Border

121 16 0
                                    

Malam itu mereka telah sampai di penghujung hutan. Belum keluar dari Nightfall, karena untuk melewati perbatasan antara Nightfall dan Daylight mereka harus melewati satu jembatan yang terletak di ujung pasar terbesar Nightfall.

Ambrose belum kembali, masih mengarungi langit dan memperhatikan keadaan sekitar, termasuk mengawasi tiga orang yang berjalan di tengah hutan itu.

Ketika suara ramai mulai terdengar, Eiden berhenti, "Kavish, aku akan mencari jalan lain. Jaga dirimu." Tanpa menunggu balasan dari Lorien, Eiden telah lebih dulu pergi, meninggalkan Nouri dan Lorien di tengah keheningan hutan Nightfall di malam hari.

"Kemana dia pergi?" Nouri bertanya, tanpa perlu melihat Lorien ataupun menghentikan langkahnya. Suara daun kering mengikuti langkah mereka akibat terinjak.

"Mencari jalan lain. Tidak mungkin kan dia muncul di tengah pasar Nightfall?"

Nouri mengangguk. Memang benar, tidak mungkin seekor harimau yang merupakan hewan buas dan hewan yang tidak sering berada di Nightfall muncul di tengah kerumunan orang. Pasti Eiden akan membuat keributan di sana.

"Pakai jubahmu." Lorien mengingatkan, karena Nouri telah melepaskan jubahnya di tengah perjalanan tadi. Dia tidak suka, terlalu panas, katanya. Padahal Lorien hampir menggigil di malam Nightfall bahkan ketika ia telah mengenakan jubahnya.

Nouri menyanggupi, sambil berjalan ia mengenakan jubah panjang berwarna hitam yang menutup hampir seluruh tubuhnya, tak lupa menarik tudungnya untuk menutup kepalanya.

"Tunggu." Lorien menarik lengan kiri Nouri, membuat langkah pria itu terhenti dan terputar sedikit untuk menghadap Lorien.

Nouri belum sempat bereaksi ketika Lorien menarik ujung tudungnya untuk semakin turun menutupi dahinya, dan memasukkan beberapa helai rambut bercahaya milik Nouri ke dalam tudungnya. "Rambutmu keluar, rakyatmu akan mengenali mu."

Nouri tertegun.

Lorien tidak menyadari, bagaimana Nouri yang lebih rendah darinya menatap wajahnya yang serius memasukkan helaian rambut itu agar tidak ada yang mencuat keluar.

"Sudah." Suara Lorien menyadarkan Nouri dari fokusnya baik ke wajah Lorien maupun kepada suara detak jantung pria itu yang masih terdengar konstan dan belum juga terbiasa didengar oleh Nouri. Masih terdengar terlalu besar dan mengganggu.

Nouri mengambil satu langkah mundur, lalu memutar tubuhnya kembali ke posisi semula. "Ayo." Nouri berjalan lebih dulu, menarik tudungnya lebih jauh lagi hingga hampir menutupi setengah wajahnya.

Lorien mengikuti langkah Nouri, merasa sedikit tertohok ketika menyadari bahwa Nouri masih membencinya, yang ia simpulkan dari sikap Nouri kepadanya. Namun lagi, memang inilah ganjaran yang harus dia bayar, dan Lorien harus mencari cara untuk memutar balik keadaan. Setidaknya kembali seperti saat itu, di mana mereka menyaksikan Solara bersama-sama. Di mana Lorien merasa bahwa Nouri menganggapnya sebagai teman.

Tidak butuh waktu lama untuk mereka mencapai pasar yang masih diisi oleh banyak orang. Pasar ini tidak pernah mati. Selalu saja ada penjual dan pembeli. Namun saat itu adalah malam hari, penjual sudah berubah, dari yang menjual sayur-mayur dan seluruh bahan yang dibutuhkan untuk sehari-hari, menjadi penjual gelap yang bekerja di bawah radar.

Keduanya berjalan dengan tudung tertutup. Beberapa orang memperhatikan akibat gerak-gerik mereka yang mencurigakan, namun memilih untuk abai.

"Lorien. Ada yang mengikuti kalian."

"Ambrose?" Nouri bertanya. Dia mengenal suara gagak itu.

"Benar. Ambrose bilang ada yang mengikuti kita." Lorien belum berani menatap ke sekitar, keduanya menatap lurus pada tujuan, di tengah kerumunan yang menyesakkan, berjalan dengan langkah biasa, tidak cepat, tidak juga perlahan.

High FaeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang