Jam ber jam telah berlalu dengan cepatnya. Louisa dan Raynald telah tiba di lokasi konser tepat sebelum acaranya dimulai. Keduanya masuk ke dalam barisan penonton dengan senyuman yang terus mengiringi. Tangan Louisa ditarik oleh Raynald diantara kerumunan penonton di sana. Mereka nampak begitu bahagia, layaknya sepasang kekasih yang sedang dilanda panah asmara.
Sedangkan di tempat lain. Tempat yang jauh dari sana, Claire duduk seraya memurungkan wajahnya. Acara yang digelarkan pagi tadi tidak seperti yang diharapkan. Dia harus mengubur segala ekspektasi yang telah dibuatnya secara dalam-dalam. Acara itu gagal total. Semua tamu undangan tidak ada yang datang satupun. Bahkan semua makanan hangat yang telah tersusun rapi di atas meja berubah dingin. Claire kecewa. Claire tak menyangka, ulang tahun yang seharusnya menjadi yang terindah justru berubah menjadi ulang tahun terburuk sepanjang masa. Dia membencinya. Sangat membencinya.
"Non? Ini makanannya bibi angetin ya?" Bi Ayu bertanya kepada Claire. Wanita itu begitu khawatir sekaligus kasian saat menyaksikan kemalangan Claire.
"Terserah Bibi. Kalo bisa bagikan saja ke tetangga." Claire berujar lalu pergi dari ruangan itu dengan membawa perasaan sedih dan kecewa yang luar biasa.
Bi Ayu menghela napas sembari mengambil satu per satu makanan di atas meja, "Kasian non Claire, hari ulang tahun yang seharusnya membuat bahagia malah membuatnya sedih begitu. Tega sekali non Louisa udah kecewain non Claire, padahal dia sahabat terbaiknya, tapi dia malah jahatin. Hm...Anak-anak jaman sekarang memang gak punya hati."
Kesedihan dan kekecewaan yang tengah melanda Claire, sama sekali tidak mengundang rasa penyesalan dalam diri Louisa. Perempuan itu justru asik menari ria dan bernyanyi di tengah para penonton konser bersama sang kekasih. Disaat wajahnya tersenyum dan tertawa riang, terdapat Claire yang menangis, menahan sesak di dada akibat rasa kekecewaan. Ini memang masalah ekspetasi, tapi tetap saja Louisa tidak hadir di hari spesialnya. Perempuan itu tidak menemaninya ketika berdoa dan meniup lilin di atas kue seperti tahun-tahun sebelumnya.
✴️✴️✴️
Pintu kamar tertutup. Louisa baru tiba di kamarnya tepat pukul delapan malam. Dia tersenyum dengan mata tertutup seraya menempelkan diri di pintu, membayangkan bagaimana indahnya kejadian tadi bersama Raynald. Sungguh ini hal terbaik yang pernah ia lakukan. Untuk pertama kalinya dia merasakan hidup, bebas dan bahagia.
Perasaan jatuh cinta yang tengah dirasakan olehnya seolah-olah memenuhi tempat di hatinya, sampai tak menyisakan sedikit ruang untuk mengingat bahwa hari ini adalah hari ulang tahun sang sahabat. Semuanya terkubur di ruang paling bawah, tertutupi oleh perasaan yang bermekaran. Louisa melupakan Claire untuk sesaat.
Keesokan harinya di sekolah, Louisa menghampiri Claire tanpa rasa bersalah apapun, seolah-olah semua keadaan nampak baik-baik saja, seakan dia tak pernah melakukan satu kesalahan apapun kepada sahabatnya itu.
"Morning, Claire." Louisa duduk di samping Claire dengan perasaan yang masih sama seperti hari kemarin.
Claire memasukan makanan ringan ke dalam mulutnya. Wajahnya datar dan pandangannya kosong. Dia tidak memperdulikan sapaan yang diberikan Louisa pagi ini. Perempuan itu hanya sibuk dengan mulutnya yang mengunyah Snack.
Louisa mengaitkan alisnya. Dia begitu heran dengan sikap Claire, "Lagi mikirin apa, Claire? Gak biasanya kamu cuekin aku."
Claire masih diam tak bergeming. Gerakan tangannya semakin cepat, membuat pipinya mengembang penuh dengan cemilan. Suasana hatinya semakin jengkel. Louisa sama sekali tidak merasa bersalah atas apa yang diperbuat kepadanya. Bahkan kata maaf saja tidak ia ucapkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Pertama Louisa [PROSES TERBIT]
Teen FictionLouisa tak pernah menyangka jika cinta pertamanya akan menggoreskan luka di dalam hatinya. Dia selalu berpikir bahwa perasaan cinta adalah anugrah terindah, tapi kenyataannya cinta tak lebih dari sekedar omong kosong. Kehidupan Louisa awalnya baik-b...