ini aku akan membiarkannya memakan makanan enak. Setidaknya untuk hari pertama. Tidak yakin dengan keesokan harinya."
"Tuan, semua rencana anda itu-"
"Tidak ada bantahan. Aku yakin dia akan baik-baik saja. Ini hanyalah sebuah permainan kecil. Sekarang, laksanakan tugasmu, Ambrose."
Ambrose menghela napasnya, lalu menunduk. "Baik, Tuan. Saya pamit terlebih dahulu."
Nouri tertawa senang di dalam hati. Matahari sebentar lagi akan muncul, begitu pula dengan permainan barunya. Beberapa hari kedepan pasti akan sangat menyenangkan.
—
"Tuan Lorien. Makan malam telah disiapkan." Cassian, orang terpercaya Lorien berucap dari luar tendanya.
"Sebentar." Ucapnya tanpa menaikkan suara. Lorien yakin Cassian dapat mendengarnya.
Penguasa Dawnshade itu bangkit dari baringnya di atas tempat tidur empuk tenda mewah miliknya. Mau seempuk apapun matras itu, menurutnya tetap tidak senyaman miliknya di istana. Dia ingin sekali mengeluh, namun kemana letak wibawanya pergi nanti? Menjaga marwah adalah perihal nomor satu bagi Lorien.
Mereka telah memasuki kawasan Nightfall. Lorien belum mendapatkan cahaya matahari selama seharian penuh, rasanya energinya menghilang. Persetan dengan rencana Cassian untuk menggulingkan tahta Nouri, dia hanya ingin pulang.
Lorien berjalan ke hadapan cermin. "Tidak. Kau harus bertanya kepadanya mengenai hal penting, Lorien." Ucapnya menyadarkan diri sendiri. Ditatapnya rupanya di cermin itu. Rambutnya tampak lebih gelap tanpa terpaan sinat matahari yang biasa menyinari. Dia kira rambut dia berwarna cokelat muda, ternyata di kegelapan Nightfall, rambutnya hampir terlihat seperti berwarna hitam.
Lorien kembali memikirkan tujuannya datang ke wilayah gelap itu. Selain mengikuti rencana Cassian —yang memang ia setujui dan sedikit mengantisipasi bagaimana hasilnya nanti— Lorien memiliki rencana lain dalam benaknya.
Belakangan ini angka kriminal di Dawnshade meningkat drastis. Selama ini dia berkuasa di bawah kebahagiaan, tidak ada yang namanya hukuman di Dawnshade. Setelah beribu tahun hidup di bawah pemerintahan yang menurut Lorien lembek itu, ia ingin perubahan. Namun otaknya kurang kreatif untuk menciptakan hukuman yang pantas untuk banyaknya kejahatan yang dapat dilakukan orang-orang. Maka yang tepat untuk memberikannya nasihat hanyalah satu, The Dark Lord.
Pria itu memiliki seribu satu cara untuk menyiksa penjahat. Walau sejujurnya Lorien tidak tahu dia menyiksa hanya penjahat atau tidak.
Namun dia tidak ambil pusing. Dia hanya ingin melihat beberapa cara kreatif Nouri untuk menghukum rakyatnya yang bersalah, lalu kembali ke paparan sinar matahari lembut Dawnshade. Dia merindukan rumahnya.
Lorien memberikan tanda bahwa dia telah siap. Para pelayan masuk untuk menyajikan makanan mewah dan melimpah yang telah dibawa dari Dawnshade. Namun tidak satupun di atas piring itu terlihat keberadaan daging.
Jika ditanyakan mengapa, tentu bukan karena kurangnya bahan, bukan pula karena tidak adanya uang. Namun Lorien tidak memakan daging hewan manapun.
Lorien tidak tega.
Bukan karena hatinya terlalu lembut. Namun karena para hewan itu adalah temannya.
Benar, Lorien dapat berbicara dengan hewan manapun. Dia merasa telah berkhianat jika dia menyantap para hewan itu.
Di hadapan piringnya dia menghela napas. Dia ingin segalanya lebih cepat usai. Cepat sampai ke Nightfall, bertemu dengan Nouri, dan kembali pulang.
Apakah itu terlalu sulit untuk dikabulkan?
—tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
High Fae
FanficNightfall, sebuah wilayah yang dipimpin oleh Nouri, The Dark Lord, didatangi seorang tamu bernama Lorien yang merupakan penguasa Dawnshade. Semua orang tahu bahwa Nightfall dan Dawnshade adalah dua wilayah yang bertolak belakang dan tidak pernah aku...