CHAPTER 5

117 47 7
                                    

Pintu rumah terbuka. Aku mengedarkan pandangan melihat keadaan di dalam yang nampak berbeda dari biasanya. Rumahku terasa hening, sampai yang kudengar hanya dengungan kesunyian. Aku berteriak memanggil ibu dan ayah, namun tak ada yang menanggapi. Aku mengernyit. Bertanya-tanya, kemana semua orang?

Setelah itu, aku mengangkat kedua bahuku. Berpikir mungkin mereka sedang bepergian ke rumah kerabatnya.

Aku berjalan menuju kamarku yang tak jauh dari pintu utama. Aku menyimpan tas yang ku gendong di atas kursi belajar. Lalu aku mendudukkan diri di atas tempat tidurku. Aku kembali melihat ke arah pintu dengan kebingungan. Telingaku rasanya masih berdengung mendengar keheningan.

"Kemana semua orang?"

Tiba-tiba, suara ponsel berdering sampai mengejutkanku. Aku bangkit dari ranjangku dan meraih ponsel milikku yang masih ku simpan di dalam tas sekolah.

"Kak Kenta."

Aku langsung mengangkat panggilan suara yang diberikan oleh kakakku yaitu Kenta.

"Hallo kak."

"Lou. Kamu dimana?"

"Aku baru tiba di rumah kak, kenapa? kakak di mana? Kenapa rumah sepi?"

"Cepat ke rumah sakit!"

"Rumah sakit? Siapa yang sakit kak?"

"Ibu, Lou. Cepat ke mari! Kakak sharelock sekarang."

"Oke kak."

Wajahku yang seketika dilanda tegang, langsung pergi dari kamar. Tak peduli dengan seragam kusut dan bau yang masih terpakai  di tubuhku. Aku harus segera menemui ibuku ke rumah sakit.

✴️✴️✴️

Kakiku melaju cepat di koridor rumah sakit. Nafasku terengah-engah tak beraturan. Detak jantungku berpacu lebih kencang dari biasanya. Keringat dingin pun terus bercucuran membasahi pelipis wajahku. Perasaan tak enak terus bermunculan dalam hatiku.

Dari kejauhan aku melihat kak Kenta berdiri dari kursi tunggu. Aku melihat wajahnya yang panik seperti wajahku saat ini. Kenta langsung memelukku ketika sudah tiba di sana. Tak tahu maksudnya apa, namun aku harap ibuku tidak kenapa-napa.

Kak Kenta melepaskan pelukannya. Dia memegang kedua pundakku dengan wajah yang sudah bercucuran air mata. Itu berhasil membuat rasa ketakutanku bertambah.

"Bagaimana keadaan ibu, kak?" Aku bertanya.

"Kakak belum tahu, Lou. Dokter masih memeriksa keadaan ibu di dalam," ucap kak Kenta. "Kita tunggu sembari do'akan ibu agar dia baik-baik saja."

Aku hanya mengangguk, lalu duduk di kursi tunggu. Yang aku heran 'kan adalah, aku tak melihat wajah ayahku di sana. Kemana dia? Kenapa dia tak ada di sini?

"Apa yang terjadi?" Aku bertanya kembali, masih dalam perasaan yang sama.

"Kakak menemukan ibu sudah tergeletak di lantai saat kakak pulang dari sekolah." Mataku terbelalak mendengar itu.

"Lalu ayah di mana?"

"Kakak pun tidak tahu, dia tidak ada."

Selang beberapa detik kemudian, pintu ruang pemeriksaan ibuku terbuka, lalu menampakkan sosok dokter lelaki di balik pintu itu. Dengan gesit aku dan kak Kenta langsung berdiri dan menghampiri dokter tersebut.

Cinta Pertama Louisa [PROSES TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang