Empat kaki Eiden berlari dengan cepat di tengah hutan yang gelap.
Gelap, artinya mereka telah sampai di wilayah Nightfall.
Lorien duduk di punggung harimau itu, tidak dapat melihat apapun di sekitarnya akibat kegelapan dan kecepatan Eiden yang membuat Lorien sedikit terkejut. Dia tidak tahu Eiden bisa berlari secepat ini, hingga seluruh pohon di sampingnya yang mereka lewati tampak kabur.
Dengan kecepatan itu, mereka sampai di pinggir hutan Nightfall dalam waktu tempuh seharian penuh. Jika Lorien tidak salah menghitung waktu, maka saat ini adalah waktunya Nightfall beristirahat, malam hari.
"Aku berjanji tidak akan pernah naik ke atas punggung mu lagi, sobat." Lorien turun dari punggung Eiden dalam satu gerakan mulus dan menepuk punggung itu meyakinkan.
"Ya, pastikan hal ini tidak akan terjadi lagi." Eiden mendengus, lalu meninggalkan Lorien sendiri, di dekat pintu belakang istana milik Nouri.
Ia gugup.
Kepalanya mendongak untuk mencari pijakan di bebatuan istana, karena kamar Nouri tidak berada di lantai satu. Lorien harus memanjat. Entah dia akan berhasil atau tidak, ia sendiri pun tidak yakin.
Yang berada di benaknya hanyalah rasa takut dan rasa bersalah terhadap seluruh kejadian yang menimpa Nouri. Dia mulai memanjat perlahan, memastikan tidak ada orang yang melihatnya bergelantungan di dinding istana Nightfall.
Pikirannya terus memutar rangkaian kejadian yang kemungkinan akan terjadi ketika ia sampai di kamar Nouri nanti. Namun satu yang terpikirkan paling utama, bahwa Nouri belum bangun dari koma-nya.
Jika benar Nouri masih belum sadar, mungkin Lorien akan memukul dirinya sendiri hingga pingsan. Dia benar-benar merasa bersalah.
Tanpa ia sadari, kakinya telah menginjak balkon lantai di mana kamar Nouri berada. Hanya perlu berjalan sedikit maka ia akan sampai. Maka langkahnya terhenti. Seketika nyalinya ciut. Dia benar-benar tidak berani.
Hampir saja dia memutar tubuhnya untuk kembali turun. Namun ia tahan keinginan itu dan menyeret kakinya sendiri untuk berjalan ke balkon kamar Nouri. Sangat menghindari untuk masuk ke bagian dalam istana karena pasti sudah ada penjaga yang menunggu tepat di depan pintu kamar Nouri. Atau mungkin shadows. Lorien tidak akan mau berhadapan dengan makhluk besar nan mengerikan itu.
Balkon kamar Nouri tidak dilapisi oleh pembatas apapun. Hanya dibingkai dengan pilar dan dinding yang hampir setinggi pinggang, dan dihiasi oleh kain tipis sebagai gorden penutup. Kain itu begitu tipis hingga angin malam Nightfall dengan mudah menerbangkannya sehingga kini kain biru yang hampir transparan itu sedikit berkibar.
Lorien menyibak kainnya, memasuki ruangan dengan perlahan.
Jika dipikir lagi, Lorien merasa dirinya sudah mirip seperti pembunuh bayaran, atau seseorang yang hendak berbuat kejahatan apapun itu kepada Nouri. Sebab, lihat saja keadaannya. Kakinya mengendap masuk, pedang tersampir di pinggulnya, tubuhnya ditutupi oleh jubah yang memiliki tudung.
Namun seluruh pemikiran aneh itu terhenti bersamaan dengan langkah Lorien ketika pada akhirnya ia melihat Nouri. Masih terbaring di atas tempat tidurnya.
Lorien hendak berpikir kemungkinan terbaik. Bahwa mungkin saja Nouri hanya sedang tertidur saat ini, kan? Maka ia dekatkan tubuhnya ke sisi ranjang, lalu mencoba merasakan detak jantung, pulsasi nadi, dan deru napasnya.
Lorien menunduk untuk melakukan itu semua, kepalanya ia dekatkan ke wajah Nouri. Memperhatikan dengan saksama.
Namun sebuah gerakan tiba-tiba mengejutkannya. Pergerakan itu sangat mulus, cepat, dan tepat. Dalam satu detik, Lorien sudah terkunci di dalam dekapan Nouri dengan posisi punggung Lorien menempel pada dada pria itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
High Fae
FanfictionNightfall, sebuah wilayah yang dipimpin oleh Nouri, The Dark Lord, didatangi seorang tamu bernama Lorien yang merupakan penguasa Dawnshade. Semua orang tahu bahwa Nightfall dan Dawnshade adalah dua wilayah yang bertolak belakang dan tidak pernah aku...