"Penggal kepalanya." Nouri, penguasa teritori bernama Nightfall berucap dengan dingin, dengan seringai terpatri di wajahnya. Seketika para serdadu dengan seragam gelap bergerak serempak dari kedua sisi ruangan menuju orang yang tengah duduk bersimpuh, menangis meminta ampun di hadapannya.
"Tuan! Tuan maafkan saya. Maafkan saya Tuan, saya masih memiliki keluarga untuk dinafkahi. Tuan saya mohon!" Suara teriakan dan raungan pria malang itu semakin mengecil ketika tubuhnya diseret menjauh, masuk ke ruang bawah tanah.
"Tuan..." Ambrose, orang terpercaya Nouri yang selalu berada di sisinya, memanggil namanya.
Nouri tahu bahwa Ambrose adalah seorang pengampun. Dia tidak tega, terutama ketika pria tadi mengatakan bahwa dia memiliki keluarga untuk dihidupi. "Semua yang berbuat salah harus diberikan pelajaran, Ambrose. Keraskan hatimu. Kau terlalu lemah." Nouri bangkit dari duduknya di atas singgasana dan menyibak kain yang menjuntai dari bahunya hingga hampir menyeret ke lantai, jubah yang selalu ia kenakan. "Pulang lah, hari ini telah usai."
Nouri keluar dari ruangan itu dengan langkah kaki menggema. Di sepanjang lorong istana dia menikmati keheningan. Masih merupakan keheningan yang sama dengan beratus-ratus tahun yang lalu.
Mata tajamnya melihat ke jendela yang terbuka, menampilkan rembulan dan langit yang indah dihiasi kerlap-kerlip bintang. Bukan menandakan waktu telah berganti menjadi malam hari, tidak.
Waktu Nightfall didominasi dengan gelapnya malam, tidak ditemani oleh pancaran cahaya matahari sama sekali. Sang dewa api hanya muncul menghangatkan Nightfall sebanyak sekali dalam tiga bulan, selama lima jam. Menjelaskan paras Nouri dan seluruh warga Nightfall yang berkulit putih pucat, kurus, bertulang pipi tinggi.
Oh, ada satu hal yang sangat mencolok dari pemimpin Nightfall itu. Bahwa rambutnya berwarna silver. Sedikit berkilau di bawah cahaya rembulan. Indah. Sangat kontras dengan paras wajahnya yang tampak muram, gelap.
"Tuan! Tuan Nouri, Yang Mulia!" Nouri mendengar namanya dipanggil oleh suara familiar.
Keheningannya terganggu. Jika saja itu bukan Ambrose, Nouri tak akan ragu menancapkan belati yang selalu berada di sisi tubuhnya ke tenggorokan itu. "Apa?"
Ambrose merinding mendengar suara datar yang dikeluarkan Nouri. "Tuan, saya baru menerima sebuah hadiah dari Dawnshade."
Satu alis mata Nouri terangkat, menunjukkan ketertarikan dalam topik baru yang ia dengar. "Dawnshade? Lorien?"
"Benar Tuan, apakah lebih baik saya buka terlebih dahulu? Saya khawatir isi kotak ini adalah jebakan."
Nouri tertawa. "Tidak. Biarkan aku yang membukanya. Kita lihat permainan apa yang ingin Dawnshade mainkan."
Nouri mengambil kotak berukiran indah itu. Sebuah tempat perhiasan yang sulit ditemukan, dapat dipastikan harganya tidak murah. Dari tempatnya saja sudah terlalu berlebihan, bagaimana dengan isinya?
Ambrose melihat Nouri begitu tertarik dengan barang yang baru ia terima, membuatnya sadar dan kembali pamit mengundurkan diri. Nouri membuka kotaknya sembari berjalan. Melihat sebuah kalung bermata gelap di sana. Cukup indah dan cocok untuk digunakan. "Seleranya boleh juga." Gumamnya.
Lalu ia melihat sebuah surat di bawahnya. Sembari berjalan kembali ke biliknya, ia membaca surat itu.
Kepada: The Dark Lord. Nouri Kevyrn
Saya mengirimkan anda sebuah hadiah, sebagai bentuk perdamaian sesaat, karena saya memiliki sebuah keperluan dengan anda. Semoga dengan adanya hadiah ini, anda akan menerima kedatangan ku di Nightfall dengan baik beberapa hari setelah hadiah ini sampai.
Dari: Lorien Denzel, Dawnshade
Sebuah berita baik. Nouri memiliki mainan baru.
Sungguh, Nouri tahu bahwa ada sebuah ramalan dari tetua yang mengatakan bahwa dua teritori yang tak pernah akur itu suatu hari nanti akan bersatu, mendapatkan perdamaian di antara mereka. Namun Nouri cukup yakin bahwa masa itu tidak akan datang dengan cepat.
Dia suka bermain-main. Dia tidak akan membiarkan Lorien datang sesuka hatinya, tentu saja. Mengapa dia dijuluki sebagai The Dark Lord. Tentu ada sebabnya. Dan mungkin sebentar lagi penguasa Dawnshade itu akan merasakan kelicikan dari Nouri.
Selama Nouri menunggu kedatangan Lorien, maka Nouri akan menjalani harinya seperti biasa.
Dia sampai pada kamarnya, langsung berjalan ke balkon, diterpa oleh semilir angin yang cukup menusuk kulit. Ia keluarkan sebuah alat musik tiup yang menyangkut di tempat khusus yang terlingkar di pinggangnya.
Nouri pejamkan mata, mulutnya ia dekatkan ke lubang tiup alat musik itu, kedua tangannya sudah berada di ujung satunya lagi, tiap jemarinya sudah tahu hendak menekan not yang mana.
Ketika dia rasa sudah siap, maka ia memulai lagunya.
Sebuah tanda, bahwa hari telah usai. Sebuah tanda bahwa sudah saatnya bagi rakyat Nightfall untuk beristirahat dan menunggu esok hari untuk kembali beraktivitas.
Begitulah alunan musik yang dimainkan Nouri setiap hari, menandakan bahwa hari telah sampai pada penghujung, setidaknya itu yang diketahui oleh rakyatnya.
Namun bagi Nouri, bunyi itu hanyalah sebuah lagu kesepian, yang ia lantunkan setiap harinya.
—tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
High Fae
FanfictionNightfall, sebuah wilayah yang dipimpin oleh Nouri, The Dark Lord, didatangi seorang tamu bernama Lorien yang merupakan penguasa Dawnshade. Semua orang tahu bahwa Nightfall dan Dawnshade adalah dua wilayah yang bertolak belakang dan tidak pernah aku...