Anger

235 29 0
                                    


Lorien pulang, ke istananya, ke tanah yang disinari matahari, ke Dawnshade, penuh dengan perasaan yang berserakan bahkan dirinya sendiri sedikit kewalahan dengan isi hatinya.

Ketika ia turun dari kereta kuda, ia langsung berjalan. Langkahnya lebar. Di benaknya dia hanya ingin sampai pada biliknya sesegera mungkin. Tidak ingin melihat siapapun, bertemu dengan siapapun, apalagi berbincang dengan orang-orang yang tidak penting.

Ia membuka pintu kamarnya dan menemukan Eiden di sana, duduk manis menunggunya pulang. Maka Lorien menutup pintunya perlahan, lalu seketika pertahanannya hancur. Dia berjalan dengan lemah ke arah Eiden dan duduk di atas karpet beludru yang lembut, tepat disebelah harimau besar itu.

 Dia berjalan dengan lemah ke arah Eiden dan duduk di atas karpet beludru yang lembut, tepat disebelah harimau besar itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Eiden mengenal Lorien, dia tahu apa yang dibutuhkan pria itu. Maka dia menggeser sedikit tubuhnya untuk meletakkan kepalanya di pangkuan Lorien, lalu membiarkan Lorien merunduk dan merebahkan kepalanya di atas bulu halus Eiden, sebagai bantal.

Lorien memainkan tangannya di tiap loreng sang harimau, mengikuti jejaknya dalam keheningan. Hanya terdengar deru napas di dalam kamar itu, tidak ada yang mengeluarkan suara tambahan.

Eiden tidak berbicara, namun kehadirannya saja sudah cukup untuk membuat hati Lorien sedikit tenang. Setidaknya untuk beberapa saat saja dia ingin melupakan segala hal yang telah terjadi dan merasakan damai. Karena sungguh, Lorien tidak tahu apa yang dia rasakan sekarang. Rasanya seperti kertas yang berhamburan dan tidak terorganisir, terserak dan beterbangan, mengambang di rongga dadanya yang terasa hampa.

Lorien kalut dengan perasaannya sendiri.

Dia marah, dia sedih, namun dia juga..., khawatir.

Bagaimana keadaan Nouri sekarang? Apakah dia berhasil melawan racun itu? Lorien sangat berharap akan kesehatan Nouri. Tidak ingin apapun terjadi kepadanya.

Lalu rasa khawatir itu perlahan-lahan berubah menjadi rasa kesal.

Cassian.

Hati Lorien mengandung racun yang dinamakan dengan rasa benci, ditujukan kepada pria itu saat ini.

Amarahnya sedang berada di puncak ketika ia mendengar suara ketukan pada pintunya. Baik Louri maupun Eiden seketika mengangkat kepala mereka bersamaan, menatap ke arah pintu berwarna putih dan emas yang masih tertutup. Bukan sebuah saat yang tepat, Eiden hanya bisa berdoa untuk keselamatan siapapun itu yang berada di balik pintu.

"Masuk." Ucap Lorien datar. Terdengar jelas bahwa ia bisa meledak kapan saja.

Lalu pintu itu terbuka, menunjukkan Cassian dengan rambut merahnya, tersenyum kepadanya. "Tuan! Kita berha-"

"Bodoh!" Lorien bangkit dari duduknya dan menghardik Fae yang baru saja memasuki ruangan pribadinya.

Eiden yang menyadari situasi langsung berjalan ke jendela dan pergi dari kamar Lorien. Tidak ingin menyaksikan pertengkaran itu.

"Tuan?" Cassian kebingungan.

"Kau bodoh!" Suaranya besar, lalu tiba-tiba dia berucap dengan penuh penekanan. "Saat yang sangat tepat untuk datang ke kamar ku, Cassian. Kau tahu betapa inginnya aku menancapkan Steelheart ke dada mu saat ini?" Lorien berjalan mendekat, "Jika pedang ku berada di dekat ku sekarang, mungkin kepala mu sudah tidak akan menyatu lagi dengan tubuh mu." Berkali-kali ia dorong telunjuknya bersama setiap penekanan kata yang ia ucapkan. Tatapannya bengis.

Cassian tahu ketika Lorien telah membawa Steelheart dalam ancamannya, tandanya kemarahannya sudah pada tingkat tertinggi.

Steelheart adalah satu-satunya besi yang bisa membunuh High Fae. Benda lain yang menjadi penyebab kematian High Fae selain Obsidian. Dan senjata itu hanya dipegang oleh tujuh penguasa wilayah, yang biasa disebut The Seven, dan Lorien termasuk salah satunya.

Milik Lorien merupakan sebuah pedang. Namun Steelheart miliknya selalu ia simpan dan hampir tidak pernah gunakan untuk apapun. Karena itu Cassian tahu bahwa Steelheart bagi Lorien sangatlah bermakna, dan dia telah diancam untuk merasakan tajamnya benda itu.

"Tuan, saya hanya menjalani tugas saya." Dia berusaha membela diri.

"Itu adalah tugas ku, Cassian. Aku yang seharusnya memasukkan Obsidian itu ke dalam minumannya, aku yang seharusnya membuat keputusan akhir untuk melanjutkan rencana atau tidak. Dari mana kau mendapat perintah untuk melakukannya sendiri!?" Lorien kali ini telah menggenggam kerah baju Cassian, tubuhnya hampir terangkat dari tanah. "Jawab!" Suaranya memekakkan telinga, Cassian memundurkan kepalanya sejauh yang ia bisa untuk menghindar dari Lorien yang tampak sangat menakutkan.

"Maaf, Tuan. Saya kira dengan adanya rencana tambahan akan lebih baik untuk melancarkan misi kita." Cicit Cassian. "Tuan, tapi kita berhasil. Nouri jatuh. Nightfall akan menjadi milik kita sedikit lagi, Tuan. Apakah kau tidak bahagia mendengarnya? Sedikit lagi Tuan akan menjadi pemimpin dua wilayah, bukankah itu hal yang baik?"

Rasanya kepala Lorien hampir pecah. Maka ia dorong Cassian dari genggamannya, membuat pria itu tersungkur ke belakang. "Kau. Keluarlah dari kamar ku sekarang." Ucapannya hampir sedingin es. Nadanya sangat rendah, nyaris berbisik namun entah bagaimana rasanya terdengar jelas di telinga Cassian.

Pria itu berdiri dari jatuhnya dan masih mencoba berbicara, "Tapi Nightfall akan segera menja-"

"Aku bilang keluar!" Cassian mendengar auman Lorien. Sebuah hal yang dinamakan dengan The Wrath, yang hanya dapat dikeluarkan oleh The Seven, sebuah intonasi yang tidak terbantahkan oleh Fae lain dan bersifat mutlak.

Maka Cassian tidak dapat melakukan apapun. Tubuhnya seakan berjalan sendiri mengikuti perintah Lorien. Meninggalkan pria yang masih penuh dengan amarah itu sendirian di dalam kamarnya.

Malam itu Lorien sulit untuk masuk ke tidur yang lelap. Tidak ada suara seruling, matahari terasa sangat membakar setelah tiga bulan tinggal di Nightfall yang dingin dan gelap, cahaya terlalu terang, suhu terlalu panas.

Ketika ia akhirnya bisa tertidur, tiba-tiba ia merasakan sesuatu menggoyangkan tubuhnya.

Lorien yang belum tidur terlalu nyenyak pun langsung tersentak dan siaga. Namun kembali menghela napas lega ketika ia melihat Eiden lah yang berada di sampingnya.

"Kavish, Cassian tengah berencana membunuhmu karena kau sudah berubah. Dia rasa visi kalian sudah tidak sama lagi, maka dia akan menyingkirkan mu."

"Dari mana kau tahu?" Sebuah informasi yang sejujurnya tidak terlalu mengejutkan, namun tetap menyakiti hati Lorien.

Cassian adalah orang terpercayanya sejak dia menjadi penguasa Dawnshade. Dia kira dia bisa mengandalkan pria itu dan saling mendukung dalam segala hal. Ternyata dugaannya salah.

"Aku melihatnya melakukan sesuatu yang mencurigakan tadi. Bertransaksi dengan orang bertudung hitam. Memberikan banyak kepingan emas untuk melakukan entah apa. Yang pasti dia tidak bisa dipercaya."

Lorien mengusap wajahnya gusar. Di sana lah titik terang ia dapatkan. Cassian bukan ingin mendukung Lorien untuk menggulingkan Nouri, tetapi Cassian menggunakan Lorien untuk menyingkirkan Nouri.

Dan giliran selanjutnya adalah Lorien sendiri sendiri lah yang akan ia gulingkan.

Rasa percayanya kepada pria itu telah sirna. Lorien tidak akan pernah bersekongkol dengan pria itu lagi. Lorien lah pemimpin yang sebenarnya, dan dia akan menunjukkan itu kepada semua orang.

Akan ia pastikan Cassian mendapatkan ganjaran yang sepadan.

"Eiden." Harimau itu menatapnya lekat, menunggu perintah apapun yang akan dia keluarkan. "Bawa aku ke Nightfall sekarang juga."

—tbc

High FaeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang