Nightfall, sebuah wilayah yang dipimpin oleh Nouri, The Dark Lord, didatangi seorang tamu bernama Lorien yang merupakan penguasa Dawnshade. Semua orang tahu bahwa Nightfall dan Dawnshade adalah dua wilayah yang bertolak belakang dan tidak pernah aku...
"Aku ikut!" Lorien terlonjak dari duduknya hingga kursi berat milik meja makan itu terjatuh ke belakang. Suaranya menggema, membuat Nouri meringis mendengarnya.
"Jika kau terus-terusan berisik seperti itu, hidup mu akan berakhir lebih dulu sebelum kursi itu bisa menyentuh lantai." Nouri berucap setelah pengang di telinganya berakhir.
Nightfall selalu diam, selalu hening. Kedatangan Lorien sedikit merubah Nightfall selama satu bulan terakhir. High Fae yang satu itu terlalu bercahaya, terlalu hidup untuk Nightfall yang statis, dan Nouri tidak terbiasa dengan itu.
"Aku berjanji akan diam. Hening!" Lorien mengikuti langkah Nouri keluar dari ruang makan, terus menaiki anak tangga yang ada.
"Dari caramu meminta saja sudah begitu berisik." Nouri terus berjalan dengan langkah lebar, Lorien mengikutinya tanpa kesulitan.
"Aku akan menutup mulut ku." Kali ini Lorien berbisik. Demi meyakinkan Nouri.
Tanpa dirinya sadari, mereka telah dihadapkan oleh pintu besi hitam yang dipenuhi ukiran seperti tanaman mawar yang sangat berduri. Pintu yang sama dengan yang Lorien temui saat ia pertama kali sampai pada lantai tersebut, ketika dia menguping Nouri yang tengah menjatuhkan hukuman dan saat yang sama ketika ia mendengar Ambrose mencemooh nya.
"Boleh, ya?" Lorien meminta lagi, dengan mata yang diusahakan terlihat berbinar, memelas.
Nouri menghela napasnya, "Ya." Ucapnya singkat sembari membuka pintu.
Seketika seekor burung gagak mendekat dan hinggap di pundak Nouri, tepat sebelum pintu itu tertutup.
"Pria yang sangat tidak peka. Jika Tuan Nouri tidak mengizinkan, tak mungkin dia bisa berdiri di lantai ini bersama dengan Tuan sejak awal." Lagi-lagi Ambrose menggerutu.
Ambrose jarang bertemu dengan Lorien dalam wujud ini. Mungkin dia lupa mengenai kelebihan Lorien yang satu itu, bahwa ia dapat mengerti bahasa setiap hewan yang ada. Dan tutur itu berhasil membuat wajah Lorien tampak berubah. Dia berjalan di belakang Nouri namun matanya tertanam pada seekor gagak hitam di pundak Sang Tuan, yang sangat amat menyebalkan baginya itu. Lorien sekuat tenaga menahan diri untuk tidak berbicara dan membalas perkataan Ambrose, mungkin wajahnya sudah me-merah sekarang. Namun dia sudah berjanji, maka dia harus menepati janjinya untuk diam.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Nouri duduk di kursinya penuh dengan keanggunan, cahaya rembulan bersinar tepat di atasnya, seakan hanya ingin menimpa Sang Penguasa Kegelapan itu, tidak sudi menyentuh yang lainnya.
Kakinya dengan perlahan dia silangkan, kaki kanan menimpa paha kirinya. Perlahan tubuhnya mundur, menyamankan diri dengan bersandar dan mengistirahatkan tangan di kedua sisi kursi. Rambutnya mengikuti sesuai dengan pergerakan yang Nouri lakukan, terlihat sangat lembut dan bercahaya. Wajahnya yang tajam dan minim ekspresi terlihat semakin menyeramkan didepan bingkai kursi yang masih satu tema dengan seluruh ruangan ini, mawar yang berduri.