Nouri sedang duduk di singgasananya. Masih singgasana yang sama, dengan seluruh hiasan mawar berdurinya di puncak sandaran kursi. Singgasana yang menjadi satu-satunya benda yang disinari rembulan di dalam ruangan gelap nan kelam itu.
Di sana hening. Dia sendirian. Tangan kanannya meraih ke arah leher, mengambil liontin yang tersembunyi di balik kerah bajunya. Liontin bermata ungu hampir kemerahan yang gelap.
Sebuah hadiah, dari Lorien.
Gerakan itu tidak disengaja. Nouri sedang sibuk berpikir tentang hal yang lain. Jari-jari tangan kanannya memainkan liontin itu, meraba permukaannya yang halus namun memiliki sudut, sesekali memutarnya, dengan rentetan pikiran yang tak henti membabi buta benaknya.
Pasalnya, Nouri mendengarkan satu suara yang kecil, konstan, dan..., menenangkan, setiap dia berada di dekat Lorien. Namun suara itu hanya terdengar ketika mereka berdua, hanya ketika berada di ruangan yang hening dan meskipun begitu, suara itu terdengar sangat halus dan hampir tidak ada. Nouri baru mendengarnya beberapa hari belakangan ini sehingga sampai saat ini ia sendiri tidak yakin suara apa yang dia dengar.
Dia hanya berasumsi bahwa suara itu datang dari Lorien, karena kebetulan dia hanya mendengar suara itu ketika dia bersama Lorien seorang. Namun bisa saja dugaannya salah.
Tapi suara apa?
Nouri memiliki sebuah tebakan, namun dia tidak ingin mengakuinya. Tidak mungkin hal itu, menurutnya.
Belum sempat Nouri mengalihkan pikirannya, dia mendengar suara pintu terbuka. Dengan sigap ia masukkan kembali liontin itu ke dalam kerah bajunya dan menyamankan duduknya, kembali bersandar pada kursi megah itu.
Sebuah kepala dengan rambut cokelat gelap hampir kehitaman menyembul masuk. "Nouri." Lorien berbicara dengan suara sekecil mungkin, hampir berbisik.
"Masuklah."
Lorien membuka pintunya lebih lebar dan berjalan masuk ke ruangan. Suara langkahnya menggema akibat minimnya barang dan raga di ruangan itu. Hanya mereka berdua, dan sebuah sinar cahaya rembulan. Hening sekali.
"Tidak ada eksekusi?" Lorien bertanya.
Nouri menjawab dengan sebuah gelengan, "Baru saja selesai."
Setelah itu suara kembali menghilang. Tidak ada yang berbicara, hanya kedua pasang mata yang menatap.
Lorien melihat sedikit ke atas dari posisi berdirinya, selalu mengagumi paras Nouri di bawah rembulan Nightfall yang sepertinya paling mencitai The Dark Lord di seluruh dunia ini. Sedangkan Nouri sedikit menunduk, mencari sinar cahaya dari mata Lorien yang menunjukkan kontras dari gelapnya ruangan, karena pria itu selalu tampak bersinar di mata Nouri, tanpa dirinya sadari.
Rasanya ada sesuatu yang menunggu dikeluarkan dari tenggorokan Lorien, sesuatu yang harus disampaikan, namun dirinya sendiri tidak tahu apa itu. Sesuatu yang tak terucapkan, dirinya tak mampu membuat dirinya memuntahkan kata-kata itu.
Di lain sisi, Nouri fokus akan hal lain.
Matanya menatap lorien, namun telinganya bergerak sedikit ketika mendengarkan bunyi itu, lagi.
Nouri tidak tahu apakah ini akibat ruangan yang terlalu hening atau hal lain, namun hari ini suaranya lebih besar dari biasanya.
'Tidak mungkin.' Ucapnya di dalam hati. Karena baru ia sadari, bahwa tebakannya benar.
Sebuah bunyi konstan yang selalu berada di diri Lorien, terdengar ritmis, teratur.
Degup jantung.

KAMU SEDANG MEMBACA
High Fae
FanfictionNightfall, sebuah wilayah yang dipimpin oleh Nouri, The Dark Lord, didatangi seorang tamu bernama Lorien yang merupakan penguasa Dawnshade. Semua orang tahu bahwa Nightfall dan Dawnshade adalah dua wilayah yang bertolak belakang dan tidak pernah aku...