Prolog Dhia

91 6 2
                                    

2022

Alunan semilir belantara menampar pipi Dhia. Dia yang begitu asyik menikmati deruan sungai sedikit terkejut. Fikirannya yang tadi menerawang bebas, seperti bebasnya burung yang sedang berkicauan di belantara kini kembali ke alam nyata. Penat bersila di atas batu, dia menjulurkan kakinya sebelum direndam dalam air yang mengalir deras. 

Sungguh nyaman, senyaman hatinya saat ini.

'Dah 2 tahun aku tidak dapat menikmati angin luar macam ni. Terima kasih Ya Allah.'

Dhia menghirup udara segar sedalam-dalamnya. Dadanya kembang. Dia menutup matanya dan membiarkan terik mentari pagi membakar kulit wajahnya yang sedia ada gelap akibat rawatan yang diterima selama ini.

 Dia pasrah tanda kesyukuran.

Secalit Ungu Dilangit SenjaWhere stories live. Discover now