CHAPTER 11

80 30 4
                                    

Makan malam dihari itu telah selesai. Louisa melihat ibunya yang tengah sibuk membereskan piring-piring kotor. Perasaannya tak salah, kalau sang ibu kini memang sedang menyembunyikan sesuatu. Sesuatu yang tak boleh diketahui oleh anak-anaknya. Lalu Louisa menoleh ke arah Kenta di sebelahnya. Jari telunjuknya melayang dan berhenti di permukaan kulit tangan Kenta.

Kenta yang tengah memainkan ponselnya sontak menoleh. Dia mengangkat dagu dan alisnya secara bersamaan kepada Louisa.

Louisa mendekatkan mulutnya ke telinga Kenta, dan Kenta yang peka pun langsung mendorong telinganya mengarah sang adik.

"Kak, aku rasa ibu lagi ada masalah deh, dia pasti lagi menyembunyikan sesuatu dari kita berdua." Louisa berbisik di telinga Kenta.

Lelaki itu langsung menjauhkan diri dari Louisa dengan wajah bertanya-tanya. Sekian detik, dia langsung menoleh ke Melissa dan memperhatikan gerak-gerik yang sedang dibuatnya. Tapi rasanya, tidak ada yang aneh. Wajahnya nampak tenang seperti biasanya. Kemudian Kenta menoleh kembali kepada Louisa, dia mengangkat kedua bahunya seraya mengernyit.

"Ibu tampak baik-baik saja kok," ujar Kenta.

Melissa yang tentu mendengar itu langsung melirik kedua anaknya. Dia mengangkat kedua ujung sudut bibirnya, lalu membenarkan posisi tubuhnya, "Kenta, Ada apa?"

Louisa menepuk jidat. Tingkah Kakaknya itu memang sangat menyebalkan.

"Tidak Bu," ujar Kenta tersenyum.

"Oh iya Louisa, lusa kan ulang tahun Claire, apakah kamu sudah menyiapkan sesuatu untuk Claire. Pasti dong kamu gak bakalan melewati hari penting sahabat kamu," kata Melissa yang langsung kembali merapihkan meja makan.

"Oh iya ... Lusa 'kan tanggal 27 ya? Haduh hampir saja aku melupakan ulang tahun Claire," ucap Kenta yang merasa di peringatkan. "Kakak ikut ya! Claire juga udah kakak anggap adik sendiri, Lou."

Louisa termangu. Wajahnya bingung, dan hatinya mulai cemas. Perempuan itu tidak tahu harus menjawab apa. Jika berkata soal nonton konser dengan Raynald pun rasanya itu tidak mungkin terjadi. Louisa harus tetap merahasiakan soal ini. Dirinya tidak ingin dilarang. Dirinya tidak ingin diomeli. Louisa hanya ingin melakukan apa yang diinginkan bersama sang pujaan hati. Raynald.

"Maaf banget kak, tapi untuk tahun ini, Claire kepengen rayain berdua aja sama aku. Jadi Kakak gak boleh ikut." Louisa berucap dengan tenang, dia sepertinya sudah mulai jago berbohong.

"Loh, kenapa gitu? Gak asik dong." Kenta bertanya.

"Ya emang kayak gitu kak," ucap Louisa.

"Kamu gak bohong 'kan?" tanya Kenta.

"Ngapain aku bohong kak. Bohong itu tidak baik tau! Tapi Kakak tenang aja ko, nanti aku bakal salamin Kakak ke Claire," kata Louisa. "Yaudah kalau begitu aku mau tidur, biar besok gak kesiangan ke rumah Claire-nya."

Louisa pergi. Kepergian dirinya langsung menimbulkan perasaan tak tenang, cemas, dan takut di wajahnya. Ini seperti bukan dirinya. Louisa selalu takut untuk berbohong, terutama kepada Kakaknya dan Claire. Louisa selalu menomor satukan mereka, tapi untuk sekarang, mereka tidak tahu berada di nomor berapa.

✴️✴️✴️

Satu tangan melayang, dan mendarat di atas jam alarm yang sedang berdering kencang. Waktu sudah menunjukkan pukul 07.00 pagi. Louisa langsung bangkit dari tidurnya, dia meluap dan merenggangkan otot-ototnya. Kedua kakinya ia turunkan hingga menapak di atas keramik yang masih dingin. Walau masih dalam keadaan kantuk, dia harus tetap memaksakan diri untuk pergi mandi.

Setengah jam kemudian, wajah perempuan itu sudah berhadapan dengan cermin besar. Beberapa kali dia menepuk-nepuk wajahnya dengan lembut menggunakan cushion. Tak lupa juga usapan tipis-tipis dari blush on. Untuk sentuhan yang terakhir, dia pun mengoleskan lipstik berwarna merah segar, lalu merapikannya. Serasa sudah siap dan cantik, perempuan itu tersenyum melihat wajahnya di cermin.

"Sudah siap dan cantik."

Louisa mengambil tas selempang yang tergantung di kamarnya. Dia mengaitkan tas tersebut di pundaknya, lalu berjalan keluar.

Satu per satu anak tangga ia turuni untuk sampai ke lantai satu. Dia berteriak untuk pamit kepada sang Kakak dan juga Ibunya. Tak mendengar balasan dari keduanya, dia terus saja melaju mengarah pintu keluar. Louisa tidak mengkhawatirkan itu, karena dia tau bahwa dirinya dianggap pergi ke rumah Claire. Meskipun kenyataannya bukan seperti itu.

Dari kejauhan, matanya melihat satu mobil berwarna putih mengkilap tengah terparkir. Senyumannya langsung merekah saat itu juga. Dia mempercepat langkah kakinya, menyebabkan uraian rambut indahnya itu tersibak embusan angin halus. Sebelumnya, dia memang sudah memperingati Raynald untuk tidak menjemput dirinya tepat di depan rumah. Dia tidak ingin hal yang tidak inginkan terjadi. Jadi, Louisa memberi tahu Raynald untuk menjemputnya sekitar 10 meter dari rumah.

Masih dalam senyuman yang sama, Louisa langsung membuka pintu mobil Raynald. Ukiran senyum yang ditunjukkan semakin melebar ketika netra matanya melihat sosok laki-laki dari dalam.

"Hai Raynald."

"Hai Love." Raynald membalas.

Dia menunduk, lalu masuk ke dalam mobil sang kekasih. Wajahnya merona. Perasaan jatuh cinta yang tengah dirasakan olehnya dapat terlihat jelas bagi siapapun yang melihat. Dia terus saja menunduk, menyembunyikan pipinya yang merah seperti tomat. Dia tak mampu menoleh ataupun memandang sang pujaan hati. Karena dirinya tau bahwa hal seperti itu dapat membuatnya hilang kendali.

Sedangkan Laki-laki itu tak berhenti memandang Louisa dengan penuh cinta. Matanya terasa begitu tulus. Senyuman yang terukir pun nampak begitu indah. Syukur bagi Louisa tak melihatnya, karena perempuan itu bisa pingsan dibuatnya.

Sekian detik kemudian, Raynald pun menjalankan mobilnya dan pergi menjauh dari sana.

✴️✴️✴️

Wajah menengadah dengan kedua tangan yang tersimpan di pinggang merupakan posisi Claire saat ini. Dia tersenyum lebar ketika melihat tulisan 'Happy Birthday' yang terpasang apik di tembok ruang tamu rumahnya.

"Apakah sudah benar, non?" Seorang wanita paruh baya yang sedang memasangkan tulisan itu bertanya kepada Claire. Dia adalah asisten rumah tangga yang sudah bekerja lebih dari sepuluh tahun di rumah Claire.

Claire mengacungkan jempolnya, "Sudah Bi. Mantap.... Terima kasih ya Bi Ayu....!"

Wanita itu turun dari tangga setelah mendapatkan jempol dari Claire, "Nanti tamunya bakalan banyak? Biar bibi siapkan apa saja makanan yang akan disajikan nanti."

"Sekitar sepuluh orang, itupun kebanyakan kerabat dekat." Claire berucap.

"Non Louisa nanti hadir juga?" tanya Bi Ayu.

"Tentu saja. Itu tamuku nomor satu," kata Claire.

Bi Ayu mengangguk paham, "Kalo gitu Bibi ke dapur dahulu untuk mempersiapkan beberapa makanan untuk acara non Claire." Dia pun berlalu dengan sopan dari hadapan Claire.

Claire mengangguk tersenyum. Setelah itu, dia mendongak kembali melihat tulisan itu dengan wajah gembira. Dia sudah tidak sabar untuk menantikan acara ulang tahunnya yang ke-18 tahun. Dalam pikirannya, acara ini akan sukses besar bersama kerabat, keluarga dan tentunya sang sahabat tercinta. Louisa.

"Hari ini pasti akan menjadi ulang tahun terbaik untukku," kata Claire penuh dengan harapan. Setelah itu dia pun berlalu dari sana untuk mempersiapkan hal yang lainnya. Hal yang dapat memeriahkan acara besar yang diadakan Claire hari ini. Hari ulang tahunnya.

✴️✴️✴️

Terima kasih yang sudah membaca, vote dan komen. Semoga kalian panjang umur dan banyak rezekinya aamiin.....

Cinta Pertama Louisa [PROSES TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang