CHAPTER 9

93 35 4
                                    

Lengkap dengan seragam putih abu, Louisa berjalan menyusuri jalanan kecil untuk sampai ke sekolahnya. Wajahnya nampak masam tak bersemangat. Isi kepalanya kini tengah dihuni oleh beberapa permasalahan. Mulai dari Claire yang tak mengetahui hubungannya dengan Raynald, lalu soal ketakutan dirinya jika suatu saat Kakaknya akan bercerita soal itu. Dan permasalahan di tanggal 27 juli yang akan datang.

Merahasiakan sesuatu memang bukan hal yang gampang, semua pasti akan selalu ada resikonya. Namun bagi Louisa itu tak masalah. Karena menurutnya segala yang dilakukan di dunia ini memang selalu memiliki resiko. Namun yang membedakannya yaitu bagaimana kita siap atau tidak untuk menghadapinya.

Pikiran yang bertumpuk di kepala Louisa seketika runtuh ketika seseorang dari belakang tiba-tiba merangkul pundaknya. Dia tersentak dan menengok ke samping.

"Selamat pagi, Lou Lou." Claire berucap dengan wajah yang bertolak belakang dengan Louisa. Perempuan itu memang selalu memberikan wajah terbaiknya di pagi hari, namun untuk siang dan sore wajahnya akan murung juga, seperti ponsel yang sudah Lowbat.

"Claire?" tanya Louisa.

"Yeah that me!" jawab Claire, dia melihat wajah Louisa, lalu dahinya mengernyit heran ketika menyaksikan kemasaman wajah yang ditunjukkan oleh sahabatnya itu.

"Em... Pagi-pagi wajahmu sudah masam saja. Gak enak tau dilihatnya! Kenapa si kamu? Cerita dong Louisa Courtney," ucap Claire.

Louisa hanya diam seraya berpikir, dia tak tahu harus berkata apa kepada Claire. Saat ini otaknya sedang tak berfungsi jika harus memikirkan sebuah alasan yang lain. Tapi kalau harus berkata jujur pun rasanya itu tidak mungkin.

"Kok diam saja? Mau main rahasia-rahasiaan ya sekarang?" tanya Claire menghentikan langkahnya. Dia menghadap Louisa seraya menatapnya dengan serius. Kedua tangannya merangkak mencari tangan Louisa, membuat keduanya kini saling berpegangan tangan.

Raut wajah Louisa mulai menampakkan kecemasan, "Apa? Tentu saja tidak. Aku tidak mungkin menyimpan sebuah rahasia darimu. Kita kan dulu sudah berjanji untuk tidak saling menyimpan rahasia, Claire."

"Iya sih....Lalu kenapa wajahmu cemberut seperti itu sih? Biasanya 'kan kamu langsung cerita ke aku kalo ada masalah, apapun itu," kata Claire.

"Aku...Aku cuma lupa sarapan saja, jadi aku lumayan lemas sekarang," ucap Louisa beralasan.

"Haaa...Aku antar ke kantin ya. Kamu harus sarapan dulu, nanti asam lambung kamu naik lagi. Aku gak mau liat kamu sakit." Claire memang paling gak bisa kalau mendengar Louisa lupa untuk sarapan. Dia sudah berjuta-juta kali melihat sahabatnya itu tersiksa dan hampir meninggal akibat penyakit asam lambung yang dimilikinya. Dan tentu dia tak ingin melihat kejadian itu terulang kembali.

Melihat wajah Claire yang sangat khawatir tentangnya, membuat Louisa semakin merasa bersalah atas apa yang dilakukannya. Tak bisa terbayangkan jika wajah semanis itu terluka oleh kebohongan pahit yang dibuat oleh sahabatnya sendiri. Tak terbayangkan bagaimana sakit hati yang akan diterimanya nanti ketika semuanya telah terbongkar.

"Makan sedikit asal keisi ya?" pinta Claire memohon.

"Iya Claire." jawab Louisa tersenyum simpul.

"Yaudah yuk ke kantin dulu." Louisa mengangguki ajakan Claire sembari tersenyum. Lalu keduanya pun pergi menuju kantin sebelum memasuki kelas mereka.

✴️✴️✴️

Kedua matanya tersorot tajam bak ujung pedang yang baru terangkat dari atas bara api yang panas. Satu tangannya menggenggam erat kaleng minuman bersoda. Dia mengangkat tangannya dan memasukan minuman itu ke kerongkongannya tanpa merubah objek yang tengah dipandangnya.

Cinta Pertama Louisa [PROSES TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang