CHAPTER 22

41 17 2
                                    

Di keesokan harinya, sebelum ayam berkokok, aku sudah terbangun dari tidur lelapku. Rasa semangat yang membara di pagi hari ini membuatku bangun lebih awal. Aku tidak ingin hari pertama masuk kerja datang terlambat, jadi aku memutuskan untuk datang lebih awal.

Untuk hari pertama, aku memakai dalaman rajut yang dipadukan dengan blazer berwarna hitam, lalu untuk bawahannya aku menggunakan loose pants berwarna senada dengan blazer  yang ku pakai. Sebetulnya aku tidak pandai soal style jaman sekarang, aku hanya mengikuti berbagai inspirasi dari media sosial. Dan menurutku, apa yang aku pakai hari ini cukup bagus.

Di hadapan cermin, aku tengah terduduk seraya menyatok rambutku. Dari awal terbangun hingga saat ini, aku tak bisa menghentikan lengkungan yang dibuat oleh bibirku. Entah kenapa, namun aku merasakan jika hari ini akan terjadi sesuatu hal yang luar biasa. Tapi mengingat kejadian sebelumnya, aku tidak akan berharap lebih. Apapun yang terjadi aku syukuri.

Namun tiba-tiba, mataku terpejam, sepercik kenangan muncul di kepalaku. Aku menekankan kedua mataku agar gambaran yang tengah terputar saat ini segera menghilang. Kedua tanganku terkepal di atas meja dan mengetuk-ngetuknya beberapa kali.

Tidak.

Aku mohon jangan sekarang!

Pergilah! Aku tidak ingin mengingatmu lagi.

Aku menggelengkan kepalaku, lalu tanganku melayang di udara dan meremas rambutku yang sudah tercatok rapih.

Ini bukan saatnya. Kumohon pergilah Raynald!

Pergilah dari kepalaku! Jangan menghantuiku terus dengan kenanganmu!

Aku capek!

Aku membencimu!

PERGI!

Seketika mataku terbuka kembali. Aku menarik napas yang panjang, kemudian membuangnya secara perlahan. Sekian detik aku menatap refleksiku di dalam cermin, dan mulai berpikir, ternyata kamu belum sepenuhnya pergi dari kepalaku. Ternyata kamu masih ingin menghantuiku setiap saat.

Aku tertunduk, lalu melihat kembali diriku di dalam cermin. "Kamu pasti bisa, Louisa! Kamu harus bangkit dan buktikan kalo kamu bisa berdiri di atas kaki kamu sendiri. Jangan biarkan laki-laki itu menjatuhkanmu apalagi merusak masa depanmu! Sekarang, kamu keluar, pergi ke tempat kerjamu dan lakukan tugasmu dengan benar. okay?"

Senyuman langsung tercipta dari bibirku. Aku mengangkat dagu, memberikan kepercayaan penuh pada diriku sendiri, dan meyakinkan jika aku mampu untuk menjalankan hari yang baru ini. Setelah itu aku bangkit dari tempat dudukku dan mengaitkan tas hitam di bahuku. Sekali lagi aku tersenyum pada pantulanku di cermin, sebelum berlalu pergi dari sana.

✴️✴️✴️

Kepalaku mendongak, melihat bangunan yang tengah berdiri kokoh di hadapanku. Aku meraih ponselku dan memastikan jika alamat yang aku datangi tidak salah, kemudian aku membaca tulisan yang terpampang besar di bangunan tersebut.

"Valencia Fashion," Aku membaca nama gedung itu. "Benar kok ini kantornya, tapi kenapa di sini sangat sepi sekali."

Aku melihat ke kanan dan ke kiri, namun tak melihat satupun manusia yang berlalu lalang di sekitaran kantor tersebut. Setelah itu aku mengangkat tanganku, dan memeriksa jam tangan yang tengah melingkar apik di pergelangan tanganku.

"Ini sudah jam tujuh, masa belum ada yang datang? Nih orang-orang yang kerja di sini pada terlambat atau bagaimana?" ucapku heran seraya menggaruk kepalaku yang sebetulnya tak gatal sedikitpun.

Cinta Pertama Louisa [PROSES TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang