Aku mengeluarkan segala tenangaku untuk berlari mengejar waktu. Aku memeriksa Flight Information Display System untuk melihat jam terbang menuju London. Setelah itu, aku kembali berlari menuju Boarding room, berharap Raynald masih berada di sana.
Setibanya di Boarding room, aku mengedarkan pandanganku, mencoba untuk mencari sosok Raynald diantara kerumunan manusia-manusia di sana. Tiba-tiba, mataku berhenti tepat pada seorang laki-laki yang tengah duduk membelakangi. Hatiku tergerak dan hatiku yakin, jika laki-laki itu adalah Raynald. Lantas dengan segala keyakinan, aku pun berjalan mendekati dia.
Belum sempat menghampirinya, laki-laki itu bangkit dari tempat duduknya, dan bersiap akan masuk ke dalam pesawat. Dalam keadaan panik, aku mengeluarkan segala kekuatan yang tersisa untuk mengejar laki-laki itu.
Namun sayang, semesta tidak berpihak padaku. Dia telah masuk ke dalam pesawat. Aku menghentikan langkahku dengan perasaan kecewa, marah dan sedih.
"Lou?"
Sontak aku membeliak ketika seseorang memanggil namaku dari belakang. Aku memutar tubuhku secara perlahan untuk melihat siapa itu. Saat mataku melihatnya, aku tercengang.
"Raynald?"
"Sedang apa kamu di sini?"
Pelupuk mataku kembali menampung air. Melihat wajahnya kembali, membuatku ingin menangis. Sungguh aku rindu wajah itu.
"Aku dengar kamu akan pergi ke London, apakah itu benar? Kalo iya, kenapa kamu gak ngabarin aku? Kenapa kamu menghilang begitu saja?" tanyaku berusaha untuk menahan diri agar tidak lemah.
Sebelum menjawab, Raynald melihat lantai, lalu menatapku kembali, "Aku harus pergi, Lou."
"Aku mohon, Ray. Jelaskan semuanya padaku!"
"Tidak ada yang harus aku jelaskan, Lou. Semuanya sudah selesai."
Seketika penampungan airku telah rubuh. Aku menangis untuk yang kesekian kalinya. Ucapan Raynald menusuk dan membunuhku. Aku benar-benar tidak menyangka jika perasaan cinta akan semenyakitkan ini.
"Tapi, aku cinta sama kamu, Ray. Aku tidak peduli tentang kebohongan kamu atau kekecewaan yang aku rasain. Aku mohon, tinggallah, jangan pergi!" Aku meraih tangan Raynald, berusaha untuk membujuknya.
Raynald membuang napas, "Aku tidak baik untukmu, Louisa. Kamu harus bersama dengan seseorang yang jauh lebih baik."
"Tidak! Kamu baik untukku."
"Aku harus pergi!" ucap Raynald sekali lagi.
Aku melepaskan tanganku dari Raynald, lalu menyeka air mata yang berserakan di wajahku, "Untuk membuktikan cintaku, aku akan menunggumu dan mencintaimu sampai kapanpun. Karena aku yakin, kamu pasti akan kembali."
Raynald tersenyum simpul, "Baik kalo gitu. Tunggulah sampai kamu menyerah."
Dalam wajah tangis, aku tersenyum, "Aku tidak akan menyerah."
Sebelum melanjutkan, apakah kalian Ingin tau bagaimana awalnya?
Apa yang terjadi diantara aku dan Raynald?
Baiklah. Jika ingin.
Aku akan kembali ke beberapa bulan yang lalu. Awal dari semuanya terjadi.
So, this is how it started....
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Pertama Louisa [PROSES TERBIT]
Teen FictionLouisa tak pernah menyangka jika cinta pertamanya akan menggoreskan luka di dalam hatinya. Dia selalu berpikir bahwa perasaan cinta adalah anugrah terindah, tapi kenyataannya cinta tak lebih dari sekedar omong kosong. Kehidupan Louisa awalnya baik-b...