Beberapa hari kemudian, ketika Louisa baru tiba di kantornya, dia menoleh ke arah sofa, tempat para tamu menunggu. Matanya sontak membeliak, saat laki-laki yang dikenalnya terlihat tengah duduk santai di sana seraya memainkan ponselnya. Untuk memastikan penglihatannya itu, Louisa pun berjalan mendekatinya.
Laki-laki yang terkenal dengan nama Raynald itu pun mendongak, menyaksikan kedatangan Louisa. Dia melebarkan senyumannya.
"Mau apa lagi kamu? Aku sudah bilang, berhenti untuk ganggu hidupku lagi. Apa itu tidak cukup?" Louisa berkata. Hawa pagi yang menyegarkan justru harus berubah menjadi panas.
Raynald tak menjawab, dia hanya tersenyum seraya mendongak kepada Louisa.
"Pergi. Aku gak mau kamu berada di sini," ucapnya seraya menunjuk pintu keluar menggunakan jari telunjuknya.
"Lou?"
Louisa menengok kepada seseorang yang memanggilnya, dia melihat Lily dengan tangan yang membawa segelas kopi.
Masih dengan senyuman yang sama, Raynald bangkit dari sofanya, lalu menghampiri Lily dan merangkul pundaknya, "Sayang."
Mata Louisa nyaris keluar ketika mendengar panggilan Raynald kepada Lily. Tubuhnya membeku hebat, seolah-olah dirinya telah terkena kutukan menjadi batu.
"A-ap-apa?" Louisa berkata dengan gelagapan.
Lily menunduk malu, lalu menoleh Raynald seraya mengukirkan senyuman, "Raynald sekarang pacar aku."
Bola mata Louisa menindik keduanya secara bergantian, sungguh ini benar-benar diluar ekspektasi dirinya. Rasanya sulit untuk dipercaya, teman sekantornya sedang berpacaran dengan mantan pacarnya? Yang benar saja.
"Bagaimana bisa, Ly?" tanya Louisa. "Kamu gak bisa tiba-tiba pacaran sama dia. Kamu belum kenal sama laki-laki ini, Lily."
Di sana Raynald menatap Louisa, wajahnya menampakkan bahwa dirinya merasa telah menang, "Terserah dia mau pacaran sama siapa saja, tidak ada urusannya sama kamu."
"Diam! Aku gak bicara sama kamu. Aku bicara sama temanku, Lily." Louisa mempertegas sembari mengangkat jari telunjuknya.
Untuk menghindari kericuhan di kantor Valencia Fashion, Lily pun mendongak melihat Raynald dengan wajah khawatir, "Sayang, kamu tunggu di sini ya. Aku mau mengobrol sama Louisa berdua."
"Iya sayangku...." ujar Raynald mengelus pucuk kepala Lily dengan lembut dan penuh kasih sayang.
Melihat pemandangan seperti itu, Louisa memberikan ekspresi jijiknya. Lalu tangannya pun langsung ditarik oleh Lily dan pergi menjauh dari tempat tadi.
"Apa-apaan tadi? Kenapa tiba-tiba kamu pacaran sama Raynald? Dia itu gak baik buat kamu bahkan gak baik buat siapapun." tanya Louisa setelah berada di ruangan yang lain.
"Aku tau kamu pasti tidak terima, karena Raynald itu cinta pertama kamu. Tapi kamu sudah pernah bilang kalau kamu sudah tidak mau, jadi apa salahnya aku berpacaran dengan Raynald? Apa kamu masih cinta sama dia?" Bukannya membalas pertanyaan dari Louisa, Lily justru bertanya soal yang lainnya.
Louisa melipat kedua tangannya di depan dada seraya menggeleng-gelengkan kepalanya, merasa tak habis pikir. "Oke kalau itu mau kamu. Aku tidak perduli lagi. Tapi kamu harus jawab pertanyaan dariku sebelumnya, bagaimana kamu bisa berpacaran dengan laki-laki itu?"
Lily menarik napas sebelum menjelaskan, "Baiklah. Di dalam buket bunga yang kamu kasih ke aku waktu itu, tertulis nomor ponsel milik Raynald di sana. Karena kamu bilang gak mau sama dia lagi, aku pikir apa salahnya jika aku menghubungi Raynald dan mencoba untuk mendekatinya. Jadi, aku menghubungi Raynald, aku memperkenalkan diri dan memberitahu tujuanku kenapa menghubungi dirinya. Setelah ngobrol-ngobrol selama tiga hari berturut-turut, dia mau jadi pacar aku. Begitu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Pertama Louisa [PROSES TERBIT]
Fiksi RemajaLouisa tak pernah menyangka jika cinta pertamanya akan menggoreskan luka di dalam hatinya. Dia selalu berpikir bahwa perasaan cinta adalah anugrah terindah, tapi kenyataannya cinta tak lebih dari sekedar omong kosong. Kehidupan Louisa awalnya baik-b...