Tavern

97 14 0
                                    

Hari masih siang, Nouri masih memakan potongan ikan pertamanya. Beberapa saat yang lalu Lorien mengatakan padanya, "Biarkan aku membantumu membakar ikan yang kedua."

Nouri tidak ambil pusing dan langsung menyerahkan ranting yang di ujungnya telah tertancap ikan terakhir untuk makan siang hari itu. Maka saat ini Nouri sedang diam menikmati ikannya, belum ada memulai perbincangan lagi setelah pembicaraan mengenai Eiden dan Ambrose beberapa saat yang lalu.

Namun di keheningan itu, Nouri tidak dapat menahan keinginannya untuk tidak menjeritkan pertanyaan yang seharusnya tidak ia sampaikan pada Lorien. Benaknya kalah dengan hatinya, "Lorien." Panggilnya singkat, masih menyusun kata-kata agar pertanyaannya tidak terdengar aneh.

Lorien hanya mendeham, fokus dengan ikan yang sedang ia bakar dengan wajahnya yang tampak tidak suka.

Maka Nouri melanjutkan, "Kenapa kau mau bersusah-payah menyelamatkanku? Bukankah lebih baik aku mati agar kau bisa mengambil alih daerah kekuasaanku?" Tatapan Nouri melekat pada api yang seakan hendak meraih ikan di atasnya untuk dilahap.

"Beberapa hal terkadang tidak butuh alasan, kan?" Hanya kaimat itu yang keluar dari mulutnya, walau sebenarnya di dalam hati ada 1001 jawaban untuk memuaskan pertanyaan Nouri. Tapi dia tahu, dia belum boleh menyampaikan semuanya jika tidak ingin membuat Nouri merasa tidak nyaman.

"Tidak juga." Nouri melancarkan argumen. "Aku rasa seluruh hal yang aku lakukan memiliki alasan." Nouri melihat ke samping, ke arah Lorien yang ternyata sedang menatapnya.

Yang ditatap sedikit tertegun ketika menyadari bahwa seluruh cincin abu-abu dalam mata Nouri telah sepenuhnya menghilang. Efek dari ramuan sementara milik Aweena membuat Lorien tidak dapat melihat tanda-tanda dari Obsidian di tubuh Nouri. Hal itu membuat Lorien bingung, entah lega karena dia tidak akan melihat tanda kematian itu, atau panik karena sekarang dia tidak akan tahu kapan cincin itu akan menutupi seluruh mata Nouri menjadi warna kelabu.

Lalu ia gelengkan kepala sedikit untuk kembali sadar pada masa kini, bahwa dia tengah berbincang dengan Nouri. "Begitu kah? Semua yang kau lakukan memiliki alasan?" Lorien tampak tidak percaya ketika dia menaikkan sebelah alisnya.

"Benar." Nouri menjawab dengan anggukan yakin. Kembali memperhatikan Lorien yang telah fokus memasak ikan miliknya lagi, dengan mukanya yang terlihat jijik terhadap ikan yang menurut Nouri lezat itu. Tentu Nouri mendecak melihatnya, "Makan saja buahmu itu. Aku bisa melakukannya sendiri." Ia ambil paksa ranting yang dipegang Lorien dan didorongnya sedikit tubuh besar itu, agar dia duduk lebih dekat dengan perapian.

Aksi Nouri hanya dibalas cibiran oleh Lorien sebelum ia mengambil buah apelnya yang sudah entah keberapa ia makan itu.

Rasanya Nouri dan Lorien telah berjalan lama sekali, namun matahari tak kunjung terbenam. Mungkin akibat dari Obsidian yang belum sepenuhnya hilang, Nouri merasakan sedikit lelah. Peluh membanjiri dahi Nouri, tidak terbiasa dengan hawa panas ini. "Kapan kita akan sampai?"

"Ini sudah malam, sebentar lagi akan ada pemukiman. Kita akan singgah ke sana dan mencari kamar untuk bermalam."

Nouri bingung. Malam? Ia mendongak untuk memastikan, langitnya tidak gelap sama sekali. Atau...

Kekehan terdengar dari mulut Lorien. "Nouri," Panggilnya, mengambil perhatian penuh dari si pemilik rambut hitam, "Selamat datang di Dawnshade." Senyum lebar itu disuguhkan kepada Nouri, dan pada saat itulah Nouri baru melihat perubahan signifikan dari Lorien.

Rambutnya berwarna cokelat, matanya sedikit menjadi lebih terang. Ketika diterpa cahaya, tampak sedikit bercak berkilau pada wajahnya, berkelap-kelip setiap ia bergerak, mengikuti sinar matahari yang memutuskan untuk hinggap di wajahnya.

High FaeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang