CHAPTER 25

34 13 0
                                    

Kemeja soft blue yang dipadukan dengan celana jeans broken white merupakan setelan yang aku pilih untuk pergi ke tempat kerja hari ini. Aku berjalan lalu memasuki gedung bertulisan Valencia Fashion yang terpampang besar di depannya.

Aku tersenyum seraya menyapa kepada siapapun yang ku lihat. Meskipun jam masih menunjukkan pukul delapan pagi, manusia-manusia di sini sudah menunjukan kesibukan mereka. Ada yang berlari ke sana ke mari sembari mendorong gantungan yang dipenuhi dengan dress, lalu ada pula orang-orang yang tengah sibuk dengan lembaran kertas di mejanya masing-masing.

Aku berbelok memasuki ruang makeup ku, lalu duduk di kursi yang menghadap cermin. Aku meraih beberapa lembaran kertas yang tersimpan di atas meja riasku, lalu memeriksanya satu per satu, "Hari ini tanggal lima belas, bulan September, terjadwal Photoshot Louvietta blooms dress."

Aku bergumam setelah membacanya, "Bukannya gaun ini dipromosikan oleh Lily, ya? Kenapa dia melempar tugasnya kepadaku? Ah sudahlah rezeki tidak boleh ditolak."

Setelah itu, aku membereskan kertas-kertas tersebut dan menyampingkannya. Aku berkaca, bersiap-siap untuk Photoshot hari ini. Namun tiba-tiba seseorang datang mengetuk pintu ruanganku. Aku pun menoleh dan menyuruhnya untuk masuk.

"Nona Louisa." Seorang perempuan muda berkisaran dua puluh tahun itu masuk ke dalam ruanganku dan menyapa.

Aku tersenyum, "Kate. Apa ada?"

"Ada telepon untukmu," ucapnya.

Aku mengernyit heran, "Siapa kalo boleh tau?"

"Dia mengaku dirinya Kenta."

"Oh...Baiklah aku akan segera ke depan."

"Iya, kalau begitu aku permisi."

"Terima kasih untuk informasinya."

Perempuan yang bernama Kate pun mengaguk sebelum menutup pintu dan pergi.

"Hm...Ada apa Kak Kenta menelpon kantor, gak biasanya." Aku berkata seraya bangkit dari kursiku, lantas pergi meninggalkan ruanganku.

Setelah tiba di Resepsionis, aku langsung meraih telepon yang masih terhubung di sana, lalu menempelkannya ke telingaku.

"Kakak kenapa menelpon kantor sih? Telpon pribadi kan bisa!"

"Hai Lou!"

Sontak aku terdiam dan membeku saat menyadari suara itu. Jelas ini bukan Kak Kenta. Aku kenal dengan suara ini, dan aku tau siapa yang berada di sebrang sana.

"Raynald?"

"Ya...Hi Louisa."

"Aku tidak bisa diganggu!" ujarku yang siap untuk menutup telfon.

"Tidak tidak, tunggu Louisa! Kumohon beri aku satu menit."

Aku membuang napas, "Baiklah, jangan berlama-lama. Urusanku bukan untukmu saja."

"Oke. Jadi, aku ingin bertemu denganmu di restoran tempat biasa kita makan. Aku mohon Louisa untuk sekali saja."

Aku tercengang hebat mendengarnya. Saat ini hati dan otakku seolah-olah tengah berperang, yang di mana membuatku bimbang sampai tak bisa berkata-kata.

"Bagaimana? Kamu mau 'kan? Sekali saja, lalu setelahnya kamu bisa membenciku lagi."

"Terserah." Aku menjawab dingin.

"Baiklah, tanggal tujuh belas, pukul delapan malam. Sampai jumpa di sana."

Masih dalam keadaan tercengang, aku menyimpan kembali telepon itu ke tempatnya. Apa yang harus aku lakukan? Seharusnya aku spontan menolak, bukan menjawab terserah. Kalau sampai Claire dan Kak Kenta tau, matilah aku.

Cinta Pertama Louisa [PROSES TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang